QS Al-Baqarah: 66 ASBAB AN- NUZUL

itu untuk kami, maka beliau mengulang-ulangnya hingga mereka hafal. Dua orang utusan kembali kepada aktsam dan berkata, „ dia menolak untuk memerinci nasabnya sampai ke atas. Lalu kami menanyakannya tentang nasabnya. Ternyata dia bernasabkan orang bersih dan terpandang. Dia pun menyampaikan beberapa kalimat yang kami hafal.‟ Tatkala Aktsam mendengar kalimat- kalimat tersebut, dia berkata, „ aku berpendapat bahwa dia menyuruh manusia berakhlak mulia dan melarang berkahlak tercela. Karena itu, jadilah kalian sebagai pelopor dalam masalah ini, jangan menjadi pengekor. “ HR al-Hfizh Abu Ya’la. 69

BAB IV KONSEP

MAU’IZHAH HASANAH DALAM AL-QUR’AN A. Makna dan Ruang Lingkup Mau’izhah Hasanah Berdasarkan 6 surat dan ayat yang penulis kutip mengenai makna mau‟izah hasanah dalam al-Qur‟an, baik dalam bentuk kata al-ma‟izhatu yang terdapat dalam surat an-Nahl: 125, al-Baqarah: 66, an-Nur: 34, maupun dalam bentuk kata wa‟aza atau yu‟izhu yang terdapat dalam surat an-Nisa: 63, al- Baqarah 232, al- A‟raf: 164 dan luqman: 13, semua bentuk kata itu, menurut seluruh mufassir sepakat mendefinisikan kata-kata mau‟izhah hasanah dengan kata-kata yang mengandung nasihat yang bagus, tidak menyakiti dan menakut-nakuti. Akan tetapi Imam As-suyuti dalam tafsirnya jalalain menafsirkan mau‟izhah hasanah lebih menekankan kepada nasihat atau perkataan yang halus. 1 Sementara At-Thabari lebih menekankan kepada peringatanpelajaran yang indah, yang Allah jadikan hujah atas mereka di dalam kitab-Nya dan Allah telah mengingatkan mereka dengan hujah tersebut tentang apa yang diturunkan-Nya. Sebagaimana yang banyak tersebar dalam surat ini, dan Allah mengingatkan mereka dalam ayat dan surat tersebut tentang berbagai kenikmatan-Nya. 2 Sedangkan menurut Quraish Shihab, Kata-kata al- mau‟izhatu dalam Tafsirnya mengatakan, al- Mau‟izhatu terambil dari kata wa‟azha yang berarti Nasihat. Mau‟izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. adapun 1 Muhammad bin Ahmad, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli, As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Kairo: Dar ul-Hadîts, Kairo, tt, h, 363 2 Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid Ath Thabari, Jami‟ul Bayan Fi Ta‟wil Al- Qur‟an, Mesir: Muassatur Risalah, 1420 H, jilid 17, h.321