HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

Skripsi

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Disusun oleh:

Irwan Andri Ardana G 0104052

Pembimbing : 1. Dra. Sri Wiyanti, M.Si 2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo

Nama peneliti : Irwan Andri Ardana NIM/ Semester : G 0104052

Tahun : 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari : ... Tanggal : ...

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Wiyanti, M.Si Nugraha Arif Karyanta, S.Psi NIP. 195208141984032001 NIP.19760323200501002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi NIP.197608172005012002


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo

Irwan Andri Ardana, G 0104052, Tahun 2011

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : ... Tanggal : ... 1. Pembimbing I

Dra. Sri Wiyanti, M.Si

2. Pembimbing II

Nugraha Arif Karyanta, S.Psi

3. Penguji I

Dra. Mackmuroch, MSi

4. Penguji II

H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM

( )

( )

( )

( )

Surakarta,

Koordinator Skripsi Ketua Program Studi Psikologi

Rin Widya Agustin, M.Psi Drs.Hardjono, M.Si NIP. 197608172005012002 NIP. 195901191989031002


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, April 2011


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“belajarlah untuk tenang dan sabar dalam meraih ilmu”

“Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”

“Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan,

tetapi tidak cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdas pemikiran yang melambatkan perubahan hidup ini, tetapi kurangnya


(6)

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada

Orang-orang yang sangat aku kasihi, yang selalu setia berada di sampingku dalam mencapai cita-cita dan impianku

Terimakasih kuucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada:

1. Seluruh dosen pengajar Program Studi Psikologi UNS atas

segala ilmu, doa, dan dukungan yang telah diberikan kepada Peneliti selama menuntut ilmu di UNS.

2. Bapak untuk doa, kasih sayang & perhatiannya yang tak akan

pernah terhenti.

3. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi

perhatian dan motivasi.

4. Teman-teman angkatan 2004 dan seluruh angkatan.

5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyususnan


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim,

Puji syukur atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Strata I Psikologi dengan judul “ Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA N 1 Sukoharjo”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Zainal Arifin Adnan, SpPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Harjono, Msi selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, kritik dan dukungan yang sangat bemanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, kritik dan motivasi bagi peneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(8)

commit to user

viii

5. Ibu Makmuroch, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan waktu, saran dan kritik sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM selaku penguji II dan pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, saran, kritik dan motivasi bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh staf Program Studi Psikologi, mas Dimas, mas Ryan, dan mbak Ana yang telah membantu peneliti dalam mengurus administrasi dan memberikan semangat serta saran-sarannya.

8. Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah memberikan ijin bagi penulis, sehingga dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

9. Bapak Suhudi, S.Pd, M.Pd selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum yang telah memberikan banyak pengarahan dan bantuan selama penelitian berlangsung. 10.Seluruh guru kelas XII yang telah bersedia memberikan waktu mengajar untuk

penulis melakukan penelitian di kelas-kelas.

11.Seluruh TU SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah memberikan bantuan, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

12.Semua siswa siswi kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah bekerja sama dengan baik, terima kasih, semoga sukses selalu.

13.Mbak ”D” terimakasih atas cinta, semangat, dan do’a yang tiada hentinya sampai saat ini.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

14.Terimaksih untuk semua teman-teman Psikologi angkatan 2004 yang telah banyak memberikan motivasi, bantuan, keceriaan. Semoga kenangan ini tidak akan terlupakan.

15.Terimakasih untuk semua angkatan yang telah memberikan semangat kepada penulis.

16.Untuk semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Surakarta, April 2011


(10)

commit to user

x

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIDAN MOTIVASI

BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

Irwan Andri Ardana G 0104052

ABSTRAK

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat telah memunculkan persaingan dalam masyarakat. Kualitas sumber daya manusia (SDM) harus diperhatikan agar individu tetap dapat bertahan dalam menghadapi perubahan hidup. Pendidikan sebagai salah satu penentu kulaitas SDM tentunya harus ditingkatkan, terlebih dengan adanya kondisi pendidikan di Indonesia yang masih memprihatinkan karena hanya mengejar standar kualifikasi siswa tanpa mempertimbangkan aspek psikologis siswa. Akibatnya, pencapaian prestai belajar siswa kurang memuaskan. Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa perlu memiliki kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi agar mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan sampel penelitian berjumlah 76 siswa yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan emosi dan skala motivasi berprestasi, sedangkan prestasi belajar diambil dari nilai rapor. Analisis data yang digunakan dengan teknik regresi dua prediktor.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan nilai Ry(1,2) sebesar 0,752, Freg 47,613 > F tabel 2,02 dengan

p-value 0,000<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara

kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo. Nilai R2 (R Square) sebesar 0,566. artinya bahwa dalam penelitian ini kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberi sumbangan efektif sebesar 56,6% terhadap prestasi belajar.


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND NEED FOR ACHIEVEMENT WITH ACADEMIC ACHIEVEMENT IN STUDENTS

OF SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

Irwan Andri Ardana G 0104052

ABSTRACT

Today the development of science and technology has led to increasingly rapid competition in the community. Quality of human resources should be noted that individuals can still survive in the face of life changes. Education as one determinant of human resource quality course should be increased, especially following the state of education in Indonesia is still alarming because only students pursuing qualifications standards without considering the psychological aspects of education, physical education and sociology of education itself. As a result, the academic achievement of student less satisfactory. To overcome these problems, students need to have emotional intelligence, and need for achivement to be able to reach high academic achievement.

The purpose of this study is to investigate the relationship between emotional intelligence and achievement motivation and academic achievement in high school students in School 1 Sukoharjo. The hypothesis is that there is a significant correlation between emotional intelligence and achievement motivation and academic achievement in high school students in School 1 Sukoharjo.

The population was SMA Negeri 1 Sukoharjo students with research samples totaling 76 students taken with cluster random sampling technique. Collecting data using a scale of emotional intelligence and achievement motivation scale, while academic achievement is taken from the report card. Analysis of the data used by the two predictor regression techniques.

The results of calculations using multiple linear regression analysis demonstrated a statistically significant between emotional intelligence and need for achivement in academic achievement, as indicated by the value of F of 47.613 and Ry(1,2) sebesar 0,752 with p < 0.05. Effective contribution of emotional intelligence, need for achivement ,and academic achievement seen from the coefficient of determinant (R ²) of 0.566 or 56.6%, which means that 43.4% there are still other factors that affect academic achievement in addition to emotional intelligence, and need for achivement.


