Evaluasi Hasil Metode Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Bagi Pecandu Rokok

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

PRAPTI ANGGOROWATI 1110054100050

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ,Jakarta.

Jakarta, 24 Agustus 2014


(5)

i

ABSTRAK

Prapti Anggorowati 1110054100050

Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok.

Rokok merupakan masalah terbesar di Indonesia. Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim tertulis oleh fatwa MUI rokok haram hukumnya, namun belum ada Undang-undang RI tentang pelarangan merokok. Banyak perokok yang ingin berhenti merokok, namun tidak tahu bagaimana cara berhenti dalam jangka panjang. Berhenti merokok adalah hal paling sulit yang dilakukan oleh

orang yang sudah kecanduan rokok. Terapi Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT) hadir untuk menangani problema masalah fisik maupun psikis salah satunya adalah untuk terapi penyembuhan masalah rokok.

SEFT merupakan perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Psikologi yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual yang bersifat universal. SEFT berusaha untuk menyembuhkan pasien dengan teknik penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang luar biasa.

Atas dasar pemaparan diatas penulis bermaksud meneliti dan melakukan evaluasi hasil metode Terapi SEFT bagi pecandu rokok. Penelitian ini

menggunakan purposive sampling, yakni dalam pemilihan informan penulis

memilih 4 klien dengan 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok, 3 terapis yang menangani klien, dan 1 pendiri Terapi SEFT. Penulis melakukan pengamatan ketika terapi berlangsung. Untuk teknik wawancara penulis melakukan wawancara kepada informan yang telah penulis tentukan. Penulis juga mengumpulkan dokumen yang bersifat resmi dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitiannya dapat diketahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok. Tahapan pertama yaitu Set up, tahapan ini klien diminta untuk psrah terhadap penyakit yang diderita. Kedua Tune In yaitu terapis memberikan bayangan nikmatnya rokok, dan terakhir Tapping, yaitu terapis mengetuk bagian titik tubuh klien. Dari evaluasi hasil dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Efisiensi, Efektivitas, dan Dampak. Dalam hal Efisiensi terapi SEFT efisien dalam hal waktu, dari hal Efektifitas Terapi SEFT efektif bagi penyembuhan rokok. Dalam hal dampak penulis membagi kembali 3 bagian yaitu secara fisik, psikis, maupun sosialnya. Dalam hal fisik klien merasa lebih baik setelah tidak merokok. Dalam hal psikis jiwa klien menjadi lebih tenang dan rileks. Dalam kehidupan sosialnya, Orangtua klien senang klien sudah tidak merokok. Dalam lingkungan bermainnya klien tetap diterima dilingkungannya.


(6)

ii

Bismillahirohmanirohim alhamdulillahirobil ‘alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan senantiasa kehadirat Allah SWT pemilik segala daya dan upaya, kekuasaannya serta yang telah juga memberikan rahmat hidayahnya kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada junjungan dan panutan umat manusia Baginda Rasullulah Muhammad SAW yang telah memberikan suri taudalan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Penyertaan sholawat diharapkan semoga dapat memberikan safa’at dikemudian hari. Karena tidak terlepas kuasanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Metode Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok” ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos), pada Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini tidaklah luput dari sumbangsih berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu


(7)

iii penyusunan skripsi.

4. Ibu Siti Napsiyah, MSW sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial,

5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

Sosial.

6. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

7. Bapak Rakiyo dan Ibu Lestari, selaku kedua Orang Tua penulis yang telah

memberikan do’a, semangat, dan kesabaran kepada penulis.

8. Bude dan Pakde, Keluarga penulis yang telah memberikan semangat.

9. Bapak Ahmad Faiz Zainuddin, M.Sc, selaku Pendiri Terapi SEFT.

10.Ibu Rosa Sartika Utami. S.Kom.i, Selaku perwakilan manajemen

PT.ALBI, yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian.

11.Para Terapis SEFT yang telah membantu penulis dalam penelitian.

12.Kakak penulis, Ka Erly, Mas Widi, Imam, Ka Yuni, Mas Erwan yang

penulis hormati.

13.Arifin, orang yang spesial yang selalu mendukung dan menyemangati

penulis.

14.Sahabat dekat penulis Lusi Melani dan Noviyani yang telah setia dalam

membantu penulis dalam suka dan duka.

15.Para My Genggongs Fifi, Ika, Pite, Shabrina, Tina, Eky, Putera, lufiarna.

16.Kawan seperjuangan Tanjung Pasir Jehan, Dysa, Udin, Miftah, Fadly,


(8)

iv

18.Teman-teman Kessos angkatan 2010 yang penulis banggakan. Dan

terakhir,

19.Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang

telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 24 Agustus 2014

Penulis,


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL.. ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ... 9

D. Metodologi Penelitian. ... 10

E. Pedoman Penulisan Skripsi. ... 19

F. Tinjauan Pustaka. ... 19

G. Sistematika Penulisan. ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Evaluasi. ... 22

1. Pengertian Evaluasi. ... 22

2. Model Evaluasi... 23

3. Kriteria Evaluasi... 26


(10)

vi

1. Pengertian Terapi. ... 28

2. Fungsi dan Tujuan. ... 28

C. Rokok. ... 29

1. Pengertian Rokok. ... 29

2. Jenis Tembakau. ... 30

3. Dampak Merokok... 33

BAB III PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 37

B. Visi Dan Misi. ... 38

C. Alamat Perusahaan. ... 39

D. Struktur Organisasi. ... 40

E. Terapi SEFT ... 42

F. Alur Pendaftaran Pasien ... 48

G. Tahapan Terapi SEFT ... 49

H. Tujuan Terapi SEFT ... 53

I. Profil Founder. ... 54

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Tahapan Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok ... 56

B. Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT... 65

1. Efisiensi ... 65

2. Efektivitas ... 66


(11)

vii

B. Saran. ... 76 DAFTAR PUSTAKA. ... 77 LAMPIRAN. ... 82


(12)

viii

1. Tabel 1. Rancangan Informan. ... 15

2. Tabel 2. Struktur Organisasi ... 40

3. Tabel 3. Jumlah Karyawan ... 41


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai macam masalah sosial. Salah satu masalah sosial yang dekat dengan lingkungan adalah masalah rokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana diketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang akan mengganggu kesehatan tubuh kita.

Beberapa jam tidak merokok membuat mereka gelisah dan mulut terasa tidak enak sehingga bingung melakukan sesuatu. Kecanduan rokok sudah menjadi masalah serius yang dihadapi dunia. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan atau disingkat P2PL Kementrian Kesehatan atau disingkat Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India, sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah


(14)

perokok pasif. Persentase perokok di kalangan remaja usia 15-19 tahun

sebesar 38,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan.1

Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah rokok telah terjadi di Negara-negara maju. Dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang disebabkan oleh

rokok akan terjadi di Negara berkembang.2

Rokok dibagi menjadi 2 bagian yaitu perokok aktif dan pasif. Perokok pasif menghirup asap rokok yang tersebar disekelilingnya. Perokok pasif tidak kalah berbahayanya dibandingkan dengan perokok

aktif karena mereka menghirup aliran samping (sidestream) dan aliran

utama (mainstream). Aliran samping adalah asap rokok yang berasal dari

ujung rokok yang terbakar, sedangkan aliran utama adalah asap rokok yang telah dihisap oleh perokok lalu kemudian dihembuskan kembali ke udara. Kandungan asap rokok yang tersebar ke udara sangatlah berbahaya. Menurut penelitian ada 4000 senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada asap tembakau ini. Asap rokok dalam konsentrasi tinggi dapat lebih beracun yaitu memiliki 2 kali konsentrasi nikotin dan tar, 3 kali jumlah zat karsinogenik, 5 kali kadar karbonmonoksida dan 50 kali jumlah amonia lebih banyak. Menghirup asap rokok orang lain atau menjadi perokok pasif

1Ayu Rahmaningtyas, “61,4 juta penduduk Indonesia perokok aktif”, artikel diakses pada

10 Januari 2014 dari http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/31/15/744854/61-4-juta-penduduk-indonesia-perokok-aktif

2

Tjandra Yoga Aditama, Tuberkolosis, Rokok, dan Perempuan, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006), h.31.


(15)

lebih berbahaya tiga kali lipat dibandingkan menghisap rokok sendiri atau perokok aktif. Hal tersebut dikarenakan racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena racun yang dihisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap.3

Saat ini, kecenderungan wanita yang merokok porsinya hampir sama dengan jumlah pria yang merokok. Entah karena stres atau gaya hidup yang tidak benar, perokok wanita setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini berbahaya, karena beberapa penelitian mengungkapkan jika ancaman kesehatan bagi perokok wanita sering lebih besar daripada perokok pria. Salah satunya adalah resiko perokok wanita mengalami kanker paru-paru cenderung 5x lebih besar dibandingkan perokok pria, meskipun kebiasaan merokok mereka berdua sama. Hal ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang dapat memperbesar resiko terkena

kanker paru. Cara pandang pola fikir (mindset) seseorang terutama

perempuan dapat mempengaruhi perasaan yang sedang dialami dan menghasilkan sebuah tindakan. Ketika seorang berada di sebuah dilema dan kegelisahan maka ia akan mencoba sesuatu yang belum ia pernah

lakukan, seperti hal nya merokok. Mindset sendiri memiliki pengertian

sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu

3Tim Dinas Kesehatan, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali Lipat”, artikel diakses pada 12


(16)

serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi

kenyataan yang dapat dipastikan disetiap tempat dan waktu yang sama.4

Penelitian dari berbagai Negara menunjukan bahwa faktor yang mendorong untuk memulai rokok sangat beragam, baik berupa faktor dari dalam sendiri atau personal, sosio-kultural dan pengaruh lingkungannya. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam

iklan-iklan kebiasaan merokok dilambangkan sebagai lambang

kematangan, kedewasaan, popularitas, bahkan lambang kecantikan,

kehidupan yang sexy serta feminisme. 5

Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 100 produsen rokok, walaupun sebagian besar merupakan produsen berskala kecil. Sebaliknya dari sisi kesehatan, tidak ada sisi positif yang bisa didapatkan dari barang satu ini. Sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam bentuk

partikel dan gas yang bersifat beracun. Diantaranya hydrogen sianida,

acetone (penghapus cat), amomia (pembersih lantai), naphthylamine, methanol (bahan bakar roket), butane (bahan pembuat korek api), cadmium (salah satu bahan aki mobil). Dari ribuan kandungan zat pada rokok itu, tiga kandungan yang paling bahaya adalah tar, nikotin, dan

karbon monoksida.6

4

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Bandung: Gita Print, 2009), h.123.

5

Tjandra Yoga Aditama, Rokok dan Kesehatan, (UI-Press, 1997), h.54.

6 Kompas, “S

oal Jumlah Perokok Semakin Meningkat” artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http://www.kompas.com/kompas-read/xml/06145/jumlahperokok/06243.html.


(17)

Gambar 1. Rokok dan Kandungannya

Sumber: Internet Kemenkes. 2012

Dari gambar diatas adalah kandungan yang ada di dalam sebatang rokok. Racun yang paling penting adalah Tar, Nikotin, dan Monoksida

yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti jantung, liver,

kanker, stroke, impotensi, keguguran dan masih banyak lagi penyakit

mematikan lainnya.7

Rokok sendiri adalah bagian dari NAPZA golongan Adiktif, yang bersifat ketergantungan (ketagihan). Peraturan pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan pasal 1 yaitu, Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan

dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada

7

Nusantaraku, “Kandungan Rokok Yang Sangat Mematikan”, artikel diakses pada 10 Januari 2014 dari http://depkes.go.id/site/smokinggokills/kandungan-zat-berbahaya-dalam-rokok/


(18)

penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi

dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.8

Dalam hal penanganan rokok sebenarnya pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk pengendalian tembakau salah satunya yaitu mengeluarkan Peraturan Pemerintah atau disingkat PP No. 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun kemudian

diperlunak menjadi PP No. 19/2003.9

Untuk saat ini undang-undang di Indonesia khusus untuk pelarangan merokok belum ada, tentu cukup sulit untuk melakukan pelarangan terhadap perokok tersebut, namun terdapat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa rokok hukumnya

haram karena banyak mudharat (tidak bermanfaat).10 Hal tersebut

dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 bahwa kerugian

dari merokok itu sendiri.

