Pendekatan Dakwah Mau’izhah Hasanah

penerangan dan pengenalan ide dakwah akan menjadi sia-sia, bahkan akan hilang tanpa bekas. Kesadaran rohani yang telah muncul dalam tahap penerangan dan pengenalan ta‟rif tidak boleh dibiarkan musnah dan padam, tetapi harus dipelihara dan diarahkan ke dalam jiwa agar bergerak dan berusaha membuat perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan yang sejati dalam diri sendiri. Medan pertama untuk pembentukan dan pembinaan serta perubahan ini dimulai dalam diri sendiri. Allah berfirman:             “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadan yang ada pada diri mereka sendiri. ” QS Ar- Ra‟du: 11 Banyak dikalangan kaum muslimin yang diseru sekarang ini akan dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu masyarakat yang jauh dari jiwa islam, menjadikan suatu masyarakat yang akan dikuasai oleh adat istiadat dan tradisi yang telah hancur, yang telah meresap dan bersatu dalam diri dan kehidupan mereka. Jadi bagi seorang da‟i yang menyeru manusia ke jalan Allah, memanggil manusia untuk hidup secara islami, harus memperhatikan dengan serius dan berusaha dengan sungguh-sungguh dalam membersihkan diri mereka dari segala tradisi islam yang suci, akhlak islam dan membentuk hidup manusia menurut karakter islam, serta mengembalikan kehidupan mereka menurut cara-cara kehidupan yang islami. Firman Allah yang artinya: “Sibhgah Allah. Dan siapakah yang lebih baik dari shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada- Nya kami menyembah.” Al- Baqarah:138. Perubahan ini harus dimulai dari diri pribadi yang telah disirami dengan aqidah tauhid, mengesakan dan merasakan manisnya iman serta dapat diaktualisasikan dalam seluruh anggota tubuhnya dalam seluruh aspek kehidupannya. Renungkanlah betapa indahnya ungkapan yang telah dikatakan oleh Hasan Al-Hudhaibi dalam masalah ini, ia berkata: “tegakkan Daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar dia tegak di atas bumimu” 42 Sistem dakwah memiliki fungsi mengubah lingkungan secara lebih terinci, yang memiliki fungsi meletakkan dasar eksistensi masyarakat islam, menanamkan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan, perdamaian, kebaikan dan keindahan, sebagai inti penggerak perkembangan masyarakat; membebaskan individu dan masyarakat dari sistem kehidupan zhalim tirani, totaliter menuju sistem yang adil; menyampaikan kritik sosial atas penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat, dalam rangka mengemban tugas nahi mungkar, dan memberi alternatif konsepsi atas kemacetan sistem, dalam rangka melaksanakan amar ma‟ruf, meletakkan sistem sebagai inti penggerak jalannya sejarah; memberikan dasar orientasi keislaman kegiatan ilmiah dan teknologi; merealisasi sistem budaya yang berakar pada dimensi spritual yang merupakan dasar akspresi akidah; meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menegakkan hukum; mengintegrasikan kelompok-kelompok kecil 42 Syaikh Musthafa Masyhur, Fiqh Dakwah, Jakarta: Al- I‟tisham Cahaya Umat, 2012, h. 22-23 menjadi suatu kesatuan umat; merealisasi keadilan dalam bidang ekonomi, dengan mempertemukan golongan aghniya dengan golongan ekonomi lemah dan memberikan kerangka dasar keselarasan hubungan manusia dengan alam lingkungannya. 43 Pengajaran adalah kesempatan untuk pertanyaan yang bermacam- macam yang mencakup seluruh isi dan berkaitan dengan tema. Juga kesempatan bagi da‟i dan mad‟u. Bagi mad‟u pengajaran adalah sarana yang baik agar mad‟u mengetahui keikhlasan da‟i, kebenaran dakwahnya, takaran ilmunya, serta keahlian dan daya penguasaanya. Bagi da‟i pengajaran dapat menjadi kesempatan baginya untuk menerangkan fikrahnya, menyingkap pendapat orang yang ada dihadapannya, serta mengukur seberapa kepuasannya. Demikian juga ia mampu dengan perlahan menghilangkan syubhat, keraguan, dan kebimbangan yang ada pada mad‟u. Pengajaran adalah sarana efektif untuk ta‟aruf perkenalan, memperkuat komunikasi, memperdalam ukhuwwah antar berbagai pemikiran yang berbeda, berlangsungnya hubungan saling memberi, juga kesempatan untuk mutaba‟ah mengikuti, memantau kondisi mad‟u karena jumlah yang terbatas. Hal tersebut memungkinkannya untuk menanyakan tentang orang yang tidak ada, menanyakan keadaanya, memberikan pesan tertentu, memberikan bantuan jika memungkinkan, 43 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani, 1998, h.68 memberikan kelonggaran jika diperlukan, serta dapat bersama-sama dalam suka dan duka. 44 44 Taufik al- Wa‟iy, Dakwah Ke Jalan Allah, Jakarta: Rabbani Press, 2010, h. 406-407 53

