Efisiensi; Evaluasi Hasil Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok

efek dari pertama kali terapi. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien Santi; “Hasilnya putaran pertama tuh langsung rasanya pait, puyeng, tapi badan yang tadinya ga enak jadi seger gitu. Yang kedua kalinya muntah, terus rasanya ga pengen sama sekali ngeroko ”. 15 Penulis juga membandingkan hasil wawancara dengan klien Nani; “Jadi saya itu diterapi 2 hari, nah hari pertama itu dua kali puteran, puteran pertama saya ngerasanya baru pait aja, tapi masih pengen nyoba gitu ngerokonya. Putaran kedua rokonya masih pait, pusing. Tapi masih pengen ngerokok lagi. Hari kedua saya diterapi lagi itu Cuma 1 kali putaran, hasilnya itu langsung ga enak banget, rokoknya tambah pait bgt, pengen muntah, pusing”. 16 Hal tersebut juga dijelaskan oleh klien Suryana; “Waktu hasil pertama kali terapi itu enek gitu, mual pengen muntah, roko rasanya pait. Terus waktu yang kedua langsung muntah terus, ampe ada darah sedikit muntahnya, buat ngeroko lagi rasanya udah ga mau”. 17 Penulis juga melakukan pengamatan langsung untuk klien Faisal dan Suryana. Klien Faisal dan Suryana diterapi secara bersamaan oleh terapis Zulfahmi. Pada tanggal 5 Mei 2014 sekitar jam 13.30 peneliti melihat terapis sedang melakukan praktek terhadap klien Suryana di ruangan tertutup di Aula UMJ. Pada saat itu terapis berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada klien. Klien Suryana mengenakan kaos berwarna hitam, celana jeans, dan mengenakan topi. Terapis memulai terapinya sekitar pukul 13.50. 15 Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. 16 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. 17 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. klien dipersilahkan duduk dan disediakan air mineral. Pada saat awal terapi berlangsung raut wajah klien Suryana tampak santai dan bersemangat untuk terapi. Klien Suryana disuruh melepaskan barang-barang jam tangan, topi, dan handphone. Kemudian klien Suryana diberi aba-aba mengikuti instruksi dari terapis. Klien Suryana diperlihatkan gambaran preview mengenai rokok, dampak merokok. Setelah itu klien menutup matanya memasuki tahap terapi berikutnya raut wajah klien SU mulai sedih, klien SU diberi aba-aba untuk mengikuti ucapan terapis. Kemudian klien SU berubah wajahnya menjadi menangis, tahap berikutnya wajah klien SU mulai gelisah dan semakin panik. Setelah itu klien SU batuk- batuk ketika disuruh merokok, kemudian klien SU diketuk kepalanya, setelah itu klien ingin muntah, ketika disuruh merokok kembali, klien tidak ingin. Kemudian terapis kembali mengetuk bagian tubuh klien, klien akhirnya muntah, dan raut wajah klien berubah pucat pasi terlihat kelelahan, berkeringat. Terapi selesai sekitar pukul 14.40. 18 Hal tersebut penulis peroleh dari hasil wawancara dengan klien Faisal; “Pertama cuma ngerasa panas doang di leher sama mual, cuma masih pengen ngerokok. Yang kedua batuk-batuk, terus pusing banget, leher panas, dan udah ga pengen ngeroko”. 19 Penulis juga melakukan pengamatan langsung ketika klien Faisal diterapi. Klien Faisal diterapi bersamaan dengan klien Suryana. Pada tanggal 5 Mei 2014 sekitar jam 13.30 peneliti 18 Hasil pengamatan pribadi penulis, Tangerang, 5 Mei 2014. 19 Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014