Q.S Al-Baqarah: 195 yang berbunyi :

                       

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di Jalan Allah, dan janganlah

kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam

8 Tim Depkes, “PP tentang pelarangan merokok” artikel diakses pada 20 Januari 2014

dari http://www.depkes.go.id/downloads/InfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf

9

PP No. 81/1999 tentang pengamanan Rokok Bagi Kesehatan diperlunak menjadi PP 19/2003”,Republika 31 Mei 2013, h.2.

10Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel

diakses pada 12 Februari 2014 dari http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81811www.metrotvnews.com


(19)

kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang baik”. (Qs. Al-Baqarah, ayat 195).11

Dari ayat diatas dijelaskan janganlah kamu melakukan sebab yang

menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat diatas

adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri kedalam kebinasaan karena di dalam tiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut.

Di dalam buku mengenai Penyalahgunaan NAZA Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater menjelaskan bagi mereka yang sudah kecanduan tembakau (rokok) bila pemakaian diberhentikan akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Ketagihan tembakau

2. Mudah tersinggung dan marah

3. Cemas dan gelisah

4. Tidak dapat diam, tidak tenang

5. Nyeri kepala

6. Mengantuk

7. Gangguan pencernaan.12

11

Alquran Al Baqarah ayat 159

12

Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, (Jakarta: FKUI, 2006) h.62-63.


(20)

Berangkat dari itu semua maka perlu dicarikan solusi atau pemecahan masalah bagi pecandu rokok. Cara pemecahan solusi untuk berhenti merokok merupakan hal yang tidak mudah. Dalam keadaan marah energi dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan relaksasi cukup membantu dalam menyeimbangkannya kembali. Relaksasi mampu membawa klien ke dalam kondisi yang tenang dan nyaman, menekan rasa

tegang dengan cara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning &

penghilangan. Hal ini sesuai dengan tata cara yang harus dilakukan dalam

terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yakni: khusu’

(yakin), ikhlas dan pasrah (syukur). Spiritual yang dimaksud di dalam SEFT adalah menambahkan kekuatan do’a yang disertai keihklasan dan kepasrahan untuk memperkuat efek terapi. Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah terapi SEFT. Terapi SEFT adalah tehnik yang menggabungkan antara sistem kerja energi psikology dan spiritual dengan penggabungan 15 teknik psikoterapi yang diyakini dapat membantu menyembuhkan permasalahan fisik dan emosi.

Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik membahas metode

terapi SEFT, yang didirikan oleh Founder Ahmad Faiz Zainuddin, yang

telah melakukan banyak penyembuhan terhadap beragai macam penyakit

termasuk pecandu rokok, dengan judul “Evaluasi Hasil Terapi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok”.


(21)

1. Pembatasan Masalah

Topik dalam penelitian ini adalah “Evalusi Hasil Metode Terapi

SEFT bagi Pecandu Rokok”. Agar pembahasan ini lebih terarah dalam

mencapai sasaran maka penulis memberikan batasan penelitian pada penyembuhan untuk pecandu rokok yang dilakukan dengan terapi SEFT.

Berbicara tentang penyembuhan dengan terapi SEFT, tentulah berpengaruh sangat banyak. Dalam hal ini penulis hanya membatasi tahapan terapi seft bagi pecandu rokok dan evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi pecandu rokok.

Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar lebih terfokus pada masalah yang diteliti, karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian tentang “Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi

Pecandu Rokok”:

1. Bagaimana tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok?

2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari pengobatan terapi SEFT

bagi pecandu rokok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(22)

1. Untuk mengetahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok.

2. Untuk mengetahui evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi

pecandu rokok. 2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat dari berbagai pihak.

a. Manfaat Akademik

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis mengenai pengobatan Terapi SEFT dalam kasus merokok.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan masukan kepada para terapis dalam melayani klien

pecandu rokok.

2. Menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga sosial ataupun non sosial

yang memiliki perhatian terhadap klien perokok yang sulit disembuhkan.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan


(23)

sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan suatu kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bemakna

dilapangan.13

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengutamakan segi kualitas data, teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain

terdiri atas berbagai teknik pengamatan yang mendalam.14 Menurut

Bogdan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang perilaku yang diamati.15

Sedangkan menurut Anselm Strauss penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara

lainnya dari pengukuran.16

13

Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 39.

14

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiolog, (Jakarta; Gak Ekonomi UI, 2000) Edisi ke 2, h. 252.

15

Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30.

16

H.M Djunaidi Ghani, Dasar-Dasar Penilitian Kualitatif. Prosedur. Tehnik dan Teori Ground , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet 1, h 11.


(24)

Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap didapatkannya hasil penelitan yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan,

catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.17

3. Waktu dan Tempat Penelitian a. Tempat Penelitian

Terapi SEFT berada di bawah wewenang PT. Armina Logos Berjaya International (ALBI) yang beralamat di Jl. Salemba Raya No. 5, Gedung Menara Salemba Lt.7, Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan oleh terapis SEFT yang menangani pecandu rokok secara individual.

b. Waktu penelitian

Penulis melakukan pra penelitian pada tanggal 29 Desember 2013

– 31 Januari 2014. Dilanjutkan dengan penelitian di lapangangan pada

tanggal 01 April 2014 – 24 Juni 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

17

Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kalitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 28, h. 11.


(25)

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.18 Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya

selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit.19 Yang

dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh penulis. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan penulis melalui penggunaan panca indera.

Penelitan dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati metode tersebut berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dilakukan oleh pewawancara yag mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu.20

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan pendapat,

persepsi, perasaan, pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang dengan tujuan memperoleh informasi. Penulis melakukan

wawancara langsung dengan beberapa Terapis dan klien yang diterapi.

18

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: ALFABETA, 2005), h.10.

19

Lexy J. Moleong, Metode PenelitianKualitatif, h.174.

20


(26)

c. Dokumentasi

Dokumen menurut Guba dan Lincoln dalam bukunya Lexy J Moleong mendifinisikan dokumen sebagai bahan tertulis ataupun film

yang dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik.21

Dalam dokumentasi ini penulis dapat memperoleh data-data tertulis melalui arsip-arsip, foto-foto kegiatan, catatan serta buku yang memiliki keterkaitan dengan terapi SEFT.

5. Teknik Pemilihan Informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, tehnik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini penulis berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana

penulis mencari informasi.22

Dalam hal pemilihan informan penulis mengambil 4 klien yaitu; 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok yang melakukan pengobatan terapi SEFT. Penulis memilih 4 informan tersebut berdasarkan perbedaan propesi dan penyebab merokok yang berbeda. Hal ini akan menjadi perbandingan penulis dalam menelaah evaluasi hasil program Terapi SEFT dalam penyembuhan kasus merokok. Penulis juga mengambil 3 terapis yang menangani klien untuk triangulasi data. Dan terakhir peneliti

21

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.216.

22

Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), cet.1, h.100.


(27)

mengambil 1 informan yaitu pendiri Terapi SEFT untuk mengetahui penemuan metode Terapi SEFT.

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyek-subyek penelitian diantaranya:

Tabel 1.

Rancangan Informan

No. Informan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan

1. Founder 1 orang Sejarah penemuan metode

terapi SEFT

2. Terapis 3 Orang Pelaksanaan metode terapi

SEFT

3. Klien 4 Orang Pengaruh setelah

melakukan terapi SEFT

Sumber: Data Primer 6. Sumber Data

Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data penulis yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh


(28)

penulis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.23 Jadi data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber, sehingga penulis terlibat langsung. Dalam penelitian ini, data

diperoleh dari founder, terapis, dan klien.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah

dikumpulkan dari bahan bacaan.24 Data ini merupakan data yang

diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya. Dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

7. Teknik Analisis Data

Setelah data lapangan terkumpul, hasil penelitian tersebut diolah dan dianalisis dengan teknik deskriptif analisis secara kompeherensif dan mendalam sesuai dengan data dan informasi dari hasil wawancara kemudian dipadukan dengan catatan lapangan yang dibuat oleh penulis pada saat penelitian berlangsung, kemudian mengkelompokkan data-data yang ada, yaitu dengan menggunakan data yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang evaluasi program metode terapi SEFT dalam kasus merokok. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif.

23

Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h.24.

24

Nasution, Metode Research: Penelitian ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Cet. 12. H.143.


(29)

Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Reduksi data, yaitu dimana penulis mencoba memilih data yang relevan dengan evaluasi program metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.

b. Penyajian data, setelah data mengenai data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.

c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.

8. Keabsahan Data

Di dalam buku penelitian kualitatif Burhan Bugin mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu karena; (1) Subjektifitas penulis merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penulis yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mendukung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dalam observasi patisipatif, (3) sumber data kualitatif

yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.25

25

Burhan Bugin, Penelitian Kuantitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Social Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009)


(30)

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kali ini pendekatannya lebih kepada triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.26

Denzin (1979) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitiatif (Patton 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan metode terapi SEFT yang dilakukan oleh Terapis untuk pecandu rokok perempuan dengan Terapis Laki-laki untuk pecandu rokok laki-laki.

b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pendidikan tinggi, menengah, atau orang pemerintahan. Misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Terapis Zulfahmi Yasir dengan Terapis Hilda Nur Fadilah.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan. Misalkan dalam hal ini penulis membandingkan dengan kumpulan media cetak maupun elektronik

26


(31)

berupa brosur, leflet, buku terapi SEFT dan internet, sehingga akan menghasilkan keabsahan data yang akurat dan disajikan dalam penelitian ini.

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini disusun dan dianalisa berdasarkan beberapa buku dan internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta data-data yang ditemukan dilapangan.

Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, penulis kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripi-skripsi sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka penulis menemukan skripsi yang hampir sama dengan penulis buat, tetapi dari berbagai segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan dibawah sebagai berikut :

Nama : Siti Izzatul Yazidah


(32)

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Program Studi Kesejahteraan Sosial

Judul Skripsi : Terapi Ilahiyah Bagi Korban Napza di

Pondok Pesantren Hikmah Syahadah

Kampung Kadongdong Kabupaten

Tangerang

Dalam skripsi ini Siti Izzatul Yasidah membahas mengenai terapi ilahiyah untuk korban NAPZA di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah, Kadongdong, Tangerang. Disini penulis melihat bahwa metode yang dipakai untuk pengobatan korban NAPZA dengan menggunakan pendeketan yang bersifat religius hampir sama dengan penulis, hanya berbeda pada teknik terapi, sasaran dan tempat penelitiannya.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.


(33)

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis membahas mengenai Definisi Evaluasi, Jenis Jenis Evaluasi, Manfaat Evaluasi, Definisi Terapi, Tujuan dan Manfaat Terapi serta pengertian rokok dan efek merokok.

BAB III : Profil Lembaga

Dalam bab ini penulis membahas mengenai Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Tujuan, Alamat Perusahaan, Struktur Organisasi, Terapi SEFT, Tahapan Terapi SEFT,

Profil Founder.

BAB IV : Temuan dan Analisis.

Dalam bab ini penulis membahas mengenai temuan dan analisis yang akan dijelaskan.

BAB V: PENUTUP


(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai evaluasi hasil metode terapi seft yang menjadi bahasan penting dimana didalamnya meliputi: evaluasi yang dibagi menjadi kedalam beberapa pembahasan: Pengertian Evaluasi, Model evaluasi, Kriteria Evaluasi, serta manfaat dan kegunaan evaluasi. Penulis juga akan menjelaskan mengenai Terapi; yaitu pengertian terapi, fungsi dan tujuan terapi serta penjelasan mengenai rokok.

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan berdasarkan pengertiannya, evaluasi adalah mengkritisi suatu layanan atau program dengan melihat kekurangan atau

kelebihan pada konteks input, proses, ataupun hasil.1

Hal yang sama juga dikatakan Suharsimi Arikunto bahwa, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program atau layanan. Dengan demikian penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara mengukur

hal-hal yang berkaitan dengan terlaksankan program tersebut.2

1

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah,: Dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006) h. 124.

2

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998). Cet. Ke-1, h.8.


(35)

Mengevaluasi berarti “menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajad atau keadaan, seorang pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program pembangunan atau suatu aktivitas serta kebutuhan para pengambil keputusan dari program atau

aktivitas tersebut.3

Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, yaitu evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, penduduk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi, atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi kebutuhan suatu layanan, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,

motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.4

2. Model evaluasi

Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, biasanya dikaitkan dengan jenis-jenis evaluasi yang akan digunakan. Pieterzk, Ramler, Renner, Ford, dan Gilbert (1990:12) mengemukakan tiga tipe evaluasi, yaitu evaluasi input (inputs), evaluasi proses (process), dan evaluasi hasil (outcomes). Pembagian

3

Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), H. 68-69.

4


(36)

ini dilakukan atas dasar kronoligis perjalanan sebuah kegiatan. Ketiga jenis

penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:5

a).Evaluasi Input

Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam

pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (3) variable utama yang terkait

dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Dari ketiga unsur diatas penulis uraikan sebagai berikut:

a. Peserta program (klien), meliputi : usia, jenjang pendidikan, dan latar

belakang keluarga.

b. Pelaksanaan (staf), meliputi : aspek demografi, seperti latar belakang

pendidikan dan pengalaman propesi.

c. Program, meliputi : cara pelaksanaan program, dan sumber-sumber

rujukan yang tersedia.

b). Evaluasi proses

Evaluasi proses menurut Pieterzek, dkk (1990;14 dan 111-116) adalah memfokuskan diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan. (objektif program). Dalam evaluasi ini yang dinilai adalah perjalanan operasi lembaga dan kualitas layanan yang diberikan. Tipe evaluasi ini diawali

5

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001) h.128.


(37)

dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti; kebijakan lembaga, tujuan process (process goals) dan kepuasan klien.

c). Evaluasi Hasil

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang

sudah direncanakan tercapai (overall impact) dari suatu pelayanan terhadap

penerima layanan.6 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada dampak

keseluruhan dari suatu pelayanan terhadap pasien yang menjadi penerima layanan ketika layanan telah selesai. Pertanyaan yang utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah; bila suatu layanan telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu layanan. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu

program. (programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan klien

(client oriented). 7

Pertanyaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini adalah :

1. Apakah tujuan pelayanan klien tercapai pada tingkat yang sesuai dengan

yang diharapkan?

6

Isbandi ,Pengembangan dan Intervensi Komunitas, h.129.

7


(38)

2. Apakah pelayanan menghasilkan perubahan pada penerima layanan? Jenis evaluasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi hasil. Dalam hal evaluasi hasil penulis akan menjelaskan hasil dari metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.

3. Kriteria Evaluasi

Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator yang penulis ambil menurut Feurstin di

dalam buku Isbandi Rukminto Adi8 yaitu:

1. Indikator Efisiensi

Dalam indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan berguna.

2. Indikator Dampak

Indikator ini melihat apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar

memberikan suatu perubahan pada penerima layanan.9

3. Indikator Evektifitas

Dalam indikator ini membahas mengenai hubungan antara hasil output

dengan outcomes.10

8

Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas”, h.130.

9 Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas”, h.130-132

10


(39)

4. Manfaat dan kegunaan Evaluasi

Menurut Feurstin ada sepuluh manfaat dan kegunaan evaluasi yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi antara lain:

a. Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai

b. Mengukur kemajuan, Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek

program

c. Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen yang lebih

baik

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, agar dapat

memeprkuat program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha yang sudah dilakukan secara efektif.

f. Biaya dan manfaat (cost benefit) melihat apakah biaya yang

dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola

kegiatan program secara lebih baik.

h. Berbagai pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam

kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

i. Meningkatkan keefektifkan. Agar dapat memberikan dampak yang


(40)

j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari

masyakarat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.11

B. Terapi

1. Pengertian terapi

Terapi diambil dari kata Yunani yaitu therapia yang berarti

penyembuhan.12 Terapi menurut bahasa Inggris yang asal katanya ialah

therapy yang berarti terapi, pengobatan. Sedangkan menurut bahasa Arab terapi sepadan dengan kata “Syafa- Yasyfi- Syifaan, yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.”13

Psikoterapi berasal dari bahasa yunani yaitu pshyco (jiwa) dan

therapia (penyembuhan). Psikoterapi secara harafiah berarti menyembuhkan pikiran atau jiwa. Secara umum arti psikoterapi dapat diartikan sebagai penyembuhan pikiran melalui metode-meode psikologis yang diterapkan oleh

praktisi yang terlatih dan bersertifikat.14

11

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan,Pengembangan Masyarkat dan Komunitas ,

(Jakarta:FEUI) , h. 127.

12

Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka Belajar , 2011), h.2.

13“Pelayanan Terapi, Rumah Lentera Hati”, artikel diakses pada 25 Maret 2014 dari

http://www.slbn-sragen.sch.id/unit-unit/terapi

14

Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka Belajar , 2011), h.2.


(41)

2. Fungsi dan Tujuan Terapi

Terapi sendiri mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut :

1. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar

2. Mengurangi tekanan emosional

3. Mengembangkan potensi klien

4. Mengubah kebiasaan

5. Memodifikasi struktur kognisi

6. Memperoleh pengetahuan tentang diri

7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan

interpersonal

8. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan

9. Mengubah kondisi fisik

10.Mengubah kesadaran diri.