BAB III DESKRIPSI TENTANG AYAT-AYAT

MAU’IZHAH HASANAH 1. Ayat-Ayat Tentang Mau’izhah Hasanah Mau ‟izhah hasanah merupakan salah satu prinsip metode dakwah yang digariskan oleh Allah Swt dalam surat an-Nahl ayat 125. Sedangkan pemakaian kata-kata mauizhah dalam berbagai versi ditemukan dalam beberapa surat dan ayat, sekurang-kurangnya 25x dalam berbagai bentuk. Penjelasan oleh para mufassir tentang mau ‟izhah hasanah memiliki keragaman dan turunannya yang banyak. Turunan yang dimaksud adalah ketika konsepsi mau ‟izhah atau prinsip mau‟izhah diaflikasikan menjadi sebuah metode, maka akan didapatkan beragam teknik yang dapat dipergunakan oleh da ‟i dalam menjalankan misi dakwahnya. 1 Metode pembelajaran atau mauizhah al-hasanah memiliki berbagai variasi seperti dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Al- Qur‟an yang dijadikan sebagai bentuk turunan dari mauizhah itu sendiri. Muhammad Fuad al-Baqiq 2 memaparkan kata-kata mauizhah ditemukan sebanyak 9x dalam berbagai surat antara lain : Qs. Al-Baqarah ayat 66 dan 275, Ali Imran:138, al-Maidah: 46, al- A‟raf:57, 145. al-Nahal: 125, dan Al-Nur: 34, dan Yunus: 57 Kemudian dalam bentuk asal waaza ditemukan sebanyak 10x terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 232, Anisa‟ 63 dan 66, as-Shura 136, Shaf 16 1 Itdafriyenny, “ METODE DAKWAH “MAUIZHAN AL-HASANAH DAN TURUNANNYA DALAM PERSPEKTIF AL- QUR‟AN DAN HADIS” diakses tanggal 28 nopember 2013 dari http:itdafriyenny.wordpress.com20121109metode-dakwah-mauizhan-al- hasanah-dan-turunannya-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadis 2 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi‟, al-Mu‟jam al-Mufahras li al-Qur‟an al-Karim, Qahirah: Dar al-Hadis,1998, h.153-154 dan 53, al-Waqiah 47, al-Mujadalah 3, at-Thalaq 2 dan QS Hud: 20. Dalam bentuk fi‟il mudhari “yaizhu” ditemukan sebanyak 9x seperti dalam surat al- Baqarah ayat 231, an-Nisa 58, an-Nahal 90, al-Hajji 30 dan 32, an-Nur 17, Luqman 13 dan at-Talaq ayat 5 dan Al- A‟raf: 164. Kata-kata yaizhuhu diartikan sebagai kegiatan memberikan pembelajaran. Kegiatan yang bernuansa edukatif dalam al- Qur‟an ditemukan berbagai variasi atas bentuk yang akan dinaha pada bahasa berikut ini. Kata mau‟izhah juga adalah perubahan kata dari dari akar kata dasar wa‟az, artinya memberi nasihat, memberi peringatan kepada seseorang yang bisa membawanya taubat kepada Allah. Kata wa‟aza dengan segala bentuknya terulang dalam al- Qur‟an 25 kali, dalam bentuk mau‟izat 9 kali. 3

A. Ayat dalam bentuk kata mau’izhah

a. QS Al-Baqarah: 66           “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.” QS. Al-Baqarah:66 . b. QS Ali-Imran 138        “Al Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.” QS AL-Imran: 138. c. QS Al-Maidah: 46 3 Lihat Ibnu Mandzur, lisan al-Arab, jilid 9, h. 346-347                             “Dan Kami iringkan jejak mereka nabi Nabi Bani Israil dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya ada petunjuk dan dan cahaya yang menerangi, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang- orang yang bertakwa.” QS Al-Maidah:46 d. QS An-Nahl: 125                           “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. e. QS An-Nur: 34               “Dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” QS An-Nur:34

B. Ayat dalam Bentuk Kata Waaza dan Yu’izhu

a. Baqarah ayat 232                        “ Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS Al-Baqarah: 232. b. Anisa‟ 63 dan 66,                  “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” QS An-Nisa: 63             “...kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka,” QS An-Nisa: 66 c. As-Shura 136,           “mereka menjawab: Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat,” QS As-Shuara: 136 d. Al-Waqiah 47,          