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

MOTTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...x

ABSTRACT...xi

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...9

BAB II. LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar...10

2. Pengertian Prestasi Belajar...10

3. Faktor-Faktor Prestasi Belajar...13

4. Pengukuran Prestasi Belajar...18

B. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motif dan Motivasi...21


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

3. Faktor-faktor Motivasi Berprestasi...23

4. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi...27

C. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi...29

2. Faktor-faktor Kecerdasan Emosi...30

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi...32

D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar...34

E. Kerangka Berpikir...38

F. Hipotesis...39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian...40

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...40

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling...42

D. Metode Pengumpulan Data...44

E. Validitas dan Reliabilitas...48

F. Analisis Data……...50

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Tempat Penelitian...52

2. Persiapan Administrasi...55

3. Persiapan Alat Pengumpulan Data...56

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian...59

2. Pengumpulan Data untuk Uji Coba...59

3. Uji Validitas dan Reaiabilitas...60

4. Penyusunan Alat Ukur Penelitian...65


(14)

commit to user

xiv C. Analisis Data

1. Uji Asumsi Dasar...68

2. Uji Asumsi Klasik...70

3. Mean Empirik dan Mean Hipotetik...73

4. Uji Hipotesis...76

5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif...80

D. Pembahasan...81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...85

B. Saran...87

DAFTAR PUSTAKA...89


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi...45

Tabel 2 . Blue Print Skala Motivasi Berprestasi...46

Tabel 3. Penilaian pernyataan favourable dan unfavourable...47

Tabel 4. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi...57

Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi...58

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi yang Valid dan Gugur...62

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan Gugur ...64

Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi untuk Penelitian...66

Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian...67

Tabel 10. Uji Normalitas...69

Tabel 11. Uji Linieritas...70

Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian...73

Tabel 13. Kategorisasi dan Frekuensi Rata-rata Prestasi Belajar Siswa...74

Tabel 14. Kriteria Kategori Skala Kecerdasan Emosi dan Distribusi skor Subjek...75

Tabel 15. Kriteria Kategori Skala Motivasi Berprestasi dan Distribusi skor Subjek..76

Tabel 16. Uji Anova...77

Tabel 17. Koefisien Persamaan Garis Regresi...…….78


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ...38 Gambar 2. Pengujian Autokorelasi...72


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba...91

LAMPIRAN B. Data Uji Coba Skala Penelitian...111

LAMPIRAN C. Uji Validitas dan Reliabilitas Item Skala Penelitian...120

LAMPIRAN D. Alat Ukur Penelitian Setelah Uji Coba...127

LAMPIRAN E. Data Hasil Penelitian...135

LAMPIRAN F. Analisis Data Penelitian...151

LAMPIRAN G. Surat Ijij dan Surat Tanda Bukti Penelitian...159


(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku terdidik sesuai dengan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun sosial. Pendidikan dapat dilaksanakan dirumah sebagai pendidikan internal, disekolah sebagai pendidikan formal, dan dimasyarakat sebagai pendidikan nonformal (Suryabrata, 1998). Pelaksanaan pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang merupakan keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk meraih prestasi belajar yang optimal dibutuhkan proses belajar yang optimal pula yang memerlukan aktifitas dan kreatifitas siswa sebagai peserta didik (Tjundjing, 2001).

Proses belajar yang terjadi pada individu merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Irwanto (1997) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dalam jangka waktu tertentu, dengan belajar siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang meliputi perubahan fisik sebagai pendewasaan, perubahan psikis yang ditunjukkan pada perkembangan kemampuan berfikir, dan perubahan sosial yang ditunjukkan pada kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan diri. Untuk mengetahui keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan di sekolah, perlu adanya penilaian sebagai hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui keberhasilannya mencapai tujuan belajar disebut dengan prestasi belajar (winkel, 1996).

Prestasi belajar merupakan masalah penting dalam dunia pendidikan di sekolah, sebab kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan siswa dapat mempengaruhi kepuasan dan kelancaran dalam mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, tetapi ketidakberhasilan dalam belajar akan menjadikan siswa ketinggalan dari yang lain, tidak naik kelas, tidak lulus, bahkan dapat juga drop out dari sekolah (Turner & Helms dalam Syafitri, 2004).

Setiap tahun, angka kelulusan siswa cenderung mengalami penurunan. Di Jawa tengah misalnya, angka kelulusan siswa SMA sederajat pada tahun 2007 sebesar 92,29 persen, sedangkan pada tahun 2008 hanya 91,93 persen (Harian Umum Kompas, 2008). Pada tahun 2009, di Kabupaten Sukoharjo, angka kegagalan di SMA mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang tak lulus mencapai 12,29% atau 866 siswa dari total peserta SMA sebanyak 6.542 pelajar (Suara Merdeka, 2009).


(20)

commit to user

Prestasi belajar secara nyata dapat dilihat dalam raport yaitu angka prestasi belajar dalam periode tertentu yang tercermin dalam nilai ujian semester siswa. Belajar dikatakan berhasil apabila siswa didalam kegiatan belajarnya dapat memenuhi target keberhasilan sesuai dengan standart yang ditentukan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar yang diharapkan antara lain kesungguhan, minat, lingkungan, dan keluarga (Ahmadi dan Supriyono, 2003).

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi pula, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan seseorang untuk belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Binet (dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, selanjutnya mengadakan penyesuaian terhadapa tujuan, sehingga didapatkan penilaian diri secara kritis dan objektif.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Banyak siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun sebaliknya siswa yang kemampuan inteligensinya dalam kondisi sedang, dapat meraih prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

belajar, karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi. Goleman (2000) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Hasil penelitian yang dilakukan Fahim dan Pishghadam (2007) yang menunjukkan bahwa EQ dan inteligensi akademis merupakan kualitas terpisah, dan kecerdasan emosi adalah prediktor yang lebih baik bagi kesuksesan dalam pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan pendidikan seseorang dapat dilihat dari kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan Emosi yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002).

Kenyataan yang ada di lapangan bahwa seseorang yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan kesulitan, bahkan tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang sesuai dengan usianya. Namun fenomena didalam pendidikan di sekolah menunjukan bahwa tidak sedikit siswa dengan IQ tinggi tetapi prestasinya kurang, dan siswa yang memiliki IQ sedang dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memprediksi prestasi belajar seseorang (Tjundjing, 2001).

Goleman (2002) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya, menjaga keselarasan emosi dan


(22)

commit to user

pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi saja, cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Selanjutnya seseorang yang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosinya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stres. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

Selain itu, faktor yang menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi dalam mencapai keberhasilan dalam belajarnya. Motivasi merupakan perubahan tenaga didalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Donald dalam Sumanto, 1998). Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang menantang demi mencapai kesuksesan (Woolfolk, 1998). Penelitian membuktikan bahwa siswa yang cerdas dapat memiliki prestasi yang lebih rendah


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena tidak memiliki motivasi untuk berprestasi (Berk, 1994).

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat dilihat pada perilaku berprestasi (achievement behaviors) seperti tekun pada tugas yang sulit, bekerja giat untuk mencapai penguasaan dan memilih tugas yang relatif menantang. Sardiman (1996) menyatakan bahwa siswa dengan motivasi yang rendah untuk belajar, seperti tidak ada keinginan untuk membaca, rendahnya kemauan untuk mengerjakan tugas, dan cenderung tidak semangat terhadap pelajaran, sehingga mengalami ketertinggalan belajar dan besar kemungkinan memperoleh prestasi yang rendah.

Muhibbin (1995) menjelaskan motivasi dalam dua macam. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi ini dipengaruhi oleh empat sumber yaitu tantangan, rasa ingin tahu, kontrol dan fantasi. Selanjutnya motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar misalnya pujian dan hadiah, tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru. Kenyataannya kedua bentuk motivasi belajar tersebut bersama-sama menggerakkan siswa dalam belajar, meskipun bentuk motivasi intrinsik seharusnya menjadi lebih dominan pada masa remaja (Winkel, 1996).

Motivasi merupakan bagian dari belajar, dari pengertian motivasi diatas tampak tiga hal, yaitu (1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam


(24)

commit to user

diri seseorang; (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati; (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan belajar dan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa untuk mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri (Donald dalam Sumanto, 1998).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh tingkat IQ saja, melainkan terdapat faktor-faktor lain seperti kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang ikut menentukan tercapainya keberhasilan belajar yang optimal. Berpijak pada latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, perlu diadakan penelitian tentang “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar”.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar?

2. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar? 3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

2. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar.


(26)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi masukan kepada Guru tentang pentingnya faktor non kognitif kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

b. Dapat memberikan pengertian secara teoritik kepada siswa makna dari faktor non kognitif kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dapat digunakan sebagai masukan tentang cara-cara meningkatkan kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi belajar siswa.

b. Bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Bagi siswa dapat memahami lebih dekat kemampuan dalam pribadi masing-masing khususnya tentang kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, dan prestasi belajar merupakan hasil dari perbuatan belajar. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban, keberhasilan seorang siswa dalam belajar tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Logan (dalam Tjundjing, 2001) belajar dapat diartikan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997) menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan sikap. Perubahan dalam belajar itu bersifat relatif konstan dan membekas. Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu (Irwanto, 1997). Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.


(28)

commit to user

Muhibbidin (2000) menjelaskan bahwa belajar dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar, karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, antara lain :

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses belajar diperoleh melalui pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan sadar, pada perubahan ini siswa menyadari bahwa terjadi perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan positif berarti perubahan tersebut bersifat baik dan bermanfaat bagi kehidupan, serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. Usaha yang dimaksud menyangkut adanya kemajuan atau kemampuan yang lebih baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap, apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui pengertian belajar adalah aktivitas individu secara fisik, psikologis, sosial untuk mendapatkan perubahan yang intensional, positif dan aktif, dan perubahan tersebut relatif permanen.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Purwanto (2002) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah gambaran tingkat keberhasilan dari berbagai kegiatan selama mengikuti pelajaran. Prestasi belajar merupakan penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai sasaran belajar. Winkel (1997) menjelaskan bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa mampu menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan siswa, misalnya mampu menjawab pertanyaan dan persoalan, mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar, siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama proses belajar.

Tjundjing (2000) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu kemampuan peserta didik dalam menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kemudian diikuti munculnya perasaan puas ketika mampu melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Ahmadi dan


(30)

commit to user

Supriyono (2003) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa dalam kegiatan belajar sebagai gambaran tingkat keberhasilan yang diukur dari nilai-nilai tes hasil belajar dan berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar pada periode tertentu.

3. Faktor-Faktor Prestasi Belajar

Suryabrata (1998) menjelaskan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1). Faktor fisiologis. Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera a) Kesehatan badan

Siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya agar mampu menempuh studi yang baik. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Sebagai contoh adalah siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tidur untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya, olahraga yang teratur untuk memelihara kesehatan.

b) Pancaindera

Pancaindera yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau mental dapat menghambat dalam menangkap pelajaran, sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2). Faktor psikologis. Faktor psikologis yang dimaksud adalah faktor aktivitas yang memberikan dorongan pada individu untuk belajar. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :

a) Intelegensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang dimiliki siswa mempunyai kaitan erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (dalam Winkel, 1997) inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan sekaligus mengadakan penyesuaian dalam mencapai tujuan, sehingga mampu menilai keadaan diri sendiri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi, namun tidak berarti siswa dengan taraf inteligensi rendah


(32)

commit to user

akan berprestasi rendah pula, hal ini karena ada faktor-faktor lain diluar intelegensi antara lain kecedasan emosi dan motivasi berprestasi. b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat menjadi penghambat siswa dalam mencapai prestasi dalam belajar. Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak sesuatu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah. c) Motivasi

Irwanto (1997) menjelaskan bahwa motivasi adalah penggerak perilaku, sedangkan motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang, jadi keberhasilan siswa dalam belajar tidak lain karena siswa tersebut mempunyai keinginan untuk belajar. Winkel (1997) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang memberikan peranan yang khas dalam hal gairah atau semangat belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, terdapat faktor eksternal yaitu faktor lain diluar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, faktor tersebut antara lain :

1). Faktor lingkungan keluarga, yaitu faktor yang berasal dari dalam lingkungan keluarga siswa, antara lain:

a) Sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi siswa yang memadai lebih memberikan kesempatan dengan adanya fasilitas belajar yang cukup, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b). Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan orang tua yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang siswa. Dukungan dapat diberikan secara langsung yaitu berupa pujian atau nasihat, maupun secara tidak langsung seperti hubugan keluarga yang harmonis.


