Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Go Private

C. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Go Private

Perlindungan hukum bagi pemegang saham erat kaitannya dengan penerapan Good Corporate Governance GCG. Filosofi dasar yang dipegang oleh pemegang saham pada saat menanamkan sahamnya dalam suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Salah satu cara untuk memperolehnya adalah dengan melalui manajemen perusahaan yang efektif dab efisien. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi pemenuhan kepentingan pemegang saham akan kelanjutan usaha dari perusahaan atau corporate sustainability yang biasanya diharapkan oleh para investor jangka panjang sebagai sarana untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang baik. Sekalipun dinyatakan bahwa kepentingan para pemegang saham harus diutamakan, bukan berarti kepentingan stakeholder yang lain dikesampingkan. Bagaimanapun juga, pembuatan prinsip-prinsip GCG memiliki tujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Artinya, kepentingan semua pihak menjadi bagian yang akan diperhatikan dengan sebaik-baiknya. 136 Penerapan GCG ini, tidak hanya berkaitan dengan kepentingan pemegang saham yang sudah ada dalam suatu perusahaan, melainkan turut meliputi kepentingan para calon investor. Dengan kata lain, implementasi prinsip GCG akan memerhatikan kepentingan dari para calon investor dengan memberikan 136 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Hal 70. Universitas Sumatera Utara akses informasi material yang cukup baik dari suatu perusahaan, sebelum memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Bagi para pemegang saham, kepentingan mendasar selain mendapat keuntungan adalah mendapat perlakuan dan perlindungan yang seimbang dari perusahaan, baik pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik. Perlindungan dan persamaan ini terutama diperlukan oleh pemegang saham minoritas, mengingkat kenyataan bahwa kedudukan pemegang saham minoritas sering kali berada dalam posisi yang lemah, dan oleh karenanya perlu dilindungi. Secara konkret, implementasi dari prinsip fairness, yang menjelaskan bahwa keharusan bagi sebuah perusahaan untuk memberikan kedudukan yang sama terhadap pemegang saham, sehingga kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah sedini mungkin, yakni dengan meujudkan kepentingan para pemegang saham, 137 a. Hak untuk mengahadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara one man one vote; seperti: b. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai perseroan secara tepat waktu dan teratur. Dan hak ini harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa ada pembedaan atas klasifikasi saham yang dimiliki olehnya; c. Hak untuk menerima sebagian dari keuntungan perseroan yang diperuntukkan bagi pemegang saham, sebanding dengan jumlah saham 137 Ibid. Hal.76. Universitas Sumatera Utara yang dimilikinya dalam perseroan dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya. Hak-hak pemegang saham itu akan berkaitan dengan hak untuk menerima keuntungan, hak untuk menentukan pengurus perusahaan dan memintakan pertanggungjawaban dari mereka, hak untuk mengeluarkan suara, hak untuk mengetahui jalannya perusahaan, hak untuk memeriksa pembukuan perusahaan, dan hak-hak lainnya yang berhubungan dengan likuiditas perusahaan. 138 Jadi pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama harus diperlakukan setara berdasarkan asas bahwa pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama mempunyai kedudukan yang setara perseroan. 139 Sekalipun keberadaan pemegang saham yang berasal dari perusahaan keluarga memiliki segi positif seperti kemampuan untuk memonitor dan mendisiplinkan manajemen perusahaan dengan baik, tetapi juga memiliki Salah satu permasalahan yang cukup krusial dalam memenuhi kepentingan akan perlakuan yang adil adalah masalah kontrol perusahaan dari para pemegang saham mayoritas. Dalam suatu perusahaan keluarga, baik manajemen maupun kepemilikan terhadap perusahaan tersebut dikendalikan oleh satu keluarga mayoritas. Ketika perusahaan tersebut melakukan penawaran umum, biasanya saham yang dijual masih ditawarkan kepada pemilik lama dengan sedemikian rupa, sehingga kontrol atas perusahaan tetap berada di tangan mereka. 138 Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, Hal 85. 139 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana. Op.Cit, Hal 72 Universitas Sumatera Utara kelemahan mendasar, yakni munculnya potensi konflik kepentingan yang tajam dengan para pemegang saham minoritas, terhambatnya suksesi dan regenerasi Sumber Daya Manusia perusahaan, penilaian yang rendah terhadap kinerja perusahaan, dan sebagainya. Dari kenyataan seperti di atas, sering kali kepentingan pemegang saham minoritas yang dikorbankan, mengingat kontrol perusahaan yang tidak perlu diwujudkan dalam bentuk kepemilikan saham lebih dari 50, yang penting para pengendali perusahaan tersebut tetap dapat beraliansi dengan jumlah saham mereka. Kecenderungan yang terjadi adalah para pengendali perusahaan akan mengorbankan kepentingan pemegang saham yang lainnya demi memenuhi kepentingan mereka sendiri. Keadaan tersebut sangat sering terjadi pada perusahaan tertutup, dalam hal ini perusahaan keluarga. Memegang saham berarti mengendalikan perusahaan tersebut, sekaligus menerima profit tanpa adanya tanggung jawab tak terbatas. 140 1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS ; Mengenai hak pemilik saham, diatur dalam Pasal 52 . Akan tetapi, perlu diingat, hak yang disebutkan pada pasal ini, dapat dikatakan merupakan hak yang paling pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lainnya. Sesuai dengan Pasal 52, saham meiliki hak terhadap pemiliknya untuk : 2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi ; 3. Menjalankan haknya berdasarkan undang-undang ini. 140 Ibid. Hal.73. Universitas Sumatera Utara Inilah hak utama pemilik saham yang tidak boleh dikurangi dalam anggaran dasar. Hak tersebut baru berlaku dan melekat pada diri pemilik saham, setelah saham itu dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya. Akan tetapi, ketentuan mengenai hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS dan menjalankan haknya berdasarkan UUPT tidak berlaku, bagi klasifikasi saham tertentu. 141 Dalam anggaran dasar ditetapkan 1 satu klasifikasi saham atau lebih. Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegang hak yang sama. Dalam hal terdapat lebih dari 1 satu klasifikasi saham, anggaran dasar menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham biasa. Klasifikasi saham sebagaimana yang dimaksud antara lain : 142 a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara. b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain; d. Saham yang memberikan hak pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif dan nonkumulatif e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likudasi. 141 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta : Sinar Grafika, 2009, Hal 263. 142 . Pasal 53 UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 55 UUPT, memperbolehkan pemindahan hak atas saham. Cara pemindahannya diatur dalam anggaran dasar, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Cara pemindahan hak atas saham yang dibenarkan dalam UUPT antara lain sebagai berikut : a. Dilakukan dengan akta pemindahan hak, yang berarti adanya akta pemindahan hak baik berupa akta notaris, ataupun akta dibawah tangan; b. Akta atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada perseroan c. Direksi wajib mencatat dan memberitahukan pemindahan hak atas saham. Adapun syarat pemindahan hak atas saham, yakni a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya. b. Keharusan mendapat persetujuan terlabih dahulu dari organ perseroan c. Keharusan mendapat persetujuan terlebih dahul dari instansi yang berwenang. 143 Prinsip mayoritas menyebabkan pemegang saham minoritas berada dalam posisi yang tidak berdaya dalam menegakkan kepentingannya. Kedudukan hukum para pemegang saham minoritas yang jauh lebih lemah dan tidak mampu menghadapi tindakan direksi atau komisaris yang merugikan perseroan, justru Umumnya di dalam suatu perseroan apabila terdapat perbedaan pemilikan saham dengan selisih jumlah yang besar, maka dibedakan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. 143 M. Yahya Harahap. Op.Cit. Hal. 274. Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh kedudukan mayoritas yang identik dengan kedua organ perseroan tersebut, baik fisik maupun kepentingan. Hal lain juga yang menghambat pemegang saham minoritas untuk mewakili kepentingan perseroan adalah prinsip ‘persona standi in judico’ yaitu hak untuk mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang tiada lain dilakukan oleh organ perseroan tersebut. 144 Dalam UUPT ditegaskan bahwa hak pemegang saham dapat mewakili perseroan sebanyak 10 sepuluh persen, atau lebih pemegang saham berhak menempatkan wakilnya di perseroan. Pada perusahaan yang telah go private atau perusahaan yang tertutup, hal ini dapat diimplementasikan dengan mudah. Pada perusahaan yang telah melaksanakan go private, maka setiap struktural perusahaan maupun anggaran dasar perusahaan akan kembali seperti semula yakni perusahaan tertutup. Demikian halnya dalm perlindungan pemegang saham go private, yang berarti sama dengan perlindungan hukum bagi pemegang saham yang terdapat dalam UUPT. 145 Pemegang saham itu sendiri, terdapat dua kelompok, yakni pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Terhadap pemegang saham mayoritas pada prinsipnya perlindungan hukumnya cukup terjamin, terutama melalui mekanisme rapat umum pemegang saham, yang jika tidak dapat diambil 144 I.G. Rai Widjaya. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. Jakarta: Kesaint Balnc, 2000, Hal.46. 145 Prosiding, Rangkaian Lokakarya Perseoan Terbatas dan Good Corporate Governance, 2004, Hal 280. Universitas Sumatera Utara keputusan secara musyawarah, akan diambil dengan keputusan yang dapat diterima oleh mayoritas pemegang saham. 146 Konsep dan pengaturan hukum tentang prinsip perlindungan pemegang saham minoritas merupakan hal yang sudah mendapat pengaturan di dalam peraturan yang berlaku. Hal ini disebabkan karena untuk mencegah agar tidak terjadinya ketidakadilan diantara para pemegang saham. Apabila dalam hal pengambilan keputusan dalam rapat umum pemegang saham dapat menintrodusir prinsip mayoritas, yang dapat berpotensial menimbulkan kerugian bagi pemegang saham minoritas. 147 Mengenai perlindungan hukum pada pemegang saham minoritas pada pelaksanaan go private, dapat dilihat bahwa para pemegang saham mempunyai hak untuk mengeluarkan suara atas persetujuan ataupun penolakan rencana go private dan rencana delisting perusahaan di BEJ. Dalam agenda RUPSLB perseroan memberikan keputusan bahwa RUPSLB harus dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 75 tujuh puluh lima atau lebih dari seluruh pemegang saham independent perseroan dan keputusan dimaksud harus disetujui oleh 50 lima puluh persen dari seluruh pemegang saham independent perseroan. Disamping harga saham yang ditawarkan melalui tender harus dilaksanakan berdasarkan peraturanBapepam No.IX.F.1 Tentang Penawaran Tender, Peraturan BEJ No. I-1 penghapusan pencatatan Delisting dan pencatatan 146 Munir Fuady, Perlindungan Pemegang saham Minoritas. Bandung : Utomo, 2005, Hal. 1 147 Ibid. Hal. 21 Universitas Sumatera Utara saham kembali Relisting juga menjamin bahwa pemegang saham independen tidak akan dirugikan kepentingannya. 148 148 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnaminitis. Go Public dan Go Private Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009, Hal 99. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan