Tahapan Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok

“Saya suruh mengikuti perkataan saya “Ya Allah walaupun saat ini saya ingin sekali merokok tapi saya ingin berhenti demi kesehatan saya, keluarga saya. Saya ikhlas menerima rasa ini, ridho ini, dan saya pasrahkan kesembuhan saya kepadaMu” kata-kata itu diulang hingga 3 kali” 3 Setelah tahapan Set up dilanjutkan ke tahapan Tune in. Dalam tahapan ini klien diberi sebuah sugesti bagaimana nikmat sebuah rokok. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis. “Lalu yang kedua Tune In, saya suruh Santi membayangkan pada saat merokok apa dia enak dan menikmati rokoknya, dibayangkan semakin rasanya tuh merokok, lalu dicoba disuruh menghisap rokoknya dan saya tanyakan masih enak atau udah berubah”. Kemudian dilanjutkan tahapan akhir yaitu Tapping. Pada saat bersamaan dengan tune in, klien SA dilakukakn tapping, yaitu proses mengetuk bagian bagian tubuh tertentu klien oleh terapis. Dari hasil proses putaran pertama tahapan terapi SEFT, klien langsung merasakan perubahan dari efek terapi, yaitu rokok menjadi pahit. Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan terapis. “Lalu saya lanjutkan kembali yang ketiga, di tapping sambil menghisap rokoknya, memakai 9 titik juga dari atas bagian kepalanya, alisnya bagian kanan, disamping matanya bagian kanan, dibawah kelopak mata bagian kanan, Tepat dibawah hidung, dibawah bagian bibir dan dagu, dagian tulang dada bagian kanan, kemudian di bawah ketiak bagian kanan, dan dibawah dada bagian kanan. Setelah itu saya tanyakan ada perubahan atau tidak, ternyata pahit dan mual” Setelah proses terapi klien SA putaran pertama selasai, dilanjutkan proses putaran kedua untuk memaksimalkan terapi, agar klien benar-benar tidak ingin merokok. 3 Wawancara pribadi dengan Terapis Hilda, Bekasi, 23 Juni 2014. b. Klien N Nama : Nurhanani Umur : 21 tahun Alamat : Pangkalan jati baru, cinere, Depok Pekerjaan : Mahasiswi Pendidikan : SMA Ayah : Muhammad Ali Ibu : Euis Siti Murtasih Anak ke : 7 Status : Belum menikah Klien N perempuan umur 21 tahun, anak ke 7 dari 8 bersaudara pasangan Bpk. Muhammad Ali dan Euis Siti Murtasih. Klien N tinggal di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Klien N kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Klien N merokok sejak kelas 5 SD. Klien menjadi perokok aktif ketika klien duduk bangku SMP. Klien N merokok karena awalnya penasaran melihat iklan rokok, melihat orang – orang merokok, dan juga Ayah klien merokok. Hal ini diperoleh dari wawancara klien kepada penulis: “Saya ngerokok karena iseng aja waktu pas SD kelas 5 pengen tahu, ngeliat orang ngerokok, penasaran aja gitu, terusnya juga Ayah saya ngerokok, makanya jadi tambah penasaran, udah gitu awalnya nyoba ko ternyata saya langsung gampang gt ngerokok, biasanya orang kan batuk- batuk, ini saya engga, yaudah lanjut aja dari situ”. 4 4 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. Klien N mencoba merokok dan akhirnya menjadi kecanduan. Klien N juga terkena penyakit paru – paru ketika SMP, Klien di rawat di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. “Iya waktu SMP kena paru-paru, terus dirawat di rumah sakit seminggu. Terusnya terakhir kambuh lagi paru – paru nya pas SMA dirawat seminggu juga”. 5 Klien N memutuskan untuk melakukan terapi pada dirinya agar berhenti merokok. Pada saat terapi klien N penulis melihat langsung ketika klien N di terapi. Pada tanggal 30 April 2014 penulis juga melihat langsung berjalannya terapi klien Nani. Pada saat itu klien Nani bertemu untuk kedua kalinya dengan terapis Hana. Terapis Hana sudah datang terlebih dahulu di taman kampus UIN Jakarta sekitar pukul 13.15. Kemudian klien Nani datang pukul 13.30. Klien Nani mengenakan pakaian berwarna putih, celana jeans, jilbab biru. Penulis melihat terapis berjabat tangan dengan pasien, kemudian mereka berbincang. Terapis memulai terapinya dengan meminta klien melepas jam tangan , gelang, dan hp klien. Setelah itu sekitar pukul 13.40 terapis memulai terapinya dengan tahapan Terapi SEFT. Saat itu raut wajah klien agak pucat, kemudian gerak tubuh klien santai sambil menghisap rokok sesuai petunjuk terapis, kemudian klien diketuk kepalanya, setelah itu merokok kembali, raut wajah klien berubah pucat, kemudian klien meneteskan air mata. Terapis berusaha terus mengetuk bagian bagian tubuh klien sambil mengucapkan kalimat terapi SEFT. Klien mematikan rokoknya, sambil terus menangis. Sekitar pukul 14.35 penulis melihat klien dan terapis 5 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014 menyudahi terapinya. Klien meminum air putih dan raut wajah klien kembali lebih tenang. 6 c. Klien SU Nama : Suryana Umur : 19 Alamat : Jln. Cilobak 1 No.50 Pekerjaan : belum bekerja Pendidikan : SMP Ayah : Matrozi Ibu : Suanah Anak ke : 4 Status : Belum menikah Klien SU laki-laki umur 19 tahun, anak ke 4 dari 4 bersaudara pasangan Bpk. Matrozi dan Ibu Suannah. Klien SU tinggal didaerah Cinere, Depok. Klien SU belum bekerja. Klien sewaktu duduk dibangku SMK tidak selesai, klien hanya sampai duduk di bangku kelas 2 SMK. Klien SU merokok sejak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama SMP. Klien SU merokok dikarenakan melihat teman-teman sekolahnya. Klien SU akhirnya mencoba merokok agar lebih diterima oleh teman bermainnya hingga menjadi kecanduan. Hal ini diperoleh dari pengakuan klien dengan penulis dari hasil wawancara: “Waktu SMP itu saya ngeroko iseng-iseng aja liat temen-temen pada ngeroko, pada nongkrong gitu. Yang lain pada ngeroko, saya jadi ikutan, malu lah pada ngeroko ya ikut aja nimbrung ngeroko. Pertama 6 Hasil Pengamatan Pribadi Klien Nani, Tangerang, 30 April 2014. ditempat tongkrongan beraninya, lama-lama dirumah karna saking pengennya, abis makan mulut asem. Orang tua pertama marah, soalnya kaka saya ngeroko juga kena TBC tapi sekarang udah berhenti ngerokok. Orang tua takut saya kena TBC juga, tapi ampe sekarang sih belom kena untungnya. Yaudah dari situ terusnya pengen terus kaya kecanduan ” 7 . d. Klien F Nama : Faisal Maulana Umur : 20 tahun Alamat : Jl. Pangkalan jati 2 gang palestina No.18a Pekerjaan : Karyawan Pendidikan : SMK Ayah : Rohmain Ibu : Siti Suhamdah Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara Status : Belum Menikah Klien F laki-laki umur 22 tahun, anak ke 2 dari 3 bersaudara pasangan Bpk. Rohmain dan Ibu Siti Suhamdah. Klien F tinggal di daerah Cinere, Depok. Klien F bekerja di sebuah percetakan di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Klien F merokok sejak kelas 6 SD. Klien F merokok disebabkan karena pergaulan di lingkungan tempat tinggalnya. Klien F saat itu baru pertama kali berkumpul bermain dengan teman-teman lingkungan rumahnya. Disana ia bermain dengan teman dari segala usia. Teman yang umurnya lebih tua dianggap sebagai “senior” yang berkuasa. Klien diajari merokok dan minuman keras. Akhirnya klien mencoba merokok dan minuman keras, karena “dicekoki”. Klien menjadi sifat 7 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014 pemarah dan tidak takut terhadap Orang tua. Klien merokok di depan orang tua. Orang tua klien memarahi klien, namun klien membantah dan tidak menghiraukan. Hal ini diperoleh dari pengakuan klien terhadap penulis, sesuai hasil wawancara: “Awalnya itu kelas 6 SD nongkrong deket rumah. Nongkrong sama anak pantaran, sama orang dewasa juga. Nah itu awal mulanya nongkrong waktu abis teraweh gitu. Nongkrong main petasan. Disitu ada yang pendiem karena baru kenal. Ada juga yang nakal. Nah temen saya yang nakal ini temenan sama orang dewasa yang suka mabok minuman, ngerokok, gitu gitu. Terus saya diajak ama temen saya yang nakal itu buat nongkrong sama mereka yang suka minum. Yaudah saya kehasut kan tuh, disitu dah saya nyoba – nyoba karena ga enak kalo ga ngeroko atau minum. Kaya dicekok gitu, minum juga. Dulu rokok saya djarum super awal-awal, kalo mau beli patungan karena masih bocah kan ya. Dari situ dah saya mulainya ngerokok, dimana aja saya ngeroko, dirumah depan orang tua juga berani ”. 