11.Mengubah lingkungan sosial.15

C. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu

15

Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2003, h.39, artikel dapat di download di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf


(42)

ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut

pada ujung lainnya.16

Rokok merupakan bagian dari NAPZA golongan zat adiktif. Menurut Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 Pasal 1 ayat 1 Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku,kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat

menyebabkan keadaan gejala putus zat.17 Rokok adalah salah satu produk

tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang

dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies

lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan

atau tanpa bahan tambahan.18

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, secara jelas menyatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung

16

Lawrence M.tierney,dkk, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, penerjemah Abdul Gofir, (Jakarta; Salemba Medika, 2002) h. 7.

17“Peraturan Pemerintah RI” No. 109 tahun 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN

YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI KESEHATAN”

fffartikel diakses pada 28 April 2014 dari

http://www.depkes.go.id/downloads/InfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf

18

Lawrence M.tierney, Diagnosis dan terapi kedokteran, (Jakarta: Salemba Medika, 2002) penerjemah Abdul Gofir, h.8.


(43)

zat adiktif ( yang meliputi tembakau & produk yang mengandung tembakau ) harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dalam UU itu juga mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok guna melindungi masyarakat dari

bahaya asap rokok.19

2. Jenis Tembakau

1. Flue-curred tobacco

Flue curred tobacco lebih dikenal sebagia tembakau Virginia yang dikembangkan di North Carolina pada pertengahan abad ke 19. Daun tembakau jenis ini berwarna terang, dan merupakan tembakau yang

dipakai dalam conventional british cigarrret. Juga meupakan

komponen utama dalam American Blend brand. Tembakau jenis ini

mengandung kadar gula tinggi (15-24 %). Daun tembakau ini dikeringkan dalam barak gelap sehingga berkurangnya kelembabpan dapat diatur.Pemanasan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar kayu.

2. Light Air-cured Tobacco

Daun tembakau yang berwarna pirang ini berasal dari Ohio.Tembakau jenis ini mengandung banyak gula (ditambahkan dari luar karena mudah menyerap gula).Tembakau ini dikeringkan dalam barak yang

19“UU RI nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan” artikel diakses pada 28 April 2014 dari


(44)

rindang dengan ventilasi yang baik tanpa bantuan pemanasan dari luar. Tembakau jenis ini banyak digunakan dengan cara dikunyah, sebagai salah satu campuran tembakau yang diiisap dengan pipa, dan dalam American blend cigarret.

3. Marryland Tobacco

Tembakau yang diproduksi di Negara bagian Maryyland dan secara

terbatas di Italia ini termasuk light air-cured tobacco.Tembakau jenis

ini mengandung sedikit nikotin dan mempunyai aroma yang netral, serta dapat dibakar sampai habis dan tidak menyisakan abu.

4. Dark tobacco

Tembakau jenis ini mirip dengan tembakau yang dipakai orang

Indian.Dark Tobacco tergolong air-cured tobacco yang mengalami

fermentasi sehingga kadar gulanya rendah, serta asapnya bersifat alkalis. Tembakau jenis ini banyak digunakan sebagai lapisan luar dan isi cerutu, sebagai tembakau yang dikunyah dan yang dihisap dengan menggunakan pipa, serta dalam rokok Prancis dan Spanyol.Juga banyak digunakan dalam bidi di India dan rokok kretek di Indonesia. 5. Oriental Tobacco

Tembakau oriental ini dibudidayakan di Turki dan Eropa Tenggara pada abad ke 16. Proses pengeringannya adalah dengan sinar matahari, serta dibiarkan mengalami fermentasi selama disimpan. Aroma yang khas berasal dari getah yang dihasilkan oleh trikoma pada permukaan


(45)

daun tembakau jenis ini. Karena aromanya ini, tembakau jenis oriental

tetap dipakai dalam American blend cigarette.

6. Rokok kretek

Rokok kretek atau rokok cengkeh mulai dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20. Cengkeh mengandung eugenol, suatu anestesi lokal, yang dpaat mengurangi perasaan tidak enak di tenggorokan akibat

asap rokok.20

3. Dampak merokok a. Perokok Pasif

Perokok pasif berpotensi terkena berbagai macam penyakit, diantaranya :

 Resiko kanker paru-paru

 Resiko penyakit asma

 Resiko infeksi telinga

Perokok pasif pada ibu hamil berdampak pada janin dapat mengakibatkan :

 Berat badan bayi baru lahir rendah

 Kelahiran bayi premature

 Memperparah asma dan alergi pada bayi

20

Satya Joewana, M.D., Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Penyalahgunaan Napza, (Jakarta; Buku Kedokteran EGC, 2005), edisi ke 2, h.184-186.


(46)

 Syndrom kematian bayi mendadak

Perokok pasif pada anak-anak dapat mengakibatkan :

 Asma

 Infeksi paru-paru

 Peningkatan resiko berkembangnya tuberkolosis jika terpapar

carrier

 Alergi

 kesulitan belajar dan sulit konsentrasi

 Terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena

terganggunya sistem syaraf.

 Peningkatan kerusakan gigi

 Memperbesar peluang penyakit bronchitis

 Memperbesar resiko kematian dan kerusakan organ tubuh

Hanya 30 menit terpapar perokok pasif dapat mempengaruhi bagaimana pembuluh darah mengatur aliran darah, untuk tingkat yang sama dengan yang terlihat pada orang yang merokok. Eksposur jangka panjang untuk perokok pasif dapat menyebabkan perkembangan aterosklerosis

(penyempitan pembuluh darah).21

b. Perokok Aktif

21Tim Dinkes, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali lipat” artikel diakses pada 20 Maret 2014 dari


(47)

Menurut Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, merokok dalam jumlah banyak atau aktif dari segi kesehatan dapat menyebabkan:

1. Kanker Paru-Paru

Dari banyaknya kasus kanker paru-paru diketahui 90 persen disebabkan oleh rokok, hal tersebut karena rokok masuk dengan cara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat yang ada pada asap rokok tersebut bisa merangsang sel dalam paru-patu untuk tumbuh secara tidak normal. Dan diperkirakan bahwa 1 dari 10 perokok sedan dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal karena kanker paru-paru.

