Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam pembangunan, hal ini berdampak pula pada pendidikan. Sesungguhnya pendidikan merupakan masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu mengolah alam yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia. Islam mewajibkan setiap orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahad. Mutu pendidikan di sekolah merupakan masalah yang tak habis-habisnya dibicarakan orang, baik oleh mereka yang berasal dari lapangan pendidikan, para pengamat pendidikan maupun masyarakat pada umumnya. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan di hampir setiap jenjang pendidikan, baik dari pendidikan dasar SDMI maupun sampai tingkat pendidikan menengah atas SMUAliyah. Karena mutu pendidikan yang baik, akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Winkel 1996 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Begitu pula dengan keseluruhan proses dari belajar siswa yang dilakukan di sekolah dapat terlihat dari prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar yang diraih siswa dipengaruhi salah satunya oleh motivasi berprestasi yang ada di dalam diri siswa tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Djamarah 2002, motivasi mempengaruhi prestasi belajar, tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik yang menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati akan mempelajari mata pelajaran itu. Tidak ada teori yang secara langsung memaparkan fungsi motivasi berprestasi, tetapi pada dasarnya fungsi dari motivasi berprestasi tidak jauh berbeda dengan fungsi dari motivasi itu sendiri. Hanya saja, pada motivasi berprestasi semua fungsi akhirnya dititik beratkan pada pencapaian untuk mencapai prestasi. Terdapat penjelasan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai daya pendorong, daya penggerak, dan daya pengarah perbuatan Djamarah, 2002. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi, mempunyai dorongan untuk berprestasi yang terlihat dari rasa ingin tahu terhadap suatu materi pelajaran yang ia minati. Dari rasa ingin tahu tersebut, terciptalah suatu perbuatan atau tindakan untuk memenuhi rasa ingin tahunya, yang disebut dengan daya penggerak. Kemudian terakhir motivasi yang berfungsi sebagai pengarah perbuatan yaitu senantiasa mengarahkan siswa ke 2 arah yang mendekatkan pada tercapainya suatu prestasi yang diharapkan oleh seorang siswa. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk meraih sukses melalui usaha atau tenaga sendiri dan juga tanggung jawab sendiri serta menghasilkan kebanggaan McClelland, dalam Shaleh 2006. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi biasanya mempunyai sikap atau kecenderungan untuk memperjuangkan kesuksesan atau memperoleh hasil yang sangat didambakan, melibatkan diri dalam tugas-tugas yang diberikan, berusaha mengatasi rintangan-rintangan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sulit secara tepat. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi hanya untuk memperoleh prestise atau pujian maka akan cenderung mudah kalah bila menemui kesulitan, mudah gelisah, dan akan menghindari pekerjaan yang mengandung risiko. Prestasi belajar yang baik merupakan faktor penunjang keberhasilan seseorang dalam usaha memperbaiki taraf hidupnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi intelektual, motivasi belajar, sikap dan minat terhadap pendidikan serta faktor eksternal yang meliputi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal serta keadaan situasional Winkel, 1996. Penelitian yang berhubungan dengan studi tentang motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika siswa di SMA juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Herman 2007, dengan hasil bahwa motivasi berprestasi siswa mempunyai hubungan 3 yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa dengan koefesien korelasi r = 0,884 dan determinasi sebesar r² = 0,781. Ini berarti 78 hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh faktor motivasi berprestasi siswa. Selain itu terdapat pula penelitian yang berhubungan dengan studi tentang pengaruh motivasi berprestasi dan cara belajar terhadap prestasi belajar siswa, penelitian ini dilakukan oleh Hariyono 2004. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dibuat kesimpulan bahwa, motivasi berprestasi dan carakebiasaan belajar berkorelasi positif dengan prestasi belajar, baik secara sendiri- sendiri maupun secara bersama-sama. Semakin tinggi motivasi berprestasi dan semakin baik carakebiasaan belajar, semakin tinggi juga prestasi belajar siswa. Selain dari motivasi berprestasi, status sosial ekonomi keluarga dirasa juga menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar yang dihasilkan oleh seorang siswa. Seorang anak yang mempunyai bakat di bidang tertentu, memungkinkan untuk mendapatkan prestasi yang maksimal apabila bakat tersebut dapat dilatih dengan benar, tetapi hal tersebut memerlukan latihan yang tentunya membutuhkan tambahan biaya. Menurut Sunarto dan Hartono dalam Djamarah, 2002 bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu bisa terwujud. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal yang 4 menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang. Salah satu penghambatnya adalah biaya. Suatu lapangan studi yang sesuai dengan bakat seseorang mungkin terlalu mahal bagi orang tersebut. Pernyataan di atas juga serupa seperti yang dikatakan oleh Gunarsa 1983, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, salah satunya status sosial ekonomi orangtua. Ada anak-anak yang tak dapat menampilkan prestasi yang baik karena kurangnya waktu untuk belajar. Hal ini disebabkan karena anak harus membantu orangtuanya mencari nafkah. Keadaan status sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hubungan orang tua hidup dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia Gerungan, 2004. 5 Santrock 2009 mengatakan, sebagian besar negara mempunyai banyak sub budaya. Salah satu cara yang paling umum untuk mengkategorisasikan subbudaya melibatkan status sosial ekonomi. Status Sosial Ekonomi socioeconomic status-SES merujuk pada kategorisasi orang-orang, menurut karakteristik ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan mereka. Di AS, SES mempunyai implikasi penting untuk pendidikan. Individu-individu yang SES –nya rendah, sering kali mempunyai tingkat pendidikan dan kekuatan yang rendah untuk mempengaruhi institusi masyarakat seperti sekolah dan sumber ekonomi yang lebih sedikit. Siswa dari keluarga yang status sosial ekonominya kurang baik biasanya kurang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, dikarenakan adanya kebutuhan lain yang harus didahulukan. Keluarga dari tingkat sosial ekonomi yang kurang baik identik dengan kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Terdapat gambaran bagaimana kemiskinan secara negatif dapat mempengaruhi pembelajaran dan perkembangan Santrock, 2009. Studi penelitian yang dilakukan oleh Eamon dalam Santrock, 2009 meneliti peran kemiskinan pada prestasi matematika dan membaca, dengan subyek penelitian lebih dari 1.200 remaja berusia 12-14 tahun. Kemiskinan berkaitan dengan nilai matematika dan membaca yang lebih rendah sehubungan dengan hubungannya dengan lingkungan rumah yang kurang mendukung dan kurang menstimulasi secara 6 kognitif. Studi ini juga menemukan bahwa kemiskinan berkaitan dengan masalah perilaku di sekolah. Sedangkan penelitian motivasi berprestasi yang berhubungan dengan status sosial ekonomi telah dilakukan sebelumnya oleh Dermawansyah, dengan judul penelitian hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtida’iyah Negeri Cengkareng Timur Jakarta Barat, dengan hasil penelitan bahwa tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi erat sekali hubungannya dengan prestasi belajar siswa, meski hasil hipotesis tersebut berada pada taraf yang lemahrendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, maka semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan belajar, dan demikian prestasi belajar pun semakin meningkat. Sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta permasalahan dalam keluarga sebagai akibat dari permasalahan ekonomi dapat menghambat dalam menumbuhkan motivasi berprestasi siswa, yang akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar yang diraih. Kurangnya penerimaan dari guru, sekolah, dan teman-teman sebaya menyebabkan anak memandang bahwa sekolah merupakan hal yang tidak menyenangkan dan sia-sia. Sekolah sebagai lembaga yang menjadi fasilitas bagi siswa dalam menyalurkan motivasi berprestasi bagi siswanya, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik untuk meningkatkan prestasi bagi siswanya tersebut. Guru 7 sebagai fasilitator juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses belajar mengajar sehingga juga mampu meningkatkan prestasi siswanya didalam bidang akademis maupun non akademis. Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian terdahulu yang pernah ada, menarik keinginan penulis untuk mendapatkan gambaran yang lebih jauh lagi tentang motivasi berprestasi, status sosial ekonomi dan prestasi belajar siswa, maka penelitian ini layak untuk diteli dengan mengajukan sebuah judul penelitian, “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Status Sosial Ekonomi dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri 6 Bekasi.”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

0 5 105

STATUS SOSIAL EKONOMI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA BRUDERAN PURWOREJO STATUS SOSIAL EKONOMI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA BRUDERAN PURWOREJO.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 0 13

PENDAHULUAN Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 0 6

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR Hubungan Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Berprestasi, dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 15

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dan motivasi belajar dengan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

0 3 152

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Studi Korelasi Antara Intensitas Komunikasi Dalam Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

0 0 123