8 Klien SU dan klien F diterapi bersamaan. Tahapan terapi pada klien SU dan F yaitu dimulai dari Set up. Sebelum melakukan tahapan Set up Terapis Zulfahmi berbeda dengan Terapis Hana dan Hilda dimana terapis memberikan preview mengenai bahaya merokok dan kerugian dari merokok, melalui tayangan video. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “Untuk pasien S dan F kebetulan mereka saya terapi bersamaan. Tahapan terapinya pertama saya memberi preview dulu tentang rokok, kemudian saya lebih bertanya dulu, apakah pasien benar benar niat untuk berhenti merokok. Kemudian saya suruh nyalakan rokok dan rasakan dulu bagaimana rasa rokok yang sedang mereka hisap ” 9 Setelah terapis memberikan preview mengenai rokok, terapis memulai tahapan set up. Klien SU dan F mengikuti ucapan dari terapis, 8 Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014 9 Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014. ucapan yang bersifat spiritual. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “saya suruh mereka mengikuti ucapan saya “Ya allah walaupun saya saat ini belum bisa berhenti merokok, saya ikhlas ya Allah” sampai 3 kali sambil mengetuk bagian atas dada, kemudian mengucap “Ya Allah saya ridho, saya pasrah” sambil mengetuk bagian atas kepala sampai 3 kali ” Setelah melakukan set up dilakukan tahapan berikutnya yaitu tune in. Dalam keadaan inilah klien diperdalam emosinya. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “Kemudian dilanjutkan dengan tune in, ditahap ini pasien benar benar merasakan nikmatnya merokok, keinginan merokoknya besar, ketika klien merasakan kenikmatan merokok, kemudian saya ucapkan kembali “Ya Allah walaupun saya belum bisa juga berhenti merokok, saya ikhlas ya Allah” sampai 3 kali “Ya Allah saya ridho ya Allah” Ketika tahapan tune in berlangsung terapis melakukan tapping terhadap klien. Pada tahap ini akan terjadi efek yang timbul bagi klien, untuk klien SU terlihat langsung klien muntah sedangkan klien F tenggorokannya hanya sakit. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “pada saat itu sambil melakukan langkah tapping. Tapping saya lakukan putaran pertama dibagian kanan secara instan mulai saya ketuk dari kepala hingga bagian bawah dada. Kemudian saya suruh nyalakan rokok kembali, klien S merasa mual dan muntah, pusing, klien F sakit dibagian tenggorokan namun ke inginan untuk merokok masih ada”. 10 Setelah putaran pertama selesai, terapis kembali melakukan putaran kedua. Tahapan kembali dimulai dari set up, tune in dan tapping. 10 Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014. Dari hasil penelitian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tahapan terapi SEFT terdiri dari 3 tahapan yaitu; Set up, Tune in dan Tapping. Pada tahapan Set Up klien pecandu rokok diminta untuk pasrah terhadap penyembuhannya. Kemudian pada tahapan Tune in, klien diberi sugesti yang membangkitkan emosi klien, seperti menikmati rokok atau membayangkan bahaya rokok. Ketika klien ada di emosi yang mendalam, terapis melakukan tapping terhadap klien. Tapping ini mengetuk bagian- bagian tertentu yang ada di tubuh klien, sehingga akan menghasilkan dampak langsung ketika selesai dilakukan tapping. Dampak langsung yang dirasakan dari setiap klien berbeda-beda, hal ini disebabkan dari tingkat konsentrasi klien ketika melakukan terapi.