2. Kanker Payudara

Merokok tidak hanya menjadi kebiasaan para pria, banyak dari wanita juga yang memang memiliki kebiasaan merokok.Bahaya Merokok bagi wanita sendiri sangat negatif karena bisa mengakibatkan kanker payudara.

3. Penyakit Jantung

Jantung akan bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah karena asap rokok mengandung nikotin. Lalu kandungan karbon moniksida yang ada pada asap rokok pun bisa membuat jantung memompa darah lebih banyak lagi, hasilnya tentu akan terkena serangan jantung. Bahkan sebagian besat akan berdampak pada penyakit jantung koroner dan juga diabetes melitus.


(48)

4. Impotensi

Merokok juga bisa meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%.Hal tersebut bisa terjadi karena rokok bsia merusak pembuluh darah, dan nikotin yang ada pada rokok bisa mempersempit arteri hingga akiran darah terganggu. Jika seseorang sudah mengalami masalah impotensi maka hal tersebut bisa menjadi peringatan dini karena rokok juga bisa

merusak organ lain dalam tubuh.22

Bahaya akibat merokok juga dijelaskan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTC.Untuk wanita yang tengah mengandung, merokok bisa menyebabkan keguguran, berat badan janin berkuran, bayi akan mengalami gangguan pernafasan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi, dan bisa terjangkit penyakit telinga dan masih banyak dampak merokok yang berbahaya lainnya baik bagi kesehatan pria

dan juga wanita.23

22“Menkes Ungkap Dampak Rokok Terhadap Kesehatan dan Ekonomi” artikel diakses pada

27 April 2014 dari http://www.kemkes.go.id/index.php?vw=2&id=NW.201406020002

23

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI “Rokok

Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun” artikel diakses pada 27 April 2014 dari


(49)

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Armina Logos Berjaya International

PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI) didirikan oleh Bpk. H. Umyung Mustika SE, Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin S.Psi. M,sc, Ibu Hj. Ir Darneli Guril, dan dipimpin oleh Bpk. H. Hamid A., SE, CPA. Bpk. H.Umyung Mustika SE adalah Presiden Direktur PT. KANZ Berjaya International (KBI) yang telah terbukti berhasil memberikan dukungan manajemen dan pemasaran pada PT. Arminareka Perdana dan PT. Armina Utama sukses dalam memberikan kemudahan kepada Ummat Islam untuk menunaikan ibadah Haji dan Umrah, melalui KANZ Support System. Awalnya Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin, S. Psi. M.sc adalah Master Trainer dan penulis buku Healing, success, happiness, greatness yang juga penemu Terapi SEFT menggratiskan terapi pada setiap kegiatan, namun yang terjadi banyak sekali permasalahan yang dialami. Akhirnya beliau bersama Bpk. Umyung Mustika SE mendirikan PT. Armina Logos Berjaya Internasional pada tahun 2010, yang dikhususkan untuk program

training SEFT dengan dikeluarkan tarif sesuai perusahaan tetapkan.1

PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI) adalah

perusahaan yang bergerak pada bidang training provider. Training yang

dikelola ALBI mencakup bidang healing, success, happiness, greatness

1


(50)

yang meliputi semua dimensi holistik manusia, yakni: spiritual, emotional, intelectual, social, and physic. Orientasi kedepan ALBI & Co tidak hanya bergerak dalam bidang bisnis namun menjadi motor penggerak bagi gerakan sosial bagi bangsa Indonesia menuju pada kehidupan yang lebih

baik sesuai visi dan misi ALBI.2

B. Visi dan Misi Perusahaan

Visi :

1. Membangun peradaban LOGOS. LOGOS adalah singkatan dari loving God, blessing others and personal excellent. LOGOS adalah visi, mindset, karakter, dan action dari seseorang untuk selalu mengabdikan hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus.

2. Membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan (free on pain and poverty) pada tahun 2020.

Misi :

1. Mewujudkan LOGOS Village. LOGOS Village adalah sebuah project mewujudkan kehidupan manusia yang terintegrasi mulai dari sekolah, perumahan, perkantoran, supermarket, dan semua infrastruktur pendukungnya mulai dari sabang sampai merauke yang dihuni oleh mayoritas orang-orang yang berhati LOGOS.

2


(51)

2. Melahirkan 5 (lima) juta orang berhati LOGOS berkantong

BOSS. Kalimat berhati LOGOS berkantong BOSS adalah jargon kita untuk

membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan pada tahun 2020. Berhati LOGOS artinya adalah hati yang selalu mengabdikan hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus.

Sedangkan berkantong BOSS adalah target minimal penghasilan penduduk

Indonesia Rp. 5.000.000,- per bulan (berdasarkan pada tingkat inflasi

tahun 2012).3

C. Alamat Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI)

Kantor direksi : Gedung Menara Salemba Lt. VII, Jl. Salemba

Raya No. 5 Jakarta Pusat

Telepon : (021) 3984 2428

Faximile : (021) 3984 2427

Email : manajemen@klikalbi.com

Website : www.klikalbi.com4

3

Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014

4


(52)

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Tabel 2. Struktur Perusahaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Annual General Meeting (AGM) Hj. Ir Darneli Guril, Subaebasni, Heru Syam

Dewan Komisaris Board Of Comisioner (BOC

Hj. Ir Darneli Guril

IT System Manager Syamsul Hidayat Bussines Developmen t Manager Event & Training Manager Maria Ulfah Accounting Manager Dahlia Rahma Finance Manager Registration Activation Manager Agni Suryadi P AP System Manager Dewan Direksi

Board of Dorector (BOD) H. Ahmad Faiz Zainuddin S.Psi. M,sc, H. Umyung Mustika SE,

Harmanto

General Manager (GM)


(53)

Jumlah Karyawan dan Deskripsi Pengembangan Kompetensinya

a. Karyawan berdasarkan Golongan/ Jabatan

Realisasi tenaga kerja sampai dengan 31 Desember 2013. Tabel 3.

