Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

lebih berbahaya tiga kali lipat dibandingkan menghisap rokok sendiri atau perokok aktif. Hal tersebut dikarenakan racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena racun yang dihisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. 3 Saat ini, kecenderungan wanita yang merokok porsinya hampir sama dengan jumlah pria yang merokok. Entah karena stres atau gaya hidup yang tidak benar, perokok wanita setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini berbahaya, karena beberapa penelitian mengungkapkan jika ancaman kesehatan bagi perokok wanita sering lebih besar daripada perokok pria. Salah satunya adalah resiko perokok wanita mengalami kanker paru-paru cenderung 5x lebih besar dibandingkan perokok pria, meskipun kebiasaan merokok mereka berdua sama. Hal ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang dapat memperbesar resiko terkena kanker paru. Cara pandang pola fikir mindset seseorang terutama perempuan dapat mempengaruhi perasaan yang sedang dialami dan menghasilkan sebuah tindakan. Ketika seorang berada di sebuah dilema dan kegelisahan maka ia akan mencoba sesuatu yang belum ia pernah lakukan, seperti hal nya merokok. Mindset sendiri memiliki pengertian sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu 3 Tim Dinas Kesehatan, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali Lipat”, artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http:dinkes.pamekasankab.go.idindex.phpberita199-bahaya-perokok-pasif serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan disetiap tempat dan waktu yang sama. 4 Penelitian dari berbagai Negara menunjukan bahwa faktor yang mendorong untuk memulai rokok sangat beragam, baik berupa faktor dari dalam sendiri atau personal, sosio-kultural dan pengaruh lingkungannya. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam iklan-iklan kebiasaan merokok dilambangkan sebagai lambang kematangan, kedewasaan, popularitas, bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang sexy serta feminisme. 5 Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 100 produsen rokok, walaupun sebagian besar merupakan produsen berskala kecil. Sebaliknya dari sisi kesehatan, tidak ada sisi positif yang bisa didapatkan dari barang satu ini. Sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam bentuk partikel dan gas yang bersifat beracun. Diantaranya hydrogen sianida, acetone penghapus cat, amomia pembersih lantai, naphthylamine, methanol bahan bakar roket, butane bahan pembuat korek api, cadmium salah satu bahan aki mobil. Dari ribuan kandungan zat pada rokok itu, tiga kandungan yang paling bahaya adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. 6 4 Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, Bandung: Gita Print, 2009, h.123. 5 Tjandra Yoga Aditama, Rokok dan Kesehatan, UI-Press, 1997, h.54. 6 Kompas, “Soal Jumlah Perokok Semakin Meningkat” artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http:www.kompas.comkompas-readxml06145jumlahperokok06243.html. Gambar 1. Rokok dan Kandungannya Sumber: Internet Kemenkes. 2012 Dari gambar diatas adalah kandungan yang ada di dalam sebatang rokok. Racun yang paling penting adalah Tar, Nikotin, dan Monoksida yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti jantung, liver, kanker, stroke, impotensi, keguguran dan masih banyak lagi penyakit mematikan lainnya. 7 Rokok sendiri adalah bagian dari NAPZA golongan Adiktif, yang bersifat ketergantungan ketagihan. Peraturan pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan pasal 1 yaitu, Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada 7 Nusantaraku, “Kandungan Rokok Yang Sangat Mematikan”, artikel diakses pada 10 Januari 2014 dari http:depkes.go.idsitesmokinggokillskandungan-zat-berbahaya-dalam-rokok penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat. 8 Dalam hal penanganan rokok sebenarnya pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk pengendalian tembakau salah satunya yaitu mengeluarkan Peraturan Pemerintah atau disingkat PP No. 811999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun kemudian diperlunak menjadi PP No. 192003. 9 Untuk saat ini undang-undang di Indonesia khusus untuk pelarangan merokok belum ada, tentu cukup sulit untuk melakukan pelarangan terhadap perokok tersebut, namun terdapat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI bahwa rokok hukumnya haram karena banyak mudharat tidak bermanfaat. 10 Hal tersebut dijelaskan di dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 bahwa kerugian dari merokok itu sendiri. Q.S Al-Baqarah: 195 yang berbunyi :                  “ Dan belanjakanlah harta bendamu di Jalan Allah, dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam 8 Tim Depkes, “PP tentang pelarangan merokok” artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http:www.depkes.go.iddownloadsInfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf 9 “PP No. 811999 tentang pengamanan Rokok Bagi Kesehatan diperlunak menjadi PP 192003 ”, Republika 31 Mei 2013, h.2. 10 Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel diakses pada 12 Februari 2014 dari http:kemenag.go.idindex.php?a=beritaid=81811www.metrotvnews.com kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik ”. Qs. Al-Baqarah, ayat 195. 11 Dari ayat diatas dijelaskan janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah aspek pendalilan dari ayat diatas adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri kedalam kebinasaan karena di dalam tiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di dalam buku mengenai Penyalahgunaan NAZA Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater menjelaskan bagi mereka yang sudah kecanduan tembakau rokok bila pemakaian diberhentikan akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Ketagihan tembakau 2. Mudah tersinggung dan marah 3. Cemas dan gelisah 4. Tidak dapat diam, tidak tenang 5. Nyeri kepala 6. Mengantuk 7. Gangguan pencernaan. 12 11 Alquran Al Baqarah ayat 159 12 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, Jakarta: FKUI, 2006 h.62-63. Berangkat dari itu semua maka perlu dicarikan solusi atau pemecahan masalah bagi pecandu rokok. Cara pemecahan solusi untuk berhenti merokok merupakan hal yang tidak mudah. Dalam keadaan marah energi dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan relaksasi cukup membantu dalam menyeimbangkannya kembali. Relaksasi mampu membawa klien ke dalam kondisi yang tenang dan nyaman, menekan rasa tegang dengan cara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning penghilangan. Hal ini sesuai dengan tata cara yang harus dilakukan dalam terapi SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique yakni: khusu’ yakin, ikhlas dan pasrah syukur. Spiritual yang dimaksud di dalam SEFT adalah menambahkan kekuatan do’a yang disertai keihklasan dan kepasrahan untuk memperkuat efek terapi. Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah terapi SEFT. Terapi SEFT adalah tehnik yang menggabungkan antara sistem kerja energi psikology dan spiritual dengan penggabungan 15 teknik psikoterapi yang diyakini dapat membantu menyembuhkan permasalahan fisik dan emosi. Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik membahas metode terapi SEFT, yang didirikan oleh Founder Ahmad Faiz Zainuddin, yang telah melakukan banyak penyembuhan terhadap beragai macam penyakit termasuk pecandu rokok, dengan judul “Evaluasi Hasil Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique SEFT Bagi Pecandu Rokok ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Topik dalam penelitian ini adalah “Evalusi Hasil Metode Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok ”. Agar pembahasan ini lebih terarah dalam mencapai sasaran maka penulis memberikan batasan penelitian pada penyembuhan untuk pecandu rokok yang dilakukan dengan terapi SEFT. Berbicara tentang penyembuhan dengan terapi SEFT, tentulah berpengaruh sangat banyak. Dalam hal ini penulis hanya membatasi tahapan terapi seft bagi pecandu rokok dan evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi pecandu rokok. Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar lebih terfokus pada masalah yang diteliti, karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian tentang “Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok ”: 1. Bagaimana tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok? 2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari pengobatan terapi SEFT bagi pecandu rokok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok. 2. Untuk mengetahui evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi pecandu rokok.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat dari berbagai pihak.

a. Manfaat Akademik

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis mengenai pengobatan Terapi SEFT dalam kasus merokok.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan masukan kepada para terapis dalam melayani klien pecandu rokok. 2. Menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga sosial ataupun non sosial yang memiliki perhatian terhadap klien perokok yang sulit disembuhkan.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan