Efektivitas; Evaluasi Hasil Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok

klien dipersilahkan duduk dan disediakan air mineral. Pada saat awal terapi berlangsung raut wajah klien Suryana tampak santai dan bersemangat untuk terapi. Klien Suryana disuruh melepaskan barang-barang jam tangan, topi, dan handphone. Kemudian klien Suryana diberi aba-aba mengikuti instruksi dari terapis. Klien Suryana diperlihatkan gambaran preview mengenai rokok, dampak merokok. Setelah itu klien menutup matanya memasuki tahap terapi berikutnya raut wajah klien SU mulai sedih, klien SU diberi aba-aba untuk mengikuti ucapan terapis. Kemudian klien SU berubah wajahnya menjadi menangis, tahap berikutnya wajah klien SU mulai gelisah dan semakin panik. Setelah itu klien SU batuk- batuk ketika disuruh merokok, kemudian klien SU diketuk kepalanya, setelah itu klien ingin muntah, ketika disuruh merokok kembali, klien tidak ingin. Kemudian terapis kembali mengetuk bagian tubuh klien, klien akhirnya muntah, dan raut wajah klien berubah pucat pasi terlihat kelelahan, berkeringat. Terapi selesai sekitar pukul 14.40. 18 Hal tersebut penulis peroleh dari hasil wawancara dengan klien Faisal; “Pertama cuma ngerasa panas doang di leher sama mual, cuma masih pengen ngerokok. Yang kedua batuk-batuk, terus pusing banget, leher panas, dan udah ga pengen ngeroko”. 19 Penulis juga melakukan pengamatan langsung ketika klien Faisal diterapi. Klien Faisal diterapi bersamaan dengan klien Suryana. Pada tanggal 5 Mei 2014 sekitar jam 13.30 peneliti 18 Hasil pengamatan pribadi penulis, Tangerang, 5 Mei 2014. 19 Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014 melihat Terapis Zulfahmi sedang melakukan praktek terapi terhadap klien F di ruangan tertutup di Aula UMJ. Pada saat itu terapis berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada klien. Klien F mengenakan kaos berwarna hitam dan celana jeans hitam. Terapis memulai terapinya sekitar pukul 13.50, klien dipersilahkan duduk dan disediakan air mineral. Pada saat awal terapi berlangsung raut wajah klien F santai. Kemudian memasuki tahap berikutnya raut wajah klien F mulai gelisah, kemudian kembali santai. Tahap berikutnya ketika diketuk klien disuruh untuk mencoba merokok, tenggorokan klien merasa panas, klien mulai cemas, namun klien tidak bisa sampai muntah, namun klien merasa mual dan pusing. Raut wajah klien bertambah pucat, matanya memerah. Ketika di ketuk kembali bagian tubuhnya oleh terapis, dan disuruh mencoba merokok kembali klien batuk batuk dan semakin panas tenggorokan. Raut wajah klien masih pucat dan berkeringat. Terapi selesai sekitar pukul 14.45. 20 Terapi SEFT memiliki efek langsung saat putaran pertama terapi. Menurut klien ketika terapi putaran pertama klien merasakan efek langsung seperti mual, pusing, dan rasa rokok menjadi pahit. Hal tersebut Penulis juga membandingkan hasil wawancara klien dengan terapis Zulfahmi: “ Jadi waktu hasil putaran pertama pasien S batuk batuk, kemudian muntah. Kemudian pasien F hanya batuk dan merasa tenggorokannya panas, namun kecendrungan merokok 20 Hasil pengamatan pribadi penulis, Tangerang, 5 Mei 2014. masih ada. Hasil putaran kedua pasien S kepalanya pusing, muntah kembali, dan benar – benar tidak berani mencoba menghisap rokok, untuk pasien F mulai mual dan tenggorokan mulai panas”. 21 Dari hasil wawancara diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Terapi SEFT efektif dalam penyembuhan masalah rokok.

3. Dampak

Dalam indikator ini penulis akan menjelaskan apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan secara jangka panjang pada penerima layanan klien. Dalam hal ini terapi SEFT telah melakukan suatu perubahan terhadap klien perokok dalam 3 faktor yaitu fisik, psikis, dan sosialnya, setelah 1 bulan dari waktu Terapi. Untuk dampak klien Santi secara fisik klien merasa lebih baik setelah berhenti merokok, klien sudah tidak merasakan sesak ketika bangun tidur. Dari segi psikis klien Santi saat ini sudah merasa lebih tenang jiwanya. Hal ini diungkap melalui wawancara penulis dengan klien Santi: 1 Fisik: “Alhamdulillah sekarang badan berasa enakan, biasanya bangun tidur berasa sesek nafasnya, tapi sampai sekarang udah engga.” 2 Psikis; “Ya secara jiwa saya lebih tenang dalam menghadapi masalah, udah ga ngelampiasin ke rokok lagi, jadi lebih sering cur hat aja, ke pacar, temen deket”. 21 Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014. 3 Sosial: “Kalau dari keluarga, ya soalnya Ibu saya orang nya cuek ya biasa aja, cuma waktu itu dia bilang bagus kalo udah ga ngerokok. kalo Bapak saya udah meninggal. Kalau pacar sendiri ngedukung banget dan seneng saya berhenti ngerokok. Kalau dari temen- temen ya ngehargain saya udah ga ngerokok, ga pernah nawarin lagi kalau lagi nongkrong” 22 Hal ini juga diungkap oleh klien Nani, klien Nani secara psikis merasa jiwanya lebih tenang setelah terapi. Dari segi sosial keluarga klien mendukung klien berhenti merokok. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien N; 1 Fisik; “Rasanya sih enakan gitu, badan seger gitu, udah jarang batuk juga sekarang. Cuma belom di cek lagi paru- parunya.” 2 Psikis; “Kalo sekarang jiwa sama pikiran saya lebih fresh gitu, kalau dulu suka ga tenang, sekarang ngerasa lebih tenang aja.” 3 Sosial; “Ya keluarga seneng banget, pacar juga dukung banget, Cuma kalau temen kadang suka iseng kalo lagi nongkrong masih suka nawarin, tapi berusaha nolak ko dan kita masih temenan kaya biasanya aja ” 23 Berbeda dengan klien Suryana secara fisik ketika bermain futsal. Klien merasa nafas menjadi lebih panjang dibanding 22 Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014 23 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014 sebelum ia maish merokok. hal ini diungkap dari hasil wawancara penulis dengan klien; 1 Fisik; “Perubahan fisik badan lebih seger gitu, pas main futsal juga nafas lebih panjang. Kan kalo dulu kalo lagi main futsal, nafasnya gampang cape gitu, berapa menit main udah cape. ” 2 Psikis “Sekarang saya merasa lebih tenang, baru ngerasa kesehatan itu penting, dulu buang-buang uang buat ngerokok.” 3 Sosial; “Orang tua sih seneng saya berhenti, katanya ga buang- buang duit lagi, ga ngeganggu juga udahan asepnya. Kalau dari temen-temen itu kadang nawarin mulu, tapi karna saya udah niat sih ya gamau, tapi masih temenan dan main futsal juga masih ”. 24 Pernyataan sama juga dijelaskan oleh klien Faisal secara fisik dengan klien Suryana. Namun secara psikis klien Faisal masih belum bisa konsentrasi ketika bekerja, karena kebiasaan klien merokok. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien: 1 Fisik; “Badan berasa seger, futsal juga nafasnya lebih panjang. Udah ga begitu sesek nafasnya kaya dulu, kalo abis bangun tidur.” 2 Psikis; “Secara jiwa saya ya seperti biasa aja si, cuma lebih tenang aja kalo sekarang. Cuma pas kalo kerja agak susah konsentrasi, karena biasa ngeroko itu jadi plong ” 24 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014