B. Evaluasi Hasil Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok

Pada analisis evaluasi hasil terapi seft bagi pecandu rokok, maka penulis akan menganalisis berdasarkan model Evaluasi hasil teori Pieterzek sesuai dengan indikator evaluasi hasil yang terdapat di BAB II. Menurut hasil temuan dari sumber data yang ditemukan dari hasil wawancara dan triangulasi data, sebagai berikut:

1. Efisiensi;

Dalam indikator ini penulis menjelaskan bagaimana Terapi SEFT bermanfaat dan praktis dalam penyembuhan klien, sesuai dengan sumber daya yang ada. Dalam hal efisiensi klien merasa teknik terapi SEFT ini efisien dalam hal waktu sehingga klien tidak memerlukan berhari- hari untuk terapi. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan 4 klien: “Kalau menurut saya terapi nya ya ampuh sih, saya kaga di sugestiin gitu, terus di ketuk pake jari. Pertama nya saya aga ga percaya, terus pas saya jadi pasiennya, Alhamdulillah terbukti ternyata ampuh” 11 “Kalau menurut saya sih terapinya sederhana tekniknya tapi cukup efektif dan efisien, ga buang-buang waktu sampe berhari- hari” 12 “Ya tekniknya sih sederhana, tapi ngefek cuma beberapa menit, efisien menurut saya dari segi waktu ”. 13 “Terapinya sederhana, praktis, ga buang waktu banyak, kata terapisnya sih kalo udah ikut trainingnya bisa praktekin sendiri dirumah.” 14 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Terapi SEFT praktis dan efisien dalam penyembuhan klien rokok. Hal tersebut dijelaskan dari pernyataan klien mengenai efisien dalam hal waktu.

2. Efektivitas;

Dalam indikator efektivitas penulis akan menjelaskan bagaimana analisis hubungan antara indikator hasil output dengan outcomes. Menurut penjelasan klien, terapi SEFT memiliki hasil yang langsung ketika diterapi. Setiap klien merasakan langsung 11 Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. 12 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. 13 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. 14 Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014. efek dari pertama kali terapi. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien Santi; “Hasilnya putaran pertama tuh langsung rasanya pait, puyeng, tapi badan yang tadinya ga enak jadi seger gitu. Yang kedua kalinya muntah, terus rasanya ga pengen sama sekali ngeroko ”. 15 Penulis juga membandingkan hasil wawancara dengan klien Nani; “Jadi saya itu diterapi 2 hari, nah hari pertama itu dua kali puteran, puteran pertama saya ngerasanya baru pait aja, tapi masih pengen nyoba gitu ngerokonya. Putaran kedua rokonya masih pait, pusing. Tapi masih pengen ngerokok lagi. Hari kedua saya diterapi lagi itu Cuma 1 kali putaran, hasilnya itu langsung ga enak banget, rokoknya tambah pait bgt, pengen muntah, pusing”. 16 Hal tersebut juga dijelaskan oleh klien Suryana; “Waktu hasil pertama kali terapi itu enek gitu, mual pengen muntah, roko rasanya pait. Terus waktu yang kedua langsung muntah terus, ampe ada darah sedikit muntahnya, buat ngeroko lagi rasanya udah ga mau”. 17 Penulis juga melakukan pengamatan langsung untuk klien Faisal dan Suryana. Klien Faisal dan Suryana diterapi secara bersamaan oleh terapis Zulfahmi. Pada tanggal 5 Mei 2014 sekitar jam 13.30 peneliti melihat terapis sedang melakukan praktek terhadap klien Suryana di ruangan tertutup di Aula UMJ. Pada saat itu terapis berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada klien. Klien Suryana mengenakan kaos berwarna hitam, celana jeans, dan mengenakan topi. Terapis memulai terapinya sekitar pukul 13.50. 15 Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. 16 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. 17 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014.