(34)

commit to user

2). Faktor lingkungan sekolah, yaitu faktor yang berasal dari sekitar lingkungan tempat siswa menuntut ilmu disekolah, antara lain:

a). Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara, dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi kenyamanan selama proses belajar mengajar di sekolah berlangsung.

b). Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi belajar, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari guru dan siswa maka prestasi sulit dicapai. Seorang siswa mampu berprestasi dengan optimal apabila merasa kebutuhannya di sekolah telah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan guru yang berkualitas, hubungan yang berlangsung harmonis antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, adanya iklim belajar yang menyenangkan di lingkungan sekolah.

c). Kurikulum dan metode mengajar

Faktor ini meliputi pemilihan materi dan cara penyampaian materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito (1994) menjelaskan bahwa faktor yang


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

paling penting dalam pembelajaran adalah guru, apabila guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,hal ini karena siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

3). Faktor lingkungan masyarakat, yaitu faktor selain keluarga dan sekolah tempat siswa berperilaku sehari-hari, antara lain:

a). Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan guru dan siswa. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru.

b). Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, maka setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Penilaian merupakan salah satu proses belajar mengajar yang tidak dapat ditinggalkan dalam dunia pendidikan. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Rapor mencatat hasil prestasi belajar seorang siswa yang


(36)

commit to user

menunjukkan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam keseluruhan mata pelajaran. Suryabrata (1998) menjelaskan bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. Azwar (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :

a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya : 1). Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

2). Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3). Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa b. Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa dan mengetahui kelemahan siswa, sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, diharapkan dapat segera memperbaikinya.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMA kelas II untuk menentukan jurusan studi di kelas III.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui ketepatan suatu program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap akhir semester di sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

Pengukuran prestasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi berupa rapor, yaitu diambil dari nilai rapor semester I kelas XII di SMA N 1 Sukoharjo.


(38)

commit to user

B. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motif dan Motivasi

Motif berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau to move, maka motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif adalah motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi motif dapat diketahui dari perilaku, yaitu sesuatu yang dikatakan dan diperbuat oleh seseorang. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diketahui motif seseorang (Walgito, 1992). Sebagai contoh seorang siswa selalu belajar dengan giat dalam menyelesaikan setiap tugasnya untuk mencapai hasil yang baik, dari keadaan ini dapat diketahui bahwa yang bersangkutan didorong oleh

achievement motivation yang tinggi.

Welem (2003) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan pada diri seseorang yang mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. Motivasi juga merupakan dorongan (energi penggerak) stimulus secara aktif dalam bentuk perilaku tertentu untuk mengarahkan suatu aktivitas. Sastrohadiwiryo (2002) menjelaskan bahwa motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi untuk menggerakkan dan mengarahkan perilaku ke arah pencapaian kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan. Motivasi (driving force) merupakan desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan (Samsudin, 2006).


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa motif adalah sebuah energi dalam diri seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu tindakan nyata, motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diketahui setelah adanya tindakan. Motivasi adalah kekuatan dari dalam jiwa seorang individu yang mengarahkan pada suatu tindakan yang bertujuan untuk mencapai suatu optimalisasi keberhasilan.

2. Pengertian Motivasi Berprestasi

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi selalu berusaha untuk menyelesaikan tugas yang menurutya menantang dengan sebaik-baiknya demi tercapainya suatu standar keunggulan yang lebih tinggi. Murray (dalam Salam dan Welem, 2003) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai kemampuan yang terorganisir dalam diri seseorang dalam mewujudkan suatu keadaan yang lebih tinggi, sehingga perasaan ingin sukses dapat terwujud. Konsep motivasi berprestasi dari Murray ini kemudian dikembangkan oleh Mc Clelland, dkk (2003) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan tujuan dari individu agar berhasil dalam persaingan dengan standar tinggi. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan kinerja dan lebih banyak belajar mengerjakan tugas.

Winkel (1996) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang menantang demi tercapainya kesuksesan. Siswa yang cerdas dapat memiliki prestasi yang lebih rendah dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena


(40)

commit to user

tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Akbar dan Hawadi (2001) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Untuk itu maka siswa dituntut untuk bertanggung jawab mengenai taraf keberhasilan yang akan diperolehnya. Motivasi berperan sebagai sasaran dan sekaligus alat untuk pencapaian prestasi yang lebih tinggi.

Tyson dan Jackson (dalam Setiawan, 2004) menjelaskan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan terdorong untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan dan akan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut serta menggunakan keahlian dan kemampuan untuk mencapainya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menggerakkan dan mengarahkan pada suatu penyelesaian tugas yang menantang dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang lebih tinggi.

3. Faktor-Faktor Motivasi Berprestasi

Motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi seseorang. Motivasi merupakan konsep yang luas, sehingga ada beberapa hal yang perlu diketahui sebagai faktor yang mempengaruhinya. Anoraga (1992) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya motivasi berprestasi pada seseorang, yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kesejahteran dan kebahagiaan lebih baik, serta adanya harapan untuk maju.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Menurut McClelland (1993) ada faktor lain yang terlibat yaitu kemampuan perorangan atau pemahamannya tentang perilaku yang diperlukan untuk mencapai prestasi tinggi. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu, yang termasuk dalam faktor internal yaitu :

1). Keadaan jasmani

Keadaan jasmani di sini baik yang bersifat bawaan atau bukan bawaan, antara lain bentuk wajah, tinggi badan, warna kulit, dan sebagainya. Cacat fisik yang dimiliki individu akan dapat menghambat dirinya untuk mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

2). Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi motivasi. Ada kecenderungan pada wanita untuk menghindari sukses, merupakan faktor yang melatar belakangi rendahnya motivasi berprestasi, berbeda dengan laki-laki yang mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam kehidupan keluarga kelak.

3). Usia

Kesadaran akan umur yang semakin bertambah (lanjut) menjadi suatu pendorong seseorang untuk mencapai prestasi yang tinggi. Seseorang yang sudah dewasa atau matang dalam berpikir cenderung lebih memiliki motivasi berprestasi yang tinggi demi tercapai cita-citanya.


