Kesimpulan Analisis Hukum Pelaksanaan Go Private pada PT. Komatsu Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk pelaksanaan Go Private ini, perseroan harus mengikuti beberapa peraturan yang diatur dalam hukum pasar modal Indonesia, antara lain : Undang- undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas UUPT, di dalam UUPT ini, yang menjadi sandaran awal go private adalah Pasal 21 Ayat 1, Pasal 21 Ayat 2, Pasal 19 Ayat 1, Pasal 37 Ayat 1, Pasal 37 Ayat 2, Pasal 37 Ayat 3, Pasal 37 Ayat 4, Pasal 38 Ayat 1, Pasal 31 Ayat 2, Pasal 61 Ayat 1, Pasal 62 Ayat 1, Pasal 62 Ayat 2., Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan yang mewajibkan suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan mendapat persetujuan pemegang saham independen. Meskipun tindakan go private tidak mengandung benturan kepentingan, kebijakan Bapepam mewajibkan perusahaan untuk mengacu kepada peraturan tersebut. Dengan kebijakan ini, meskipun tidak memiliki suara mayoritas, pemegang saham independen yang tidak setuju dengan proses go private, dapat menghalangi proses go private, Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender yang wajib diikuti oleh perseroan. Karena ketentuan peraturan ini, berkaitan dengan keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Dalam penawaran tender ini, mensyaratkan harga penawaraan tender, yakni harga penawaran tender Universitas Sumatera Utara teertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang sama dengan 180 hari, harga pasar tertinggi atas efek dalam jangka waktu 90 hari, serta Peraturan BEJ No.I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan Delisting, dan Pencatatan Kembali Relisting Saham di Bursa. Penghapusan Pencatatan Delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di bursa sehingga efek tersebut tidak dapat diperdagangkan di bursa. Pencatatan Kembali Relisting adalah pencantuman kembali suatu efek dalam daftar efek yang tercatat di bursa, setelah efek tersebut dihapuskan pencatatannya di bursa. Dalam peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender sekurang-kurangnya harus sama dengan harga tertinggi dari harga berikut : 1 harga nominal; 2 harga perdagangan tertinggi di pasar reguler selama dua tahun terakhir sebelum pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor penyesuaian akibat perabhan nilai nominal sejak dua tahun terakhir hingga RUPS yang menyetujui delisting, ditambah premi berupa tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga SBI satu bulan dalam periode tiga bulan atau tingkat bulan obligasi pemerintah lain yang setara yang berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting; 3 nilai wajar berdasarkan penilaian penilai independen. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk melaksanaan Go Private, suatu perseroan dapat melakukan beberapa langkah yang harus diambil untuk merubah status perseroan terbuka menjadi tertutup. Adapun PT. Komasu Indonesia, melaksanakan go private pada tahun 2005 ini,melaksanakan go private dengan prosedur sebagai berikut: Penyampaian rencana delisting dan permohonan suspensi perdagangan kepada BEJPenyampaian agenda RUPSLB termasuk draf surat edaran dan ringkasan surat edaran kepada Bapepam, Pengumuman dalam tiga surat kabar harian mengenai rencana mengadakan RUPSLB, serta pengumuman yang berisi ringkasan surat edaran kepada pemegang saham.Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPSLB PT. Komatsu Indonesia, Pengumuman dalam tiga surat kabar harian mengenai hasil RUPSLB, Penyampaian dokumen Penawaran Tender kepada Bapepam dan Bursa Efek Jakarta, Pengumuman Penawaran Tender dalam tiga surat kabar haria, Permohonan voluntary delisting dan lampiran surat terkait dengan laporan penyelesaian pelaksanaan tender, Penghentian sementara perdagangan efek perseroan oleh BEJ, Pernyataan Persero, Penghapusan Pencatatan efek di BEJ efektif pada tanggal 2 Januari 2006. 3. Dalam pelaksanaan go private ini, tentu saja akan menimbulkan akibat hukum bagi perseroan tersebut, salah satu akibatnya yakni terhadap pemegang saham. Ketika perusahaan terbuka, maka pemegang saham berhak mendapat informasi yang terbuka dan jelas tentang perusahaan tersebut. Akibat dari pelaksanaan go private pada PT. Komatsu Indonesia, dapat dilihat dari kepemilikan saham, yakni Jumlah saham yang dimiliki pemegang saham publik adalah 121.782.013 saham. Total saham yang tercatat yang telah menyerahkan saham pada masa penawaran Universitas Sumatera Utara tender adalah 102.022.288 saham. Nilai saham dalam Rupiah yakni Rp. 867.189.448.000,- sedangkan total dari seluruh pemegang saham adalah 563 pemegang saham. Jumlah pemegang saham publik sebelum penawaran tender adalah 602 seudah penawaran tender berubah menjadi 42 pemegang saham. Jumlah saham publik termasuk PT United Tractor,Tbk adalah 121.782.013 berubah sesudah penawaran tender menjadi 19.759.725 saham. Dan jumlah saham publik tidak termasuk PT. United Tractor, Tbk sebelum penawaran tender adalah 102.504.013 berubah setelah penawaran tender menjadi 481.725 saham. Jadi, sekarang PT. Komatsu Indonesia hanya memiliki 43 pemegang saham saja. Yaitu PT. Komatsu, Ltd dengan jumlah saham365.800.275, PT. United Tractor, Tbk 19.278.000 saham, dan masyarakat dengan jumlah saham 481.725 kurang dari 5. Akibat hukum go private terhadap pemegang saham pada PT. Komatsu Indonesia, dapat terlihat jelas dari jumlah pemegang saham dan komposisi kepemilikan saham persero. Perseroan yang telah menjadi perusahaan tertutup ini menimbulkan juga akibat hukum yang berkaitan terhadap emiten, investor, maupun efek itu sendiri. Sedangkan untuk perlindungan pemegang saham baik pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas, tetap mendapat perlindungan hukum yang diatur dalam peraturan yang berlaku. Terjaminnya hak-hak pemegang saham, antara lain berhak untuk menghadiri RUPS, menggunakan hak suaranya, berhak untuk meminta kepada perseroan agar membeli sahamnya dengan harga Universitas Sumatera Utara yang wajar, berhak memperoleh deviden atau keuntungan yang diperoleh perseroan tersebut, dan sebagainya.

B. Saran