Jumlah karyawan

No. Uraian Tahun/ Year Description

2012 2013 2014

1. Komisaris 3 3 3

2. Direksi 3 3 3

3. General

Manager

1 1 1

4. Manager 5 7 7

5. Supervisor 15 19 19

6. Staff 58 62 68

7. Kontrak 5 2 4

TOTAL 90 97 97

b. Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Karyawan

Uraian Traning

Tahun/year 2012 Tahun/ Year 2013

Number Of Trainee

Investasi (Rp) Number Of Trainee

Investasi (Rp) Healing &

Succes

30 105.000.000 38 133.000.000

SOP & KPI 4 40.000.000 3 30.000.000

Service Excellent

50 75.000.000 45 67.500.000

5

5


(54)

E. Terapi SEFT

Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan

perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Energy Psikologi yaitu memanfaatkan sistem energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi, dan perilaku yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual. Dalam hal spiritual yang dimaksud adalah SEFT percaya semua kesembuhan berasal dari Tuhan-nya ataas kepercayaan agama

masing-masing dari kekuatan do‟a. Tehnik SEFT ini digagas pertama kali dan

terus menerus dikembangkan oleh seorang putera Indonesia sekaligus didaftarkan sebagai karya intelektual dan karya anak bangsa yaitu H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, M.Sc.

SEFT adalah teknik pemberdayaan diri yang menggabungkan 15 macam teknik terapi (termasuk kekuatan spiritual) yang diproses oleh Ahmad Faiz Zainuddin sehingga menghasilkan sintesa sebuah teknik pemberdayaan diri yang sederhana tetapi efektif untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala berkepanjangan, nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya seperti; emosi, trauma, depresi, kecanduan rokok, phobia, stress, insomnia, malas, bosan, gugup, galau, cemas, tidak percaya diri, maksimalkan potensi dan kekuatan yang ada

dalam diri setiap individu, meningkatkan kinerja untuk mencapai peak

performance, membersihkan emosi negatif untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara cepat,


(55)

Teknik ini dapat dikatakan berhasil, karena SEFT merupakan penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang efektif.

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainudin selaku pendidiri SEFT;

“SEFT ini gabungan dari 15 macam teknik psikoterapi yang ada, mulai dari terapi Gestald, EMDR, NLP, sistematis, pshycoanalisa, logo terapy, sedhona, ercksonian, provocative, suggestion, creative visual, relakasasi meditasi, energy, powerfull, loving kidness sudah 15 saya sebutkan tadi kita coba jadi 1 teknik terapi, walaupun sedikit saya

masukan.”6

Tehnik SEFT menggabungkan 15 macam teknik terapi yang sudah dikenal luas di dunia, berikut penggabungannya:

1. NLP (Neuro Linguistic Programming)

Neouro Linguistic Programming adalah cara kerja terapi yang sistematik. Artinya kita melihat orang sabagai sebuah sistem dalam sebuah sistem. Menurut teorinya NLP ingin menyelidik

tentang bagaimana kompleksnya seseorang.7 Dalam peroses

terapi NLP pada saat kita melakukan „set up’, kita telah

melakukan proses reframing dan anchoring yang biasa

dilakukan di NLP. Pada saat seseorang melakukan tapping, itu

berarti orang tersebut sedang melakukan proses breaking the

pattern.

6

Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014

7

Stephen Palmer, “Konseling dan Psikoterapi” diterjemahkan dari Intoduction To


(56)

2. Systematic desensitization

Pada saat kita melakukan tapping pada orang yang mengidap phobia, trauma, kecemasan, dan berbagai masalah psikologis lainnya maka dalam SEFT kita sekaligus melakukan proses systemic desensitization. Ketika terapi berlangsung kita

membuat yang awalnya klien sangat sensitive dapat tidak

menjadi sensitive kembali.

3. Pshycoanalisa

Terapi psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Feud. Terapi Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan

yang lebih bersifat psikologis daripada dengan cara-cara fisik.8

Ketika kita berusaha menemukan akar masalah (finding the

core issues) dari keluhan fisik, SEFT menggunakan teknik psikoanalisa. Psikoanalisa berasumsi bahwa apapun yang kita rasakan saat ini sebenarnya berasal dari segala hal yang kita alami dimasa lalu.

4. Logotherapy

Dengan keikhlasan, kepasrahan, dan rasa syukur pada saat melakukan SEFT, kita telah memberikan makna spiritual atas penderitaan yang kita rasakan (meaning in suffering). Hal ini menurut Victor E. Frankl (founder logotherapy) membuat kita mampu bertahan dalam kondisi apapun. Kenyataannya dalam

8


(57)

SEFT sikap ikhlas, pasrah, dan rasa syukur tersebut diucapkan ketika terapi berlangsung.

5. EMDR

Pada bagian akhir dari proses SEFTing, kita akan melakukan

beberapa gerakan mata (nine gamut procedure). Kemampuan

kita melakukan kendali atas gerakan mata ini berpengaruh pada kemampuan kita mengendalikan emosi kita. Proses SEFTing selain berfungsi melepaskan hambatan-hambatan emosi, juga melatih kita untuk memiliki kendali penuh atas kondisi emosi kita.

6. Sedona Methode

Dalam Sedona Methode, proses melepaskan segala penyakit

disebut sebagai letting go. Satu kondisi yang akan

mempercepat proses penyembuhan baik luka fisik maupun emosi. Dalam SEFT sikap ikhlas dan pasrah yang dilatih terus menerus akan menghasilkan kemampuan menerima dan

melepaskan segalanya dengan nyaman dan bahagia (let go, let

God).

7. Ericksonian Hypnosis

Dalam proses SEFTing, kita melakukan hypnosis ringan diri

(mild hypnosis) dalam bentuk sugesti diri dan afrimasi dengan menggunakan pilihan kata yang memiliki efek hypnosis (hypnotic word). Proses ini juga digunakan dalam hypnosis aliran Ericksonian.


(58)

8. Provocative Therapy

Terapi provