Analisis Hukum Pelaksanaan Go Private pada PT. Komatsu Indonesia

(1)

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN GO PRIVATE PADA PT. KOMATSU INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

HENNY ENDANG 060200053

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN GO PRIVATE PADA PT. KOMATSU INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

HENNY ENDANG 060200053

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Diketahui dan Disahkan oleh Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H) NIP. 19560329198601001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H) ( Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum) NIP. 19560329198601001 NIP. 196302151989032002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia dan penyertaanNya yang dirasakan oleh Penulis setiap waktu terkhusus dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena kasihNyalah maka skripsi ini dapat dirampungkan. Dan skripsi ini saya persembahkan hanya kepadaNya.

Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Adapun judul yang Penulis bahas dalam skripsi ini adalah Analisis Hukum Pelaksanaan Go Private pada PT. Komatsu Indonesia.

Penulis berharap agar ilmu yang diperoleh selama proses penulisan skripsi dapat bermanfaat dan menjadi bekal nantinya dan bermanfaat bagi semua yang membacanya khususnya bagi para pihak yang berkecimpung dalam kegiatan go private.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulisan kedepan dapat lebih baik lagi.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis telah banyak menerima bantuan berupa doa, dukungan dan petunjuk yang sangat berharga dan bermanfaat dari semua pihak, maka pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :


(4)

1. Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum.

2. Bapak Pembantu Dekan I Prof. Dr. Suhaidi, S.H M.H , Syafruddin Hasibuan, S.H M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, dan M. Husni, S.H M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H, yang juga selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan waktunya membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H M.Hum selaku dosen pembimbing II yang sudah memberikan waktu membimbing, mengajari, memberikan masukan serta motivasi sehingga penulisan skripsi ini boleh selesai tepat pada waktunya.

5. Ibu Maria Kaban, S.H M.Hum, selaku dosen wali, yang telah memberi masukan dan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama perkuliahan.

7. Seluruh pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Ayahanda Ir. J. Sinaga dan Ibunda H. Hutahaean tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil dan yang tidak pernah berhenti berdoa untukku.


(5)

9. Saudara-saudariku yang tercinta : K’ Melia Nova Uli, Amd ( yang selalu mendorong kami untuk tetap maju dan mengajari kami untuk tetap bertahan dalam kondisi apapun), Odelia Sinaga ( yang selalu memberikan motivasi, dorongan agar secepatnya menyelesaikan skripsi ku ini ), Ridho Halasan Sinaga (abang yang selalu mentransfer semangatnya lewat canda tawa nya, saran maupun kritikannya yang selalu membuatku semangat mengerjakan skripsi ini).

10.Opung ku tercinta, Opung Doli M. Sinaga (Alm), yang selalu mengingatkan Penulis untuk tetap bersyukur dan selalu berdoa agar Tuhan memberkati setiap rencana-rencana kita, Opung Boru B. Rajagukguk, yang selalu memberikan masukan dan motivasi, agar Penulis tetap semangat dalam perkuliahannya.

11.Keluarga besar Opung di Menteng, Amangboru dan Bou Angel, Bou Anna yang telah memberi bantuan dan motivasi kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis, Andi Roy Silalahi, Eva Simajuntak, Evi Simanjuntak, Nurlina Butar-butar, Sheyda Sibarani, Abrina, Sabrina, Asry Munthe, Fresman. Makasih ya teman-teman atas doa-doa nya, dan kebersamaan kita untuk saling menguatkan dan menopang.

13.Teman-temanku seperjuangan yang dalam menjalani perkuliahan, Imelda, Adi, Debora, Vera, Sumi Fratiwi, Riri, Elfiera, Pritha, Newy, Siska,


(6)

Mustika, Puji, Fitri, Siekmy, Cecil, Jimmy, Indra dan teman-teman lainnya.

14.Kelompok kecilku Godelva, K’ July, Agnes, Jenny, Maria, Helen, Iriyanti, yang selalu setia berdoa untukku, dan telah berbagi bersama-sama di dalam kelompok kecil ini, banyak hal yang ku rasakan bersama kalian. 15.Adik-adik Kelompok kecil ku, Lusiana Pangaribuan, semangat ya dek

dalam melayani, berikan yang terbaik ya, Imanuel Rumapea, ayo nuel semangat ya kuliahnya, dan Ramses yang super sibuk tapi ingat kelompok ya dek.

16.Koordinasi KMK UP FH USU Tahun 2008/2009 dan masa transisi : K’ Swarni, K’ July, K’ Tiomsi, Vera, B’ Erwin, Corry, Evi, K’Tetty, Vera Aruan, John, Meilin, dan Adi. Banyak hal yang ku dapatkan bersama-sama dengan kalian semua, terimakasih buat doa dan motivasi serta masukan-masukannya.

17.Koordinasi Tahun 2010 : Corry, Evi, Adi, Lusiana, Yenni, Suhardy Fonger. Semangat ya teman-teman, selalu berikan yang terbaik ya, kalian koordinasi yang luar biasa. Tim PRP dan Perpus : Yola, Peggy, Rina, Mey Oncy. Tetap semangat dek, sering-sering aksi dana ya.

18.Teman-teman seperjuangan di Departemen Hukum Ekonomi : Eva, Lucy, Ingrid, Jaswin, Linawaty, Yunita, Nurlatifah, dan yang lainnya.

19.Anak Kost Dodol Berdikari 106 : Lina, Lidia, Dewi, Yanna, K’Nini, K’Eny, Nelly, Rohana, Lensi, Anna. Wah, memang dodol kali lah kalian semua. Senang bisa kenal dengan kalian semua.


(7)

20.Alumni, Abang/kakak senior, K’ Indah, K’Henni, K’Emmy, K’ Amel, K’Laura, K’Masta dan adik-adik Stb. 07, Dian, Mika, Jojo, Satra, Ricky, semangat ya dek menjalani setiap kegiatan-kegiatan kalian.

21.Seluruh teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dan semua pihak yang telah turut terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2010 Penulis

Henny Endang 060200053


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penulisan ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II PERATURAN GO PRIVATE DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA A. Pengertian Go Private ... 15

B. Dasar Hukum Go Private ... 17

1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas .... 18

2. Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan ... 24

3. Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender ... 30

4. Peraturan BEJ Nomor I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa ... 35


(9)

C. Peranan Penilai (Appraisal) dalam Pelaksanaan Go Private ... 41

BAB III MEKANISME GO PRIVATE PT. KOMATSU INDONESIA A. Latar Belakang ... 46

1. Alasan-alasan Perusahaan Melakukan Go Private ... 47

2. Keuntungan Go Private ... 48

B. Cara Pelaksanaan Go Private ... 49

1. Cash Out Merger ... 50

2. Tender Offer ... 52

3. Reverse Stock Split ... 54

4. Sale of All ... 55

C. Mekanisme Go Private Pada PT. Komatsu Indonesia ... 56

1. Profil Perusahaan ... 56

2. Proses Go Private PT. Komatsu Indonesia ... 59

a. Penyampaian Rencana Delisting dan Rencana Go Private kepada BEJ dan Suspensi Perdagangan Saham di BEJ ... 59

b. Penyampaian Agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) ... 61

c. Pengumuman Mengenai Rencana Mengadakan RUPSLB ... 62

d. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Komatsu Indonesia ... 65


(10)

f. Penilaian Akuntan Independen

PT Ernst & Young advisory Services ... 72

g. Permohonan Voluntary Delisting dan Penghentian Sementara Perdagangan Efek ... 74

h. Pernyataan Perseroan ... 75

i. Saat Penghapusan pencatatan Efek di BEJ menjadi Efektif ... 76

BAB IV AKIBAT HUKUM GO PRIVATE TERHADAP PEMEGANG SAHAM A. Akibat Hukum Go Private ... 77

1. Terhadap Emiten ... 82

2. Terhadap Investor ... 83

3. Terhadap Efek ... 84

B. Perubahan Status Kepemilikan Saham ... 84

C. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Go Private ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 103


(11)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H* Dr. Sunarmi, S.H M.Hum. **

Henny Endang***

*

Dosen Pembimbing I

**

Dosen Pembimbing II

***

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Perseoan Terbatas (PT) merupakan salah satu bentuk badan hukum yang terdapat di Indonesia. Suatu perseroan memiliki berbagai alternatif sember pendanaan dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya adalah melakukan penawaran umum saham yang dikenal dengan proses go public. Di dalam perubahan status perusahaan menjadi perusahaan terbuka tersebut, perseroan harus memenuhi setiap kewajiban-kewajibannya sebagai perusahaan terbuka. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Hal ini berarti perseroan terbuka dapat melakukan pembelian kembali saham yang telah dimiliki oleh masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh perseroan tersebut merupakan tindakan go private, yang berarti bahwa perusahaan yang sahamnya semula dimiliki publik (masyarakat), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan go private dalam pasar modal Indonesia, pelaksanaan go private yang dilakukan oleh salah satu perseroan yakni PT. Komatsu Indonesia, serta akibat hukum go private terhadap para pemegang saham. Penulisan skripsi ini menggunakan metode normatif yang mengolah data-data sekunder, melalui penelitian kepustakaan (Library Research), dan selanjutnya dianalisis secara prespektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

Sampai saat ini belum adanya peraturan khusus yang mengatur mengenai pelaksanaan go private. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanaka go private adalah peraturan mengenai Benturan Kepentingan dan Penawaran Tender yang dikeluarkan oleh Bapepam dan BEJ. Disamping itu, proses go private juga mengacu pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Perubahan status perseroan akan berdampak bagi para pemegang saham, maka perseroan serta peraturan perundang-undangan akan menjamin perlindungan para pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas. Mengenai perlindungan pemegang saham minoritas go private, dapat dilihat bahwa para pemegang saham mempunyai hak untuk mengeluarkan suara atas persetujuan ataupun penolakan rencana go private dan rencana delisting perusahaan di BEJ. Dan tentunya juga menjamin bahwa pemegang saham independen tidak akan dirugikan kepentingannya.


(12)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H* Dr. Sunarmi, S.H M.Hum. **

Henny Endang***

*

Dosen Pembimbing I

**

Dosen Pembimbing II

***

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Perseoan Terbatas (PT) merupakan salah satu bentuk badan hukum yang terdapat di Indonesia. Suatu perseroan memiliki berbagai alternatif sember pendanaan dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya adalah melakukan penawaran umum saham yang dikenal dengan proses go public. Di dalam perubahan status perusahaan menjadi perusahaan terbuka tersebut, perseroan harus memenuhi setiap kewajiban-kewajibannya sebagai perusahaan terbuka. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Hal ini berarti perseroan terbuka dapat melakukan pembelian kembali saham yang telah dimiliki oleh masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh perseroan tersebut merupakan tindakan go private, yang berarti bahwa perusahaan yang sahamnya semula dimiliki publik (masyarakat), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan go private dalam pasar modal Indonesia, pelaksanaan go private yang dilakukan oleh salah satu perseroan yakni PT. Komatsu Indonesia, serta akibat hukum go private terhadap para pemegang saham. Penulisan skripsi ini menggunakan metode normatif yang mengolah data-data sekunder, melalui penelitian kepustakaan (Library Research), dan selanjutnya dianalisis secara prespektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

Sampai saat ini belum adanya peraturan khusus yang mengatur mengenai pelaksanaan go private. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanaka go private adalah peraturan mengenai Benturan Kepentingan dan Penawaran Tender yang dikeluarkan oleh Bapepam dan BEJ. Disamping itu, proses go private juga mengacu pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Perubahan status perseroan akan berdampak bagi para pemegang saham, maka perseroan serta peraturan perundang-undangan akan menjamin perlindungan para pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas. Mengenai perlindungan pemegang saham minoritas go private, dapat dilihat bahwa para pemegang saham mempunyai hak untuk mengeluarkan suara atas persetujuan ataupun penolakan rencana go private dan rencana delisting perusahaan di BEJ. Dan tentunya juga menjamin bahwa pemegang saham independen tidak akan dirugikan kepentingannya.


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sasaran umum pembangunan Indonesia diarahkan kepada peningkatan kemakmuran rakyat yang semakin merata. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, diharapkan Perseroan Terbatas (PT) dapat menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional, sebab Perseroan Terbatas adalah entitas bisnis yang penting dan banyak terdapat didunia, termasuk Indonesia. Kehadiran PT sebagai salah satu kendaraan bisnis memberikan kontribusi pada hampir semua bidang kehidupan manusia. Perseroan Terbatas telah menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit untuk pembangunan ekonomi dan sosial. 1

Perseroan Terbatas merupakan salah satu badan usaha yang relatif dominan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Setiap perusahaan memiliki alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun di luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau penerbitan surat-surat hutang, maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan

1

Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance, (Jakarta : Kencana dan Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan FH UI, 2006 ), hal . 1.


(14)

persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam LK.2

Masyarakat telah banyak mengetahui tentang go public. Sejalan dengan itu, masyarakat perusahaan publik, emiten, lembaga atau profesi penunjang, fund manajer dan istilah-istilah lainnya yang terkait dengan proses go public nya suatu perusahaan. Pada dasarnya go public merupakan suatu proses untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui permanent capital formation. Partisipasi di sini menuntut adanya transparansi dan disclosure yang wajib dilakukan oleh perusahaan. 3

Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian terhadap investasi. Sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Semakin Go public yang muncul tersebut menimbulkan akibat yang besar sekali pada bidang hukum. Salah satunya menimbulkan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan dalam pasar modal ini berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap masyarakat. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal akan membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar.

2

Boby W. Hermawan dan I Made B. Tirthayatra, Go Private, Hal. 1

3

I Putu Gede Ary Suta. Menuju Pasar Modal Modern, ( Jakarta : SAD Satria Bhakti, 2000 ), hal. 156


(15)

jelas informasi perusahaan, semakin keinginan investor untuk melakukan investasi makin tinggi. 4

4

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006), Hal. 8.

Di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT, terdapat penegasan dalam Pasal 37 ayat (1) bahwa Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan beberapa ketentuan, antara lain pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan, dan jumlah nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 % ( sepuluh persen ) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan. Pembelian saham dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara awam masyarakat selalu mengkonotasikan pasar modal sebagai pasar saham, tetapi bila dilihat dari kenyataannya ternyata pasar modal sangatlah komplek dengan berbagai produk dan sistem yang ada di dalamya. Pada awalnya produk yang diperdagangkan terbatas hanya pada efek bersifat ekuitas diikuti kemudian efek bersifat utang, seiring dengan majunya perkembangan zaman dan didorong oleh kebutuhan alternatif investasi bermunculan berbagai produk atau instrumen pasar modal yang karakteristik dan risiko Real Estate Investment Trusts (REIT), Exchangeble Trust Fund, dan kontrak-kontrak tertentu lainnya yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh setiap Otoritas Pasar Modal.


(16)

Kemitraan pasar modal dengan emiten atau perusahaan publik dapat dikatakan sebagai bentuk hubungan simbiosis mutualisme, dimana selama status terbuka atau publik tersebut masih memberikan keuntungan atau keunggulan bagi perusahaan yang memberikan value added bagi perusahaan mengakibatkan perusahaan tersebut tetap mempertahankan status listednya di bursa. Tetapi bila industri pasar modal tidak lagi memberikan manfaat bahkan menjadi beban bagi perusahaan, maka secara naluri untuk bertahan hidup maka perusahaan akan memilih untuk keluar dari bursa atau pasar modal atau dengan kata lain menjadi tertutup kembali. 5

Selama ini langkah go private diambil dengan memanfaatkan celah dimana tidak adanya aturan khusus bagi emiten atau perusahaan publik yang akan

Masih rendahnya arus perusahaan yang masuk ke dalam industri pasar modal menyebabkan arus perusahaan yang keluar menjadi tidak terlalu terlihat dan akhirnya justru ini yang menjadi masalah besar. Badan Pengawas Pasar Modal ( Bapepam ) sebagi otoritas pasar modal hingga saat ini tidak menerbitkan aturan khusus terkait dengan go private ini dikarenakan masih sedikitnya jumlah emiten atau perusahaan publik yang melakukan go private. Namun bukan berarti ketiadaan peraturan tersebut, menjadikan go private tidak dapat dilaksanakan. Buktinya hampir setiap tahun terjadi aksi korporasi ini. Setiap perusahaan dapat melakukan kebijakan dengan menyesuaikan kondisi pasar, industri yang dijalaninya, kondisi keuangannya, serta faktor-faktor uncontrolable.

5


(17)

melakukan go private. Salah satu contoh perusahaan yang melakukan go private yakni PT. Komatsu Indonesia pada Tahun 2005.6

1. Bagaimanakah pengaturan pelaksanaan go private dalam hukum pasar modal?

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Penulis berminat menulis skripsi dengan judul “ Analisis Hukum Pelaksanaan Go Private Pada PT. Komatsu Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

2. Bagaimanakah pelaksanaan go private yang dilakukan oleh PT. Komatsu Indonesia ?

3. Bagaimanakah akibat hukum go private terhadap para pemegang saham PT. Komatsu Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan pelaksanaan go private dalam hukum pasar modal

b. Untuk mengetahui pelaksanaan go private yang dilakukan oleh PT. Komatsu Indonesia

6

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2009 ) hal. 2


(18)

c. Untuk mengtahui akibat hukum go private terhadap para pemegang saham PT. Komatsu Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi khususnya mengenai go private, yang dapat dikatakan sebagai suatu aksi korporasi yang merupakan kebalikan dari tindakan go public.

b. Secara Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan bagi para pembaca, khususnya bagi para pihak yang berkecimpung dalam kegiatan go private.

D. Keaslian Penulisan

“ Analisis Hukum Pelaksanaan Go Private Pada PT. Komatsu Indonesia” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis dibantu dengan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari pihak-pihak tertentu. Dengan demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


(19)

E. Tinjauan Kepustakaan

Perseroan adalah persekutuan modal (asosiasi modal) yang oleh Undang-undang diberi status badan hukum. Dalam Undang-Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut “UUPT”) dinyatakan Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya.

Selain defenisi yang disebutkan dalam UUPT terdapat defenisi lain tentang Perseroan Terbatas yakni menurut HMN Purwosutjipto, berpendapat bahwa, Perseroan Terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum. 7 Menurut Abdulkadir Muhammad, Perseroan Terbatas adalah Perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas saham-saham dan tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. 8

Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran jangka panjang, penambahan financial assets pada saat yang sama,

Perseroan terbatas adalah badan hukum dan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri (dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) mengenai pengesahan badan hukum perseroan.

7

H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. (Jakarta : Djambatan, 1999), hal 95

8

Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal 68


(20)

memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi. Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dinyatakan Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan Efek, yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Menurut Marzuki Usman, Pasar Modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yakni menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan emiten. Para pemodal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan. 9

Menurut Siswanto Sudomo, yang dimaksud dengan pasar modal adalah pasar tempat diterbitkannya serta diperdagangkannya surat-surat berharga jangka panjang.

10

Pada dasarnya pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, yang membedakan ialah pada pasar modal komoditi yang diperdagangkan adalah dana-dana jangka panjang, yang terikat dalam investasi lebih dari satu tahun atau jangka panjang.

11

Go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit

9

Marzuki Usman, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (Jakarta: Penerbit IBI, 1987 ), hal 5

10

Siswanto Sudomo, Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Dampaknya Bagi Para Investor , (Semarang: P3E, 1999), hal 17

11

Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia Pengantar dan Studi Kasus, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal 11


(21)

pertama kali melakukan penjualan saham. Kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana (primary market), dan selanjutnya pemegang saham ini dapat mentransaksikannya di pasar sekunder (secondary market).12

Menurut Sudarsono dan Edilias, go public adalah penjualan saham atas suatu perusahaan kepada masyarakat dalam rangka menambahkan modal untuk ekspansi (perluasan) dan pertumbuhan perseroan. 13

Go Public adalah suatu perusahaan yang pada waktu pertama kali menawarkan saham-sahamnya kepada masyarakat pemodal. Secara harfiah, istilah go public berarti pergi ke masyarakat. Secara konotatif, istilah go public memang khusus digunakan di dunia pasar modal. Artinya, juga memang pergi ke masyarakat, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat. Jadi, jika suatu perusahaan ingin menambah modalnya, maka bisa pergi ke masyarakat untuk mendapat modal tersebut, yaitu dengan menjual saham atau obligasi atau surat berharga lainnya. 14

Go Private merupakan proses dimana suatu perusahaan terbuka melakukan perubahan statusnya kembali menjadi perusahaan tertutup. Tindakan go private ini merupakan aksi korporasi yang merupakan kebalikan dari tindakan go public. 15

Menurut Black’s Law Dictionary, Go Private adalah “ the process of changing a public corporation by terminating the corporation’s status with

12

Ibid, hal 46

13

Sudarsono dan Edilias, Kamus Ekonomi, Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 67

14

Kunarjo. Glosarium, Ekonomi , Keuangan dan Pembangunan, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2003), hal 156

15


(22)

Security Exchange Commision as a publicly held corporatioan and by having its outstanding publicly held shares acquiered by a single shareholder or a small group”.

Go Private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik atau perusahaan terbuka, berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja. 16

Go private merupakan perusahaan yang telah go public, lalu sahamnya dibeli oleh pemodal tertentu sehingga jumlah pemegang sahamnya kurang dari ketentuan pasar modal. 17

Jumlah perusahaan publik yang beralih menjadi perusahaan tertutup memang tidak terlalu banyak, namun itu dapat menjadi pertanda yang kurang baik di tengah upaya untuk meningkatkan minat sektor korporasi untuk mencatatkan sahamnya di lantai bursa. Para pelaku dunia usaha yang tadinya mempunyai minat untuk masuk ke pasar modal, tentunya akan kembali melakukan pertimbangan lebih dalam dengan berubahnya status sejumlah perusahaan publik menjadi tertutup. Fenomena go private ini juga mengkhawatirkan karena adanya perbedaan proses antara perusahaan yang melakukan go private dengan sukarela

Fenomena ini menarik terjadi di pasar modal saat ini. Di satu sisi banyak perusahaan dari kelas kakap sampai kelas menengah, ramai-ramai masuk bursa tetapi sebaliknnya beberapa perusahaan tersebut berniat hengkang dari bursa, dengan alasan saham mereka tidak aktif diperdagangkan. Emiten kemudian melihat lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya.

16

Black’s Law Dictionary, 7th Edition, West Group, 1999, USA, Hal. 69

17

Kunarjo. Glosarium, Ekonomi , Keuangan dan Pembangunan, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2003), hal 157


(23)

dan yang dipaksa atau force delisting. Dalam beberapa hal perusahaan publik yang akan melakukan go private dapat mengalami kesulitan dalam penentuan harga saham yang harus dia beli kembali dari para investor publik. 18

18

Boby W Hermawan, Op.cit, Hal 29.

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan data sekunder, yang meliputi : a. Bahan Hukum Primer, yaitu : bahan hukum yang mengikat berupa peratura perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian atau pendapat para pakar hukum.

c. Bahan Hukum Tersier atau bahan penunjang, yang mencakup literatur-literatur lain diluar cakupan bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan untuk memberi penjelasan tambahan untuk melengkapi data penelitian.


(24)

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : Penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, artikel-artikel baik dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :


(25)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PERATURAN HUKUM GO PRIVATE DALAM HUKUM

PASAR MODAL INDONESIA

Dalam bab ini dibahas tentang pengertian go private, dasar hukum dari pelaksanaan go private, serta peranan penilai (appraisal) yang merupakan lembaga penunjang pasar modal didalam menilai asset atau harta perusahaan yang akan melaksanakan go private.

BAB III : MEKANISME GO PRIVATE PT. KOMATSU INDONESIA

Merupakan suatu bab yang membahas tentang latar belakang sebuah perusahaan untuk melaksanakan go private, alasan-alasannya, serta keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan apabila telah go private, dan dalam bab ini juga dijelaskan mekanisme pelaksanaan go private PT. Komatsu Indonesia

BAB IV : AKIBAT HUKUM GO PRIVATE TERHADAP PEMEGANG SAHAM

Bab ini berisikan tentang akibat hukum go private, status kepemilikan saham, akibat yang ditimbulkan apabila perusahaan go private, serta perlindungan hukum bagi pemegang saham go private.


(26)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan bagi pihak-pihak yang terkait dengan judul skripsi ini.


(27)

BAB II

PERATURAN HUKUM GO PRIVATE DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA

A. Pengertian Go Private

Tindakan go private merupakan aksi korporasi yang merupakan kebalikan dari tindakan go public. Pada tindakan go public suatu perusahaan menjual sahamnya kepada publik sehingga menjadi perusahaan terbuka. Sebaliknya, pada tindakan go private perusahaan terbuka berubah statusnya menjadi perusahaan tertutup.

Menurut Black’s Law Dictionary, Go Private adalah “ the process of changing a public corporation by terminating the corporation’s status with Security Exchange Commision as a publicly held corporatioan and by having its outstanding publicly held shares acquiered by a single shareholder or a small group”.19

Pengertian sebelumnya memberi kesimpulan bahwa go private adalah perubahan status dari perusahaan yang terbuka menjadi perusahaan tertutup. Go private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik

Sedangkan menurut Young Moo Shin, yang dimaksud dengan going private adalah : “… Any Transaction or series of transactions engaged by an issuer or its affiliate, which would if successful, permit or its affiliate, which would if successful, permit the issuer to cease filingreports under the securities law and return privately held status…”

19


(28)

(perusahaan tertutup), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang hanya dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja. 20

Berdasarkan logika, setiap perusahaan berhak juga untuk go public, setelah memenuhi aturan main dan, berhak juga untuk membeli kembali saham yang dimiliki masyarakat. Hal ini merupakan prinsip dasar dari sistem ekonomi pasar yang dianut serta praktik yang lazim berlaku di pasar modal yang telah maju.

Secara nasional kepentingan terhadap berkembangnya budaya keterbukaan merupakan hal yang sangat mendasar. Keterbukaan dimaksud tidak hanya menyangkut masalah politik juga terkait dengan aspek lainnya termasuk keterbukaan di bidang ekonomi. Keterbukaan di bidang ekonomi, khususnya yang berhubungan dengan masalah keuangan (financial disclosures) merupakan masalah mendasar dan mau tidak mau, akan menjadi keharusan melaksanakan keterbukaan ini.

Tanpa disadari bahwa pengembangan pasar modal telah membawa banyak perubahan baik bagi pelaku bisnis sendiri maupun regulator. Perubahan tersebut mencakup adanya keberhasilan dalam penerapan financial technology, pengembangan SDM di bidang keuangan, dan lain-lain. Dibalik kemajuan ini, ada indikasi mulai munculnya ide untuk melakukan go private bagi beberapa perusahaan yang telah go public.

21

Dalam UUPT ditegaskan pada pasal 37 ayat (1), disebutkan bahwa Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan :

20

Young Moo Shin, Securities Regulation in Korea, (Seoul, Korea : National University Press,1993), Hal 338, dikutip dari artikel hukum bisnis

21


(29)

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroandan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

B. Dasar Hukum Go Private

Sampai saat ini belum adanya peraturan khusus yang mengatur go private. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan go private adalah peraturan mengenai Benturan Kepentingan dan peraturan mengenai Penawaran Tender. 22 Kedua aturan ini meliputi peraturan Bapepam dan juga peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta. Disamping itu proses go private juga harus mengacu pada Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT), dan Undang-undag No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (UUPM). 23

Dalam praktik yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang melakukan go private, dapat ditemukan adanya berbagai dasar hukum yang menjadi acuan atau kerangka atau pijakan dalam melaksanakan go private itu sendiri. Secara umum dasar hukum dan peraturan tersebut dapat disebutkan dan dijelaskan sebagai berikut :

22

Gunawan Wudjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit. Hal 72.

23


(30)

1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peseroan Terbatas

Ketentuan dalam Undang-undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menjadi sandaran awal dilaksanakannya go private adalah: a. Pasal 21 Ayat (1) UUPT

“ Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri” b. Pasal 21 Ayat (2) UUPT

“Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

1) Nama Perseroan dan /atau tempat kedudukan perseroan 2) Maksud dan Tujuan Perseroan serta kegiatan usaha perseroan; 3) Jangka waktu berdirinya perseroan

4) Besarnya modal dasar

5) Pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor; dan/atau

6) Status perseroan yang tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya”.

Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pasal 21 Ayat (2) UUPT itu memberi dasar hak perubahan status bagi perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasal tersebut merupakan dasar hukum go private yang bersifat umum, karena tidak mengatur lebih lanjut bagaimana seharusnya prosedur dan tata cara perusahaan publik itu melakukan go private. 24

24


(31)

c. Pasal 19 Ayat (1) UUPT

“ Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS”. Berdasarkan ketentuan ini perubahan anggaran dasar perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari seluruh pemegang saham utama maupun pemegang saham minoritas. 25

Pembelian kembali saham (stock buy back) merupakan salah satu langkah yang dapat diambil oleh emiten atau perusahaan publik untuk menaikkan harga sahamnya yang karam. 26

Menurut Hasan Zein, mengenai fenomena ramainya emiten atau perusahaan publik yang melakukan buy back saham mereka di penghujung tahun 1997, kembali menjadi sesuatu yang aktual saat ini. 27

1. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditetapkan ditambah cadangan diwajibkan yang telah disisihkan.

Adapun dasar-dasar hukum bagi pembelian saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan secara umum adalah Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 UUPT.

d. Pasal 37 Ayat (1) UUPT

“ Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan :

2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atau saham yang dipegang oleh

25

UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 19.

26

www.hukumonline.com /buy back, Diakses Tanggal 11 Februari 2010.

27

Hasan Zein. Fenomena Stock Buy Back www. hukumonline.com. Diakses Tanggal 12 Februari 2010.


(32)

perseroan tanah ini dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.”

e. Pasal 37 Ayat (2) UUPT

“ Perseroan saham, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dngan Ayat (1) batal karena hukum”.

f. Pasal 37 Ayat (3) UUPT

“ Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)

g. Pasal 37 Ayat (4)

“ Saham yang dibeli kembali perseroan sebagimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 Tahun”.

Pada pasal 37 Ayat (1) UUPT mengingatkan kepada konsep go private yang merupakan proses pembelian saham publik oleh perseroan dalam rangka implementasi buy back atau repurchase saham yang wajib memenuhi persyaratan pokok jumlahnya.28

28

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2009), Hal. 74.

Selain itu, jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan bersama dengan yang dimiliiki perseroan bersama dengan yang dimiliki perseroan bersama dengan yang dimiliki perseroan anak perusahaan dan gadai saham yang dipegang, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal


(33)

yang ditempatkan (Pasal 37 Ayat (1) butir b UUPT) dan dana yang digunakan untuk buy back adalah dana dari laba bersih perseroan.

Selanjutnya ketentuan Pasal 37 Ayat (2) UUPT sudah memberikan rumusan yang jelas bahwa perolehan saham, baik langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 37 Ayat (1) UUPT adalah harus dikembalikan ke perseroan. Ketentuan Pasal 37 Ayat (3) UUPT adalah batal demi hukum dan pembayaran yang telah diterima harus dikembalikan ke perseroan. Ketentuan Pasal 37 Ayat (3) UUPT menjelaskan tentang tanggung jawab direksi apabila pemegang saham mengalami kerugian. 29

Inti sari dari Pasal 38 Ayat (1 ) UUPT ini bahwa buy back hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari RUPS. Dengan demikian, tanpa dilakukannya RUPS, maka proses buy back tidak dilakukan dan dengan h. Pasal 38 Ayat (1) UUPT

“ Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1) atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.”

i. Pasal 31 Ayat (2) UUPT

“Keputusan RUPS yang memuat persetujuan sebagai mana dimaksud Ayat (1) sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, quorum, dan persetujuan jumlah suara untuk pembahasan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.

29


(34)

sendirinya menjadi batal demi hukum. Di mana keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) akan sah apabila dihadiri sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dan jumlah suara tersebut atau sebagimana diatur lain dalam anggaran dasar.

j. Pasal 61 Ayat (1) UUPT

“ Setiap Pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisaris”.

Isi ketentuan Pasal 61 Ayat (1) UUPT ini memberikan hak kepada setiap pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan kepada Pengadilan Negeri jika ia dirugikan atas tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS yang mengagendakan buy back sebagai pembahasnya. 30

30

Ibid

k. Pasal 62 Ayat (1) UUPT

“ Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apbila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa :


(35)

a. Perubahan anggaran dasar;

b. Pengalihan atau penjaminan, seluruh kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan perseroan atau pemisahan” l. Pasal 62 Ayat (2) UUPT

“ Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1), perseroan wajib mengusahakan gar sisa saham dibeli oleh pihak lain.”

Proses go private juga harus memperhatikan penyelesaian terhadap pemegang saham yang tidak setuju terhadap go private. Hal ini diatur dalam Pasal 62 Ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugian pemegang saham atau perseroan, berupa : perubahan dasar anggaran dasar, Perubahan anggaran dasar; Pengalihan atau penjaminan, seluruh kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau Penggabungan, peleburan, pengambilalihan perseroan atau pemisahan perseroan. 31

Sedangkan pada ketentuan Pasal 62 Ayat (1) dan (2) UUPT ini mengandung arti bahwa adanya hak setiap pemegang saham untuk meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar dan apabila hal

31


(36)

ini yang diminta melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham, maka perseroan punya kewajiban untuk mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak lain.

2. Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan

Kegiatan ekonomi pada umumnya tercermin pad aktifitas pasar dan karenanya orang sering menyebut kegiatan ekonomi tidak berorientasi pada pasar nerupakan salah satu bentuk penyimpangan yang harus diperbaiki. Untuk menciptakan sistem ekonomi yang ideal hendaknya perlu ada satu perangkat yang mampu menjamin berjalannya system mekanisme pasar.

Untuk dapat dipercaya, setiap pasar termasuk financial market, pasar uang dan pasar modal haruslah memiliki kriteria atau kondisi sebagai berikut : adanya fairness, tegaknya hukum, lengkapnya infrastruktur, dan adanya profesionalisme pelaku dan pengawas pasar. Setiap pasar termasuk pasar tradisional biasanya memiliki pengawas. Tanpa pengawas sulit dicapai adanya pasar efisien dan teratur. Fungsi pengawas pasar ini sangatlah penting mengingat yang bersangkutan bertindak tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai pengawas dan dalam beberapa hal sebagai investigator atau penyidik. 32

Namun, peran dan fungsi pengawas pasar ini perlu diawasi agar keberadaaannya tidak menjadi halangan atau penghambat. Sebab kekuasaan yang diberikan kepada pengawas pasar sekaligus menjadi potensi yang dapat menghambat pasar. Apabila pengawas pasar memiliki kewenangan yang

32

I Putu Gede Ary Suta. Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: SAD Satria Bakti, 2000), Hal. 166.


(37)

berlebihan dan penyalahgunaan wewenangnya itu sehingga menjadi beban bagi pasar. 33

Transaksi Berbenturan Kepentingan terjadi apabila dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut 34

a. Adanya transaksi, yaitu suatu aktivitas atau kontrak dalam rangka memberikan dan/atau mendapatkan pinjaman, memperoleh, melepaskan atau menggunakan aktiva, jasa atau efek suatu perusahaan atau perusahaan terkendali, atau mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas terseebut

:

b. Adanya benturan kepentingan

c. Benturan kepentingan tersebut adalah antara perusahaan dengan komisaris atau direktur atau pemegang saham utama

d. Kepentingan yang berbenturan adalah kepentingan ekonomis

Menurut peraturan khusus mengatur mengenai Benturan Kepentingan transaksi tertentu, yaitu Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-12/PM/1997 (Peraturan No.IX. E. 1) maka yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi kreditur, komisaris atau pemegang saham utama dari perusahaan tersebut.

Dalam peraturan tersebut, maka apabila suatu transaksi di mana seorang Komisaris, Direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan

33

Ibid, Hal 170

34


(38)

kepentingan, maka transaksi dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka yang diberi wewenang secara sah. 35

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan profesionalisme dan diikuti semakin banyaknya perusahaan yang menjual dan mencatatkan sahamnya pada bursa efek di Indonesia, maka fungsi Bapepam kemudian lebih difokuskan pada pembinaan dan pengawasan kegiatan pasar modal, sedangkan pengelolaan bursa efek diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta. Melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No.1548/KMK.013/1990, Bapepam mengalami perubahan peran dan fungsi. Sejak diberlakukannya keputusan tersebut, Bapepam tidak lagi menjadi penyelenggara pasar, tetapi hanya memfokuskan peranannya di bidang pengawasan. Hal ini ditegaskan dalam UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dalam pasal 3 Ayat (1) disebutkan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bapepam. Berikutnya pada Pasal 4 ditegaskan peran Bapepam itu bertujuan mewujudkan

Di Indonesia lembaga yang dapat dikategorikan sebagai pengawas pasar adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagai Pengawas Pasar Modal, Bank Indonesia (BI) dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Pengawas Industri Perbankan, Departemen Keuangan sebagai Pengawas Industri Asuransi, Dana Pensiun, dan Modal Ventura, Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebagai Pengawas Pasar Bursa Berjangka. Fungsi yang dilaksanakan lembaga-lembaga pengawas tersebut di atas memang berbeda satu dengan yang lain.

35


(39)

terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 36

a. Memberi izin usaha kepada bursa efek, lembaga kliringa dan penjaminan, lembaga penyimpanan, dan penyelesaian, reksadana, perusahaan efek, penasihat investasi, dan biro administrasi efek.

Selanjutnya kewenangan Bapepam diatur lebih rinci dalam Pasal 5 UU Pasar Modal, yang meliputi :

b. Memberi izin orang perseorangan bagi wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, dan wakil manajer investasi.

c. Memberi persetujuan bagi bank kustodian.

d. Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal dan wali amanat e. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan

untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan direktur yang baru.

f. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta menyatakan, menunda, dan membatalkan efektifnya pernyataan pendaftaran.

g. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksanaannya.

36


(40)

h. Mewajibkan setiap pihak untuk menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di pasar modal, dan juga mengambil langkah-langkah yang timbul akibat dari iklan atau promosi tersebut.

i. Melakukan pemeriksaan terhadap emiten atau perusahaan publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam.

j. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam.

k. Mengumumkan hasil pemeriksaan

l. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada bursa efek atau menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal.

m. Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu tertentut dalam hal keadaan darurat.

n. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi yang dimaksud

o. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan pasar modal


(41)

p. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar modal.

q. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya

r. Menetapkan instrument lain sebagai efek

s. Melakukan hal-hal lain untuk diberikan berdasarkan Undang-undang ini.

37

Dalam hal ini Bapepam mengeluarkan peraturan yang dapat disebutkan sebagai salah satu dasar dari pelaksanaan go private. Peraturan Bapepam ini mengenai Benturan Kepentingan yang mewajibkan suatu transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan mendapat persetujuan dari pemegang saham independen. Meskipun tindakan go private tidak mengandung benturan kepentingan, kebijakan Bapepam mewajibkan perusahaan untuk mengacu kepada peraturan sendiri. 38

Dengan kebijakan ini, meskipun tidak memilki suara mayoritas, pemegang saham independen yang tidak setuju dengan proses go private dapat menghalangi proses go private. Sampai Tahun 2005, persetujuan pemegang saham independen dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX. E. I Tentang Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa go private hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham Independen yang dihadiri oleh lebih dari 50 % (Lima puluh persen) saham yang

37

Ibid, Hal 181

38


(42)

dimiliki Pemegang Saham Independen, dan disetujui oleh lebih dari 50 % (Lima puluh persen) saham yang dimiliki oleh pemegang saham independent. 39

Menurut Peraturan Bapepam No. IX. F. 1 Tentang Penawaran Tender, Penawaran tender adalah penawaran melalui media massa untuk memperoleh efek bersifat ekuitas dengan cara pembelian atau pertukaran dengan efek lainnya. Pernyataan Penawaran Tender adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Bapepam oleh pihak yang melakukan penawaran tender.

3. Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender (Tender Offer)

Dalam pengertian umum, Tender Offer merupakan penawaran melalui media massa untuk membeli saham perusahaan publik yang tercatat dibursa dengan tujuan untuk mengendalikan perusahaan publik yang bersangkutan. Tender offer pada umumnya menjadi pusat perhatian setiap pengawas pasar modal dan bursa, mengingat implikasinya terhadap masyarakat.

40

Tender offer dapat berakibat beralihnya pengendalian perusahaan publik dari satu tangan (group) ke tangan (group) lainnya. Makna yang dapat timbul seperti adanya perubahan Direksi, Komisaris, atau bahkan kebijakan penting yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan publik. 41

Untuk perusahaan publik, pengendalian tak lagi diukur dari pemilikan saham yang melebihi 50 % (lima puluh persen), melainkan jauh lebih luas. Pemilikan 25 % (dua puluh lima persen) suara sudah dianggap mengendalikan, kecuali terdapat pembuktian sebaliknya. Pelaksanaan Tender Offer dapat mempengaruhi masyarakat pemodal untuk menjual atau tak menjual efek atau

39

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis. Op.Cit Hal 78

40

Peraturan Bapepam No. IX. F. I Tentang Penawaran Tender

41


(43)

saham yang dimiliki. Disinilah peran pengawas pasar modal dan bursa untuk memastikan bahwa kesepakatan mengenai penawaran sahan tersebut jujur dan transparan. Pemodal harus memperoleh informasi lengkap dan terlindungi dari praktik tak jujur.

Masyarakat pemodal adalah pihak yang harus selalu dilindungi. Sebab mereka selalu di pihak yang lemah, terutama dalam perolehan informasi yang penting dan relevan. Beda dengan pengelola perusahaan publik yang memiliki posisi lebih menguntungkan. Penawaran tender adalah tindakan yang terbalik jika dibandingkan dengan penawaran saham perdana (Initial Public Offering - IPO). Dalam IPO, yang ada adalah penawaran jual, berarti yang diambil pemodal adalah keputusan untuk membeli efek. Jumlah pemegang saham akan meningkat sejalan dengan bertambahnya modal perusahaan. Sedangkan dalam Tender Offer, yang dilakukan merupakan penawaran beli dan yang diambil pemodal adalah keputusan untuk menjual.

Salah satu hal yang terpenting dalam Tender Offer adalah adanya kemungkinan perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan sebagi perusahaan publik, dalam arti bahwa perusahaan tersebut telah go private. Konsekuensinya adalah terhentinya pencatatan di bursa, tertutupnya mekanisme jual beli saham perusahaan yang bersangkutan, yang berarti berakhirnya likuiditas. 42

Karena luasnya dampak tender offer bagi pemodal, aturan main tentang hal ini harus memberi jaminan bahwa pelaku tender offer memberi informasi yang

42


(44)

benar dan tidak menyesatkan. Harus memberikan informasi atau fakta materil yang seharusnya diketahui pemodal, tidak menggunakan informasi orang dalam (insider informasi), dan informasi yang diberikan harus tepat waktu dan merata.

Untuk mengantisipasi hal itu, Bapepam selaku pengawas pasar modal mengambil langkah dengan menerbitkan Peraturan Penawaran Tender pada tahun 1995. Peraturan itu untuk mencapai sasaran penting, antara lain memberikan perlindungan kepada masyarakat pemodal dari praktik pengambilalihan perusahaan publik secara tidak transparan, menciptakan harga penawaran yang wajar serta tidak merugikan kepentingan masyarakat pemodal, terutama dari praktik manipulasi harga, dan memberikan waktu dan informasi cukup bagi masyarakat pemodal sebelum mengambil keputusan untul menjual atau tidak menjual efek yang dimaksud.

Untuk mencapai sasaran diatas, peraturan Bapepam memuat hal penting yang wajib diikuti oleh pihak yang akan melakukan Tender Offer, antara lain meliputi pembelian saham di bursa, sehingga pemilikan mencapai 20 % (dua puluh persen) atau lebih dengan tujuan pengendalian harus dilakukan penawaran tender, offeror harus mengumumkan transaksi tersebut dalam dua surat kabar. Lalu offeror wajib menyampaikan pernyataan penawaran tender kepada Bapepam, harga penawaran tender pun harus lebih tinggi dari harga selama enam bulan terakhir.43

Di Indonesia, secara umum pengambilalihan perseroan diatur dalam Bab VIII UUPT , Pasal 125 UUPT mengatur cara pihak-pihak yang dapat melakukan

43


(45)

pengambilalihan dan prosedur pengambilan. Pasal 126 mengatur tentang mengenai perbuatan hukum pengambilalihan di mana harus memperhatikan kepentingan perseroan , pemegang saham minoritas, karyawan perseroan dan kepentingan masyarakat serta persaingan sehat dalam melakukan pihak yang melakukan usaha dan dalam Pasal 83 UU Pasar Modal ditentukan bahwa setiap pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditegaskan oleh Bapepam. 44

Selanjutnya mengenai pengambilalihan bagi emiten atau perusahaan publik diatur dalam Pasal 84 UUPM. Apabila rencana go private telah disetujui oleh para pemegang saham independen, maka harus dilakukan penawaran tender oleh pemegang saham perusahaan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang saham publik.45

a. Identitas dari pihak yang melakukan tender offer

Adapun pihak yang dapat melakukan penawaran tender wajib mengumumkan di surat kabar, yang mengenai rencana penawaran tender, yang memuat :

b. Persyaratan dan kondisi khusus dari penawaran tender yang direncanakan c. Jumlah efek bersifat ekuitas dari perusahaan sasaran yang dimiliki oleh

pihak yang melakukan penawaran tender.

d. Pernyataan akuntan, bank, atau penjamin emisi efek yang menerangkan bahwa pihak yang melakukan penawaran tender telah mempunyai dana yang mencukupi untuk membiayai penawaran tender yang dimaksud.

44

Ibid.

45


(46)

Tata cara dan prosedur penawaran tender diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX. F. I Tentang Penawaran Tender. Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender harus lebih tinggi dari dua harga berikut :

a. Harga penawaran tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang sama dalam jangka waktu 180 (Seratus delapan puluh) hari sebelum pengumuman.

b. Harga pasar tertinggi atas efek dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumuman. 46

Bagi pasar modal Indonesia, aspek penting lainnya yang perlu memperoleh perhatian adalah kesiapan masyarakat menerima go private, yang pada dasarnya merupakan proses kebalikan dari go public. Di tengah usaha memasyarakatkan pemilikan saham perusahaan besar, dapat terjadi penciutan pemilikan saham publik. Hal demikian haruslah diantisipasi dan telah merupakan bagian dari kehidupan pasar modal yang bersifat global. Dari sisi ini, pengelola perusahaan publik harus paham bahwa sekali perusahaan masuk bursa, dia sudah memasuki arena yang setiap saat dapat menjadikannya perusahaan sasaran sudah diakuisisi.

Peraturan penawaran tender (Tender offer) ini harus diarahkan kepada perlindungan kepada pemegang saham publik. Inti dari Tender Offer ini adalah kewajaran (fairness), transparansi dan perlindungan kepada masyarakat.47

46

Ibid, hal 80

47


(47)

4. Peraturan BEJ No. 1. 1 Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa

Saham yang telah tercatat di bursa (listed) dapat mengalami yang disebut delisting, yaitu penghapusan pencatatan dari daftar saham di bursa yang dikarenakan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan di bursa tersebut. Pada saat perusahaan melakukan go private, hal tersebut pada umumnya diikuti dengan tindakan delisting oleh bursa. Pada saat perusahaan yang berstatus terbuka mengubah statusnya menjadi perusahaan tertutup.48

Delisting adalah perpindahan perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek karena perusahaan tersebut tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku atau keadaan keuangannya jauh dibawah standar yang berlaku secara umum.

49

Sedangkan menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, yang dimaksud dengan delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat pada bursa. 50

Menurut Black law dictionary, delisting adalah “ The suspension of having a security listed on an exchange, delisting result from failing to meet the exchange’s listing requierements, as by not compliying with the minimum net asset requirement”. 51

Menurut kamus istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, delisting adalah pengeluaran pencatatan suatu efek dari daftar efek yang tercatat di

48

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit, Hal 43

49

Victor Purba, Kamus Umum Pasar Modal. (Jakarta: UI Press, 2000), Hal 44

50

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan, Tanya Jawab, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) , Hal 70.

51


(48)

bursa efek. Hal ini biasanya dilakukan untuk saham-saham emiten yang tidak diperdagangkan dalam rentang waktu tertentu atau emiten saham tersebut merugi terus menerus selama tiga tahun dan atau beberpa kondisi lainnya. Saham-saham yang telah di delist tetap dapat diperdagangkan di luar bursa, dan status emiten tersebut tetap sebagai perusahaan publik.52

Pencatatan kembali (Relisting) merupakan pencantuman kembali suatu efek dalam daftar efek yang tercatat di Bursa, setelah efek tersebut dihapuskan pencatatannya di Bursa. 53

a. Permohonan penghapusan pencatatan saham yang diajukan oleh perusahaan tercatat sendiri, yang biasanya disebut voluntary delisting; Delisting pada dasarnya merupakan akibat dari wanprestasinya emiten atau tidak dipenuhinya isi, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian atau kontrak yang dibuat dan diwajibkan oleh bursa efek. Delisting merupakan tindakan yang membawa akibat hukum pada tidak memperbolehkan efek emiten yang bersangkutan diperdagangkan lagi di bursa. Hukuman dalam bentuk delisting tersebut, yang dijatuhkan oleh otoritas bursa hanya akan diambil oleh bursa efek , setelah memerhatikan dan mempertimbangkan ketidakmampuan dari emiten sebagai perseroan untuk memenuhi kriteria yang dapat menyebabkan terjadinya delisting.

Penghapusan pencatatan saham perusahaan tercatat dari daftar efek yang tercatac di bursa dapat terjadi karena :

52

Johar Arifin dan M. Fakhruddin, Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, (Jakarta : Elex Media Computindo, 1999), Hal 116

53

Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakrta No. Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan No.I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa


(49)

b. Dihapus pencatatannya oleh bursa sesuai dengan ketentuan bursa karena tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa, yang biasanya disebut dengan forced delisting.

Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya delisting pada perusahaan di bursa dapat berbeda-beda antara satu bursa dengan bursa yang lain, meskipun suatu pedoman umum dapat juga dikemukakan.

Penyebab delisting antara lain : Harga di bawah minimum, Nilai kapitalisasi pasar di bawah minimum, dimana nilai kapitalisasi merupakan total nilai dari harga pasar saham dikali seluruh jumlah saham yang beredar, kemudian Nett income di bawah minimum serta kepailitan perusahaan.54

a. Harus memenuhi persyaratan minimum distribusi saham

Syarat-syarat delisting tidak ada ketentuan umum di dalam pelaksanaannya pada pasar modal, namun setidaknya harus memiliki syarat-syarat berikut :

b. Bursa akan mempertimbangkan untuk mendelisting perusahaan apabila perusahaan gagal memenuhi persyaratan nilai kapitalisasi pasar tertentu. c. Bursa akan mendelisting sebuah perusahaan apabila rata-rata harga

penutupan saham kurang selama 30 (tiga puluh) hari perdagangan berturut-turut.

d. Bursa akan memberikan waktu selama enam bulan kepada perusahaan untuk tetap pada standar delisting.

54

Jonathan Macey, Down and Out In Stock Market : The Law and Finance of The Delisting Process, (Jhonson Graduated School of Management, Cornell University, 2003), Hal 7


(50)

Ada beberapa kriteria-kriteria lainnya yang dapat dikeluarkan oleh bursa dari waktu ke waktu, khususnya yang terkait dengan kebijakan untuk mendelisting perusahaan, yaitu apabila asset operasional perusahaan menurun drastis dalm nilainya dengan alasan apa pun, atau jika perusahaan tersebut mengajukan permohonan pailit atau mengumumkan tujuan dari permohonan kepailitannya berdasarkan Undang-undang Kepailitan. Hal-hal tersebut dapat menjadi dasar bagi bursa untuk mempertimbangkan proses delisting. 55

a. Harga nominal

Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender sekurang-kurangnya harus sama dengan harga tertinggi dari harga berikut :

b. Harga perdagangan tertinggi di pasar regular selama dua tahun terakhir sebelum pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir hingga RUPS yang menyetujui delisting, ditambah premi berupa tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga SBI satu bulan dalam periode tiga bulan atau tingkat bunga obligasi pemerintah lain yang setara yang berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting;

c. Nilai wajar berdasarkan penilaian penilai independen. 56

55

Ibid, Hal 8

56


(51)

Secara umum dapat dikatakan bahwa bursa akan melakukan delisting apabila terjadi hal-hal berikut :

a. Bursa menerima pendapat dari pihak yang berwenang bahwa saham tersebut tidak lagi bernilai

b. Registrasi saham tersebut tidak lagi berlaku

c. Para pemegang saham tidak lagi diundang dalam rapat pemegang saham d. Perusahaan tersebut melanggar ketentuan-ketentuan listing

e. Pada semua klasifikasi, pengeluaran atau serangkaian saham tidak berlaku lagi karena pembayaran atau penarikan kembali

f. Perusahaan tersebut terlibat dalam kegiatan operasional yang menurut bursa itu melanggar kepentingan publik.

Selain hal- hal tersebut diatas, bursa juga melakukan delisting apabila kondisi-kondisi berikut terjadi pada perusahaan, yakni jumlah saham yang diselenggarakan oleh publik kurang dari 1000 (seribu) saham, jumlah pemegang saham kurang dari 100 (seratus) pemegang saham, dan akumulasi nilai pasar tersebut kurang dari 1.000.000 (satu juta). 57

57

Ibid, Hal 46

Terakhir bursa berhak untuk memberikan persetujuan dan memutuskan berdasarkan pertimbangannya sepihak untuk melanjutkan listing berdasarkan fakta-fakta jika sebuah saham gagal memnuhi beberapa kriteria tersebut.


(52)

Adapun persyaratan umum Relisting sebagai berikut : 58

58

Lihat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakrta No. Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan No.I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa

a. Perusahaan tercatat yang sahamnya dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di bursa, dapat mengajukan relisting sahamnya kepada bursa paling cepat 6 (enam) bulan sejak dilakukan delisting oleh bursa;

b. Pernyataan pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam masih tetap menjadi efektif

c. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting oleh bursa atau merealisaikan hal-hal yang mendasari permohonan delisting saham saat menjadi perusahaan tercatat sebelumnya.

d. Adanya pernyataan Direksi dan Komisaris yang menyatakan bahwa calon perusahaan tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum atau sedang menghadapi suatu masalah yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan;

e. Calon perusahaan tercatat boleh merupakan anak perusahaan atau induk perusahaan dari perusahaan tercatat.

f. memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jajaran anggota Dewan Komisaris.

g. Memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dari jajaran anggota jajaran;

h. Memiliki Komite Audit


(53)

j. harga saham dan nominal saham calon perusahaan tercatat sekurang-kurangnya Rp.100 (seratus rupiah).

k. Direksi dan Komisaris calon perusahaan tercatat harus memiliki reputasi yang baik.

Calon perusahaan tercatat akan mencatatkan kembali sahamnya di bursa, haruslah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan, setelah seluruh prosedur pencatatan kembali, maka Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham calon perusahaan tercatat.

C. Peranan Penilai (Appraisal) dalam Pelaksanaan go private

Perusahaan penilai (Appraisal Company) atau Usaha Jasa Penilai, di Indonesia merupakan bentuk usaha yang relatif masih baru, sehingga badan usaha ini belum diatur secara khusus. Disamping itu juga, badan usaha ini belum begitu banyak dikenal masyarakat, kecuali masyarakat pengusaha, ini pun terbatas pada pengusaha golongan tertentu saja. Sehingga banyak kalangan yang belum mengerti apa yang di maksud dengan Usaha Jasa Penilai.

Secara umum, kata penilaian berasal dari kata nilai (price, value, yaitu harga, dalam arti taksiran harga). Penilai (appraiser) yaitu orang yang melakukan penilaian atau yang disebut juga juru taksir. Kemudian kata penilaian, yang dalam bahasa Inggris “Appraisal”, mempunyai arti penilaian, penaksiran, pengharapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penilaian diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menilai, pemberian biji (biji, kadar, mutu, harga), penelaahan. 59

59

Joni Emirzon. Aspek-aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta : Gramedia, 2000), hal 8


(54)

Menurut Black’s Law Dictionary kata Appraisal berarti : A valuation or an estimation of value of property by disinterested persons or suitable qualification. The process of ascertaining a value of an asset or liability that involves expert opinion rather than explicit market transsection.

Dan pengertian dari Appraiser : to fix or set a price or value upon; to fix and state the true value of a thing, and usually in writing. To value property at what it is worth. Dari beberapa defenisi tersebut, dapat disebutkan bahwa Penilaian adalah proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan suatu estimasi dan pendapat atas nilai analisis suatu harta, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, berdasarkan fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode-metode dan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku.60

a. Metode Perbandingan Data Pakar

Penilai adalah seorang yang telah terdaftar untuk dapat melakukan kegiatan penilaian berdasarkan aturan profesi dan etika penilai serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan. Sedangkan nilai adalah hasil penilaian dari seorang penilai mengenai arti ekonomis suatu harta pada tanggal tertentu yang dinyatakan dengan satuan mata uang.

Metode penilaian yang dihunakan untuk melakukan penilaian antara lain dengan :

b. Metode Kalkulasi Biaya

c. Metode Kapitalisasi Pendapatan

60


(55)

Secara umum, dalam menentukan penilaian, dapat menggunakan satu atau lebih metode penilaian yang spesifik,61

a. Income Approach (Pendekatan Pendapatan) yakni :

Penilaian bisnis atau usaha saham, yang didasarkan pada pendapatan merupakan inti dari teori penilaian. Penilaian yang didasarkan pada pendekatan pendapatan berlandaskan pada teori-teori ekonomi dan keuangan yang juga merupakan landasan dan orientasi dari pemilikan dan pengelolaan suatu bisnis.

b. Market Approach (Pendekatan Pasar)

Pendekatan penilaian berdasarkan data pasar adalah cara umum untuk menentukan indikasi nilai dengan berpedoman pada data transaksi yang pernah terjadi ssebelumnya atau suatu business interest dari perusahaa yang sepadan dan sebanding. Metode penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan cara mencari dan membandingkan perusahaan yang dinilai dengan perusahaan yang diperkirakan sepadan dan sebanding, dari bidang yang sama yang sudah ada harga pasarnya. Data transaksi yang terjadi pada perusahaan yang sepadan dan sebanding ini kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam penentuan nilai. Indikasi nilai saham perusahaan yang dinilai diperoleh dari harga saham perusahaan pedoman secara proprosional.

c. Asset Based Approach (Pendekatan Aktiva)

Pendekatan ini adalah suatu cara umum untuk menggunakan indikasi nilai saham dengan menggunakan satu atau lebih metode yang didasarkan langsung pada nilai-nilai aktiva dan kewajiban yang dimiliki perusahaan. Pendekatan ini

61

Saiful M Ruky. Menilai Penyertaan dalam Perusahaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), Hal. 89


(56)

didasrkan pada premis dasar bahwa, hanya pada situasi yang amat jarang sekali terjadi, nilai buku dapat mencerminkan suatu indikator yang tepat untuk nilai pasar. Aktiva tak berwujud yang sering terdapat dalam neraca harus dapat diiddentifikasi dan dinilai. 62

1. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Usaha Jasa penilaian adalah perusahaan yang berbentuk badan hokum Perseroan Terbatas yang memberikan jasa penilaian atas suatu property, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud atas permintaan pemberi amanat dengan menerima imbalan. Usaha jasa penilai diharuskan memiliki keahlian khusus, integritas, kejujuran dan objektivitas dalam memberikan pendapat menegnai penilaian asset.

Kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan seperti mengadakan perjanjian penilaian, tetapi juga kegiatan administrasi yang harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian. Dasar hukum untuk mengatur dan membina usaha jasa penilai di Indonesia tersebar pada berbagai peraturan yang terkait dengan badan usaha lainnya, seperti

2. UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

3. Keputusan Menteri Perdagangan No.161/Kp/VI/77 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Penilai

4. Keputusan Menteri Keuangan No. 57/KMK.017/1996 Tentang Jasa Penilai

62


(57)

Untuk bentuk badan usaha penilai ini dapat berupa perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), dan juga dapat berbentuk usaha sendiri, usaha kerja sama. 63

Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 57/KMK.017/1996 bahwa Usaha Jasa Penilai mempunyai kegiatan pokok penilaian yang sesuai dengan kode etik dan standar penilaian. Untuk melakukan kegiatan penilaian, seorang penilai harus melakui beberapa tahap, yaitu : 64

1. Identifikasi semua unsur yang berkaitan dengan kegiatan penilaian, yaitu meliputi : identifikasi Aktiva/barang, identifikasi hak/status, nilai per tanggal, tujuan penilaian

2. Melakukan survey pendahuluan dan rencana penilaian, yang meliputi : mencari data yang dibutuhkan, mencari sumber data, kebutuhan tenaga kerja, melakukan penjadwalan, membuat bagan arus penyelesaian, dll 3. Tahap pengumpulan data, setelah melakukan survey pendahuluan dan

penyusunan rencana kerja penilaian, si penilai melakukan pengumpulan data ke lapangan dan menganalisisnya.

4. Tahap Melakukan penerapan tiga pendekatan, yaitu pendekatan biaya, pendekatan data pasar, pendekatan pendapatan.

5. Melakukan pemanduan indikasi nilai

6. Melakukan penaksiran akhir atau nilai aktiva yang bersangkutan.

63

Joni Emirzon, Op.cit, Hal 18

64


(58)

BAB III

MEKANISME GO PRIVATE PT KOMATSU INDONESIA A. Latar Belakang

Masyarakat telah banyak mengetahui tentang go public. Sejalan dengan itu, masyarakat juga menjadi tahu tentang makna dari go public itu sendiri. Tanpa disadari bahwa pengembangan pasar modal telah membawa banya perubahan bagi pelaku bisnis itu sendiri. Di balik kemajuan ini, ada indikasi mulai munculnya ide untuk melakukan go private bagi beberapa perusahaan yang telah go public. 65

Go private adalah perubahan status dari perusahaan yang terbuka menjadi perusahaan tertutup. Go private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik (perusahaan tertutup), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang hanya dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja. 66

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh foley and lardner LLP, alasan suatu perusahaan terbuka melakukan go private adalah karena merasa terbebani oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan kewajiban-kewajiban sebagai perusahaan terbuka. Adapun biaya konsultan hukum dan akuntansi, biaya penyelenggaraan RUPS, kewajiban memenuhi peraturan pasar modal, kesibukan melayani analisis surat berharga, dan keterbatasan untuk melakukan transaksi dengan pihak terafilasi. 67

Latar belakang perusahaan melakukan go private adalah tidak terpenuhinya maksud dan tujuan utama perusahaan pada saat menjadi perusahaan go public. Seharusnya dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan

65

I Putu Gede Ary Suta, Op.Cit, Hal 159

66

Boby W Hermawan dan I Made B. Go Private, 2005. Hal 1

67


(1)

yang wajar, berhak memperoleh deviden atau keuntungan yang diperoleh perseroan tersebut, dan sebagainya.

B. Saran

1. Pelaksanaan go private yang dilakukan oleh perusahaan yang terbuka menjadi kembali perusahaan tertutup, telah menimbulkan banyaknya asumsi masyarakat mengenai tindakan perusahaan tersebut. Karena itu, untuk melindungi masyarakat maka proses go private haruslah melalui prosedur yang ketat. Dokumen dan informasi yang terbuka harus disampaikan kepada masyarakat.

2. Dalam melaksanakan go private, sudah seharusnya Bapepam dan Bursa memastikan bahwa tidak terdapat informasi yang disembunyikan oleh perusahaan, yang mana hal ini dilakukan untuk mencegah insider trading yang akan merugikan masyarakat, janji-janji emiten pada saat penawaran saham umum, right issue, dan offering lainnya harus di review, agar tidak kontradiktif dengan proses

go private itu sendiri, prosedur detail termasuk tata cara penilaian saham, penunjukan agen (wakil) emiten, jangka waktu pengembalian saham dan lain-lainnya haruslah jelas.

3. Sampai saat ini belum adanya peraturan khusus mengatur mengenai go private. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan go private adalah Peraturan Bapepam mengenai Benturan Kepentingan dan Peraturan Bapepam mengenai Penawaran Tender. Selain itu, pelaksanaan go private juga harus mengacu pada Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT), dan Undang-undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (UUPM),


(2)

namun tebalnya tumpukan pasal demi pasal dalam berbagai peraturan tersebut tidak menjamin kelengkapannya. Dengan melihat kondisi tersebut, pemerintah hendaknya membuat peraturan khusus mengenai hal tersebut. Dengan adanya peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan go private ini, maka masyarakat khususnya para pemegang saham dapat dan mengetahui tujuan akan pelaksanaan

go private tersebut. Sehingga apabila, ada perusahaan yang telah go public memutuskan go private dan kemudian ingin go public kembali lagi dalam jangka waktu yang dekat, hal ini patut dicurigaidan dianggap sebagai tindakan yang dapat menyesatkan pasar. Dengan adanya peraturan yang pasti hal ini tentu saja dapat dicegah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ang, Robert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. 1997

Arifin, Johar. Fakhruddin, Muhammad. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Jakarta : Elex Media Computindo. 1999.

Anoraga, Panji, Pakarti. Pili. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : Rineka Cipta. 2006.

Black, Henry Campell. Black’s Law Dictionary. Minnesota : West Publishing Co.1999.

Downes, John . Jordan Elliot Goodman. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. 1994

Darmadji, Tjiptoro. Fakhruddin,Hendy M. Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat. 2006.

Emirzon, Joni. Aspek-aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Appraisal Company) .Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Edilias, Sudarsono. Kamus Ekonomi, Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern, Tinjauan Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. 1999.

______. Perseroan Terbatas Dalam Paradigma Baru. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2003.

_______. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung : Utomo. 2005 _______. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung: Citra

Aditya Bakti. 1999.

Harahap, M Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta : Sinar Grafika. 2009. Kansil, C.S. T. Christine. Kansil. Pokok-pokok Hukum Perseroan Terbatas.


(4)

Kunarjo. Glosarium, Ekonomi , Keuangan dan Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 2003.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka. 1995.

Macey, Jonathan. Down and Out In Stock Market : The Law and Finance of The Delisting Process.Jhonson Graduated School of Management:Cornell University. 2003.

Marc. Morgenstern.. Going Private A Reasoned Response to Sarbanes. Oxley.

2000.

Moo Shin, Young.. Securities Regulatins In Korea. Seoul, Korea : National University Press. 1993.

Muhammad, Abdulkadir. Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia , (Bandung: Citra Aditya Bakti. 1999.

Nasution, Bismar.. Keterbukaan Dalam Pasar Modal. Jakarta : FH UI Press.2006. Pramono, Nindyo. Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal.

Bandung : Citra Aditya Bakti. 1997.

Purba, Viktor.. Kamus Umum Pasar Modal. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 2000.

Purwosutjipto, H. M. N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1999.

Rajagukguk, Erman. Saham Sebagai Agunan Kredit. Jakarta: BPHN. 1996.

Ruky, M. Syaiful.. Menilai Penyertaan dalam Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1999.

Sembiring, Sentosa. Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas. Bandung : Nuansa Aulia. 2006.

Sudomo, Siswanto DR. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Dampaknya Bagi Para Investor . Semarang: P3E. 1999.

Sutedi, Adrian. Segi-segi Hukum Pasar Modal. Jakarta : Ghalia Indonesia. 2009. Suta, I Putu Gede Ary.. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta : SAD. Satria


(5)

Surya, Indra, Yustiavanda, Ivan. Penerapan Good Corporate Governance.

Jakarta : Kencana. 2006.

Usman, Marzuki. Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Jakarta: Penerbit IBI. 1987. Widjaja, I. G. Ray. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. Jakarta : Kesaint

Blanc. 2003.

Widjaja, Gunawan, Wulandari Risnamanitis. Go Public dan Go Private di Indonesia, Jakarta : Kencana. 2009.

Widoatmodjo, Sawidji. Pasar Modal Indonesia, Pengantar dan Studi Kasus. Jakarta: Ghalia Indonesia.2009.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Badan Pengawas Pasar Modal. Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM tentang Benturan Kepentingan Tertentu, Nomor Kep- 32/PM/2000 (Peraturan No. IX. E. I).

Badan Pengawas Pasar Modal. Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM tentang Penawaran Tender. Nomor Kep- 04/PM/2002 Tanggal 2 April 2002, (Peraturan No. IX. F.I).

Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta. Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Nomor Kep-308/BEJ/07 2004 Tanggal 19 Juli 2004 , (Peraturan BEJ No. I-1) Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan terbatas.

Republik, Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

Surat Keputusan Ketua BAPEPAM. Perihal Rencana Go Private PT. Komatsu Indonesia Tbk. Nomor S-2432/PM/2005.


(6)

C. SUMBER LAIN

Artikel-artikel dalam Majalah Hukum Bisnis Amerika. USA NewsLetters. 2005. Hermawan, Boby, W. Tirthayatra, B. Made. I. Go Private. 2005

Prosiding, Rangkaian Lokakarya Perseoan Terbatas dan Good Corporate Governance, 2004

D. INTERNET

Februari 2010.