(42)

commit to user

4). Intelegensi

Individu dengan taraf kecerdasan yang tinggi diharapkan memiliki motivasi belajar yang tinggi pula, sebaliknya individu dengan taraf kecerdasan yang rendah diperkirakan memiliki motivasi berprestasi yang rendah pula. Intelegensi akan mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Semakin tinggi intelegensi seseorang akan semakin tinggi pula motivasi berprestasinya, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan antara taraf kecerdasan dengan motivasi berprestasi individu, karena disamping faktor intelegensi masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi motivasi berprestasi, misalnya intelegensi tinggi tetapi fasilitas kurang mendukung untuk berprestasi.

5). Kepribadian

Tiap-tiap individu mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda. McClelland (1993) menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua tipe kepribadian yaitu kepribadian tipe A yaitu orang yang yakin bahwa kemajuan dirinya ditentukan oleh dirinya sendiri. Tipe B yaitu orang yang beranggapan bahwa faktor diluar dirinya yang menentukan keberhasilan seseorang. Individu dengan tipe kepribadian A akan memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi daripada individu dengan tipe kepribadian B.

6). Minat

Individu yang mempunyai minat untuk berprestasi dan tidak mengharapkan kegagalan akan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Seseorang


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya terlebih dahulu diawali minat yang kuat pula.

7). Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menuntut timbal balik yang nyata, misalnya mempunyai aspirasi yang realistik pada dirinya. Individu yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak menuntut peranan bagi dirinya dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah.

b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, yang termasuk di dalamnya yaitu :

1). Lingkungan keluarga.

Terbentuknya motivasi berprestasi bersumber dari cara orang tua mendidik dan mengasuh anak. Orang tua yang mendidik dan mengasuh anaknya untuk berusaha menentukan sesuatu yang terbaik yang dilakukan oleh anaknya, sehingga akhirnya mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang lain yang akan menimbulkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak. Orang tua juga hendaknya selalu menghargai prestasi yang telah dicapai anak.

2). Lingkungan masyarakat.

Lingkungan masyarakat dapat dibagi menjadi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yaitu lingkungan sekitar tempat


(44)

commit to user

individu berhubungan dengan orang lain, sedangkan lingkungan non sosial yaitu aspek yang mendukung terjalinnya hubungan antar individu, seperti suasana, tradisi, nilai hidup dan pola hidup yang dianut masyarakat. Motivasi berprestasi berkembang karena pengaruh kebudayaan dan lingkungan yang mementingkan kebebasan pada anggotanya.

3). Lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah menyangkut kemampuan sekolah memenuhi kebutuhan siswa dalam proses belajar di sekolah. Faktor pendorong yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa misalnya penyediakan fasilitas pendidikan yang dapat memuaskan rasa ingin tahu siswa, terjalinnya hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru dan dengan siswa lain di sekolah.

4. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

Mc Clelland (dalam Akbar, 2003) menjelaskan bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu :

a. Tanggung jawab.

Pada individu yang memiliki motivasi tinggi akan merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan.

b. Mempertimbangkan resiko.

Mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi sebelum memulai kesukaran artinya sebelum bertindak individu memikirkan akibat atau resiko yang


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dihadapi, sehingga aktivitas yang dilakukan tidak akan berakibat atau beresiko yang memberatkan.

c. Umpan balik (feed back).

Umpan balik sangat berguna sebagai perbaikan bagi nilai hasil kerja karja di masa yang akan datang.

d. Kreatif inovatif.

Seseorang yang bermotivasi berprestasi tinggi akan lebih kreatif mencari cara baru yang lebih efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas dan tidak menyukai pekerjaan yang bersifat monoton dari waktu ke waktu.

e. Waktu menyelesaikan tugas.

Menyelesaikan tugas dengan waktu yang cepat dan tepat adalah prinsip individu yang memiliki motivasi yang tinggi.

Sedangkan menurut Sardiman (1990) aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu:

a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat mengerjakan tugas secara terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum tugas selesai)

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa) dan tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah dicapai

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin dan kurang kreatif f. Dapat mempertahankan pendapatnya


(46)

commit to user C. Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

Goleman (2000) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah kecakapan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, serta mampu mengelola suasana hati dan kecemasan ketika menghadapi kecemasan dalam berpikir. Selanjutnya Goleman menambahkan bahwa kecerdasan emosi terdiri terjalin dari beberapa kemampuan yang terorganisir dalam diri individu, kemampuan itu antara lain kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan bertahan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikan dorongan hati (impuls) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, kemampuan mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan berempati dan berdoa. Cooper dan Sawaf (dalam Melianawati, 1997) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara aktif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi, pengaruh yang manusiawi.

Goleman (2000) menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi tidak dapat menjamin kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup, tetapi dengan kecerdasan emosi yang tinggi seseorang mampu mengetahui dan menangani perasaan dalam diri sendiri. Seseorang dengan kecerdasan emosi yang matang mampu membaca perasaan dan menghadapi orang lain lebih efektif. Orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan berpikir yang jernih.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Prihanto (dalam Tjundjing, 2001) menerangkan bahwa kecerdasan emosi sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan keluarga, pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya. Menurut Salovey dan Mayor (dalam Atmadji, 2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milahnya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut Mangunhardjana (2002) kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam hal merasa tentang dirinya, menunjukkan reaksi terhadap perasaan orang lain, memikirkan perasaan orang lain dan pilihan yang dimiliki untuk bereaksi, membaca dan mengungkapkan perasaan diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan kita mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

2. Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang menururt Goleman (2000) antara lain sebagai berikut :

a. Lingkungan keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah yang pertama kali dalam mempelajari emosi. Orang tua adalah subjek pertama yang perilakunya diidentifikasikan


(48)

commit to user

atau ditiru oleh anak, kemudian diinternalisasi dan pada akhirnya akan menjadi kepribadian dari anak. Orang tua harus mampu memberikan contoh-contoh yang baik mengenai bagaimana menanggapi perasaan orang lain, cara berperilaku yang baik dalam menghadapi masalah.

b. Ligkungan masyarakat

Kecerdasan emosi berjalan sesuai dengan perkembangan fisik mental anak dalam masyarakat. Pembelajaran emosi dapat dilakukan dengan memberi peran anak sebagai seseorang diluar dirinya, sehingga anak dapat belajar mengenai perasaan orang lain ketika dihadapi pada suatu permasalahan.

Menurut Shapiro (1997), kecerdasan emosi dipengaruhi oleh: a. Korteks.

Korteks memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang perasaan kita

sendiri, memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu, dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Korteks, khususnya lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai sakelar peredam, yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum kita berbuat sesuatu atasnya.

b. System limbic.

System limbic, yang sering disebut sebagai bagian emosi otak, terletak jauh

dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. System limbic meliputi hippocampus (tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya ingatan


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

emosi), amigdala (sebagai pusat pengendalian emosi pada otak), serta beberapa bagian struktur lain.

c. Neuropeptida

Rantai-rantai asam amino yang disebut neuropeptida diyakini merupakan senyawa biokimia yang berkaitan dengan emosi. Neuropeptida ini tersimpan dalam otak emosional dan dikirim ke seluruh tubuh ketika seseorang merasakan suatu emosi, lalu memberitahu tubuh bagaimana harus bereaksi. Senyawa-senyawa kimia otak inilah, juga disebut neurotransmitter.

3. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi

Goleman (2000) menyatakan aspek-aspek kecerdasan emosi sebagai berikut :

a. Mengenali emosi diri (knowing one’s emotion).

Inti dari emosi adalah kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Ahli-ahli psikologi menggunakan istilah metakognisi untuk menyebut kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

b. Mengelola emosi (managing emotion).

Usaha mengenali emosi diri sendiri sebenarnya sudah dijalankan sejak awal kehidupan agar manusia mampu mengontrol emosi, mejaga agar tindakan-tindakannya tidak dikendalikan oleh emosi semata. Harus memahami apa yang diharapkan darinya dan juga harus membawa konsekuensi baik pada diri sendiri maupun orang lain.


(50)

commit to user

c. Memotivasi diri sendiri (motivating one self).

Mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang mendasar untuk dapat memberikan perhatian, memotivasi diri dan menguasai diri serta mengembangkan kreativitas. Motivasi diri yaitu mengunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif dan mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kunci motivasi adalah memanfaatkan emosi, sehingga mendukung kesuksesan hidup seseorang.

d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in order).

Seseorang yang mampu berempati adalah seseorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal mereka lebih mampu menyesuaikan diri secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih mudah peka. e. Membina hubungan (handling relationship).

Seni membina dengan orang lain erat hubungannya dengan ketrampilan emosi yang lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah saat-saat kritis perkembangan kemampuan anak. Intinya mampu menangani emosi orang lain yang membutuhkan kematangan-kematangan ketrampilan emosi lain yaitu manajemen diri dean empati, yang perlu dicermati adalah ketrampilan membina hubungan yang lebih aplikatif dan melibatkan orang lain.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi

dengan Prestasi Belajar

Pendidikan identik dengan belajar karena kegiatan belajar dan segala aspek maupun faktor yang mempengaruhi belajar merupakan proses dalam pendidikan. Hakekat tujuan pembelajaran adalah tercapainya hasil pembelajaran yang optimal, sehingga siswa diharapkan dapat meraih prestasi belajar yang memuaskan. Prestasi belajar merupakan masalah yang penting sebab diperolehnya prestasi belajar pada siswa yang berada di bangku sekolah dapat diperoleh melalui beberapa usaha. Salah satu masalah yang menyebabkan murid droup out dari sekolah adalah rdanya prestasi belajar sekolah (Turner & Helms dalam Syafitri, 2004). Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah faktor kecerdasan emosi dan faktor motivasi berprestasi.

Menurut Goleman (2002) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan seseorang, sedangkan 80% adalah sumbangan dari faktor lain, di antaranya adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ). Goleman (2000) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah kecakapan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan serta mampu mengelola suasana hati dan kecemasan ketika menghadapi kecemasan dalam berpikir. Kedua inteligensi itu sangat diperlukan dalam proses belajar siswa karena IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa di iringi penghayatan emosi terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Goleman (2002) menjelaskan bahwa keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kecerdasan emosi bekerja


(52)

commit to user

secara sinergi dengan ketrampilan kognitif atau IQ, menurut Goleman bahwa orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Tanpa kecerdasan emosi, seseorang tidak bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang optimal. Pendapat Goleman ini diperkuat oleh pendapat McClelland (dalam Salam dan Welem, 2003) menjelaskan bahwa seseorang yang berprestasi tinggi senantiasa memiliki kecerdasan emosi dan ketrampilan kognitif yang bekerja secara bersama-sama, karena tanpa kecerdasan emosi seseorang tidak bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitifnya sesuai dengan potensinya secara maksimal dalam belajar maupun bekerja.

Hasil penelitian yang dilakukan Fahim dan Pishghadam (2007) yang menunjukkan bahwa EQ dan inteligensi akademis merupakan kualitas terpisah, dan kecerdasan emosi adalah prediktor yang lebih baik bagi kesuksesan dalam pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan pendidikan seseorang dapat dilihat dari kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan emosi yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar, membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis, dan dapat mengurangi agresivitas khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002).

Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan bahwa keberhasilan siswa di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosionalnya dan sosial, yaitu mempunyai minat pada diri sendiri; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal; mampu menunggu,


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Sebagian besar siswa yang prestasi belajar di sekolahnya buruk menurut laporan tersebut tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosi ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti kertidakmampuan belajar). (Goleman, 2002).

Prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh intelegensi dan kecerdasan emosi saja, melainkan motivasi berprestasi juga ikut menetukan keberhasilan belajar seseorang. W. Santrock (1996) menjelaskan bahwa kemampuan siswa yang berprestasi pada dunia pendidikan banyak ditentukan oleh faktor motivasi berprestasi. Prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual saja karena seringkali siswa yang kurang cerdas mampu memperlihatkan kecenderungan motivasi berprestasi yang lebih adaptif, misalnya lebih tekun dalam membuat tugas dan lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah sehingga dapat menjadi siswa yang berprestasi di sekolah. Sebaliknya, beberapa siswa yang cerdas namun motivasi berprestasi rendah cenderung menjadi siswa yang berprestasi rendah, misalnya lebih mudah putus asa dan tidak yakin dengan kemampuan akademisnya sendiri.

Donald (dalam Wasty Sumanto, 1998) menjelaskan bahwa faktor yang ikut menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi dalam diri siswa itu untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, karena tidak didukung oleh motivasi yang tinggi, sehingga mengakibatkan prestasi yang dicapaipun kurang optimal. Salah


(54)

commit to user

satu faktor pendukung agar prestasi yang dicapai dapat optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya, motivasi merupakan perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang menantang demi mencapai kesuksesan. Penelitian membuktikan bahwa siswa yang cerdas dapat memiliki prestasi yang lebih rendah dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena tidak memiliki motivasi berprestasi dalam dirinya (Berk dalam Welem, 2003).

Motivasi berprestasi dalam kegiatan belajar di sekolah merupakan penggerak dalam diri siswa, sehingga siswa tersebut terdorong untuk melakukan berbagai kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Motivasi berprestasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong dalam usaha pencapaian prestasi (Morgan dalam, Frickson 1996). Seseorang melakukan usaha belajar karena adanya motivasi berprestasi pada diri siswa yang meyebabkan terwujudnya tingkah laku belajar dan pada akhirnya dapat mencapai prestos belajar yang optimal. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi akan diikuti oleh adanya usaha yang tekun dalam belajar, usaha inilah yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1

Pada gambar diatas merupakan kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa dapat mengatur motivasi dirinya secara tepat, dalam hal ini tentunya seseorang tersebut memiliki motivasi berprestasi yang kuat pula dalam dirinya. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi disertai kecerdasan emosi yang tinggi maka arah pemikiran dan tingkah lakunya akan menuju kepada usaha yang menunjukkan sebuah prestasi. Diharapkan seorang siswa yang mampu menggunakan kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang dimilikinya secara bersama-sama dapat meraih prestasi belajar yang optimal.

Prestasi Belajar Kecerdasan Emosi


(56)

commit to user F. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

2. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. 3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian perlu dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas dan membatasi masalah, sehingga variabel penelitian lebih terfokus dan memudahkan penelitian, serta menghindari pengumpulan data yang tidak diperlukan. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel kriterium : Prestasi belajar siswa 2. Variabel prediktor : a. Kecerdasan emosi

b. Motivasi berprestasi

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi dari variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah :

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa dalam kegiatan belajar sebagai gambaran tingkat keberhasilan yang diukur dari nilai-nilai tes hasil belajar dan berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar pada periode tertentu. Pengukuran prestasi belajar menggunakan dokumentasi yaitu nilai rapor siswa kelas XII semester I SMA N 1 Sukoharjo. Semakin tinggi jumlah


(58)

commit to user

nilai rapor siswa menandakan semakin tinggi pula prestasi belajarnya, demikian pula sebaliknya.

2. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah emosi secara akurat dan efisien untuk menghadapi tekanan, sehingga kemampuan berpikir tidak terganggu. Kecerdasan emosi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun berdasar aspek-aspek menurut Goleman (2001) yang telah dimodifikasi oleh peneliti, meliputi aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Seberapa tinggi kecerdasan emosi ditunjukkan oleh skor yang diperoleh responden melalui model alat ukur skala Likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat favorable adalah 4(SS), 3(S), 2(TS), 1(STS). Adapun skor untuk pernyataan unfavorable adalah 1(SS), 2(S), 3(TS), 4(STS). Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki, sebaliknya, bila skor yang diperoleh rendah, berarti semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki.

3. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menggerakkan dan mengarahkan pada suatu penyelesaian tugas yang menantang dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek menrut Mc Clelland


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

(dalam Akbar, 2003) dan Sardiman (1990) yang telah dimodifikasi peneliti, meliputi aspek tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, umpan balik, kreatif inovatif, waktu menyelesaikan tugas, keinginan menjadi yang terbaik. Seberapa tinggi motivasi berprestasi ditunjukkan oleh skor yang diperoleh responden melalui model alat ukur skala Likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat

favorable adalah 4(SS), 3(S), 2(TS), 1(STS). Adapun skor untuk pernyataan

unfavorable adalah 1(SS), 2(S), 3(TS), 4(STS). Semakin tinggi skor yang

diperoleh, berarti semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki, sebaliknya, bila skor yang diperoleh rendah, berarti semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki.

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Azwar (1998) menjelaskan bahwa populasi adalah suatu kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri I Sukoharjo kelas XII yang seluruhnya berjumlah 415 siswa, terdiri dari 11 kelas yang masing-masing kelas berjumlah 38 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yaitu sejumlah individu yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Suharsimi Arikunto, 2006). Sampel diambil dari populasi dan memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi, sehingga


(60)

commit to user

mewakili populasi sebagai sampel penelitian. Ciri-ciri tersebut adalah umur berkisar 16-18 tahun dan tidak tinggal kelas serta berdomisili di sekitar Sukoharjo.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI SMA Negeri I Sukoharjo yaitu sebanyak 76 dari 352 siswa. 1 kelas sebanyak 38 siswa digunakan untuk try out, sedangkan 10 kelas lainnya diambil 2 kelas secara acak, sebagai sampel penelitian.

3. Sampling

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel (Suharsimi Arikunto, 2006). Sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Pemilihan sampel cluster adalah pemilihan sampel dimana yang dipilih secara random bukan individual, tetapi kelompok-kelompok/kelas.

Penulis melakukan random dengan cara undian, yakni menggunakan gulungan kertas berjumlah 11 lembar, dimana 1 lembar kertas hanya tertulis 1 kelas. Penulis mengambil 1 gulungan kertas dengan acak sehingga didapatkan 1 kelas yang digunakan sebagai responden dalam try-out skala. Kemudian, sisanya diacak lagi untuk diambil 2 gulungan kertas sebagai responden dalam penelitian. Jadi, dalam penelitian ini, penulis menggunakan 1 kelas sebagai responden try-out skala dan 2 kelas sebagai responden penelitian.


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk memperoleh data yang diselidiki. Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat ukur. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala. Menurut Azwar (1999) skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua macam pernyataan yaitu pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Selanjutnya, dalam penelitian ini digunakan 2 alat ukur yaitu skala kecerdasan emosi dan skala motivasi berprestasi, sedangkan untuk prestasi belajar digunakan dokumentasi hasil belajar berupa raport siswa.

Skala kecerdasan emosi direncanakan berjumlah 60 butir item berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang telah dikemukakan oleh Goleman (2002) yaitu mengenali emosi diri (knowing one’s emotion), mengelola emosi (managing

emotion), memotivasi diri sendiri (motivating one self), menyesuaikan dengan

mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in other) dan membina hubungan (handling relationship).


(62)

commit to user Tabel 1

Blue Print Skala Kecerdasan Emosi

Aspek Indikator Aspek

No item

Jumlah Favorabel Un

favorabel 1. Mengenali emosi

diri Kesadaran diri Sikap asertif Penghargaan diri 1, 2 5,6 9,10 3,4 7,8 11,12 12

2. Mengelola emosi Manajemen suasana hati Penanganan stress Mengendalikan impuls 13,14 17,18 21,22 15,16 19,20 23,24 12

3. Memotivasi diri sendiri

Mengambil inisiatif dan bertindak efektif Optimisme Bergerak menuju sasaran 25,26 29,30 33,34 27,28 31,32 35,36 12 4. Menyesuaikan dengan mengenali emosi orang lain

Empati Ketrampilan mengendalikan emosi orang lain Kemampuan mengendalikan emosi orang lain 37,38 41,42 45,46 39,40 43,44 47,48 12 5. Membina hubungan Ketrampilan berinteraksi Tanggung jawab sosial Ketrampilan bekerja sama 49,50 53,54 57,58 51,52 55,56 59,60 12

Jumlah 30 30 60

Skala motivasi berprestasi direncanakan berjumlah 60 aitem berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yang telah diungkap oleh Mc Clelland (dalam Akbar, 2003) yaitu tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, umpan balik, kreatif inovatif, waktu penyelesaian tugas, dan keinginan menjadi yang terbaik.


(1)

commit to user

suatu saat hanya dapat mencapai prestasi yang sedang bahkan rendah, karena yang bersangkutan tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi. Berdasarkan hal tersebut maka siswa kelas XII SMA N 1 Sukoharjo tergolong memiliki motivasi berprestasi yang tinggi sehingga perlu dipertahankan dan lebih lagi ditingkatkan sehingga diharapakan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo. Besar perhitungan korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo yang dihitung dengan koefisien korelasi rx1y adalah 0,572 dan p < 0,05.

Ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo, sedangkan besar perhitungan korelasi antara variabel motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo yang dihitung dengan koefisien korelasi rx2y adalah 0,708 dan p < 0,05. Ini berarti terdapat hubungan positif yang

signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Sumbangan relatif kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar sebesar 44,38% dan sumbangan relatif motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 55,62%. Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi berprestasi memiliki peranan yang lebih besar dalam mencapai prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Melihat nilai koefisien determinasi (R2) diketahui besarnya sumbangan efektif kedua variabel bebas (kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi) terhadap variabel tergantung (prestasi belajar ) sebesar 56,60%, artinya sebesar 56,60% prestasi belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo ditentukan oleh variabel kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi sedangkan sisanya sebesar 44,40% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain diluar variabel yang telah diteliti seperti diatas, yaitu faktor internal seperti kesehatan badan, pancaindera, sikap, dan faktor eksternal seperti faktor lingkungan keluarga (sosial ekonomi, perhatian dan pendidikan orang tua), faktor lingkungan sekolah (sarana prasarana, kompetensi guru), dan faktor lingkungan masyarakat (sosial budaya).


(3)

commit to user

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil tersebut ditunjukkan pada nilai Ry(1,2) sebesar 0,752, Freg 47,613 > F tabel 2,02 dengan p-value 0,000<0,05. Besarnya sumbangan efektif (SE) kedua variabel bebas secara bersama-sama sebesar 56,60%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 56,60% dan selebihnya yaitu 43,40% ditentukan oleh faktor yang lain seperti faktor internal (kesehatan badan, pancaindera, sikap), dan faktor eksternal seperti faktor lingkungan keluarga (sosial ekonomi, perhatian dan pendidikan orang tua), faktor lingkungan sekolah (sarana prasarana, kompetensi guru), dan faktor lingkungan masyarakat (sosial budaya).

2. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo dihitung dengan koefisien korelasi rx1y adalah

sebesar 0,572 dengan p-value 0,000<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo. Semakin tinggi kecerdasan emosi siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

3. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo dihitung dengan koefisien korelasi rx2y adalah

sebesar 0,708, dengan p-value 0,000<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo. Semakin tinggi motivasi berprestasi siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo.

4. Prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo tergolong amat baik/tinggi dengan nilai mean sebesar 83,04, kecerdasan emosi siswa tergolong tinggi dengan nilai mean sebesar 101,76, dan motivasi berprestasi siswa tergolong tinggi dengan nilai mean sebesar 126,53.


(5)

commit to user

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada sekolah

Sekolah dalam hal ini khusunya guru diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi psikologis siswa. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa faktor psikologis juga dapat mendukung pencapaian prestasi belajar selain faktor kecerdasan intelektual. Untuk itu, selain mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan kepada siswa, guru juga perlu mengajarkan bagaimana memiliki emosi yang cerdas serta motivasi berprestasi yang kuat. Peran guru BK sangat diperlukan untuk memantau kondisi psikologis siswa agar prestasi belajar dapat tercapai secara optimal.

2. Kepada siswa

Siswa diharapkan lebih meningkatkan kecerdasan emosi dan motivasi

berprestasi. Berdasar hasil penelitian ini, kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar di sekolah. Untuk itu, diharapkan siswa dapat mengelola emosi dengan baik serta dapat menumbuhkan motivasi berprestasi yang kuat pada dirinya sendiri.

3. Kepada orang tua siswa

Diharapkan orang tua dapat menumbuhkan semangat belajar, serta memberi perhatian yang cukup terhadap kesempatan belajar anak, agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal di sekolah seperti yang diharapkan.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

4. Kepada peneliti lain

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis di masa mendatang, diharapkan menyempurnakan tinjauan teoritis yang belum terdapat dalam penelitian ini. Peneliti diharapkan lebih cermat mencari landasan teori serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu, sampel dan populasi lebih diperbanyak, sehingga generalisasi dapat dikenakan pada lingkup yang lebih luas lagi.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara motivasi berprestasi dan status sosial ekonomi dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 6 Bekasi

1 9 120

HUBUNGAN KESTABILAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KLATEN

0 3 58

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa Sma Negeri 3 Sragen.

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP N 1 SAMBONG Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi BElajar Pada Siswa Kelas VII Di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora.

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGRI 1 SAMBONG Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi BElajar Pada Siswa Kelas VII Di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA.

0 1 14

Hubungan Kecerdasan Emosi dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA "X" di Tasikmalaya.

0 0 34

Hubungan Efikasi Diri, Kemandirian Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa COVER

0 1 32

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KELENGKAPAN FASILITAS LABORATORIUM KOMPUTER, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK N 1 SEDAYU YOGYAKARTA.

0 3 153

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Studi Korelasi Antara Intensitas Komunikasi Dalam Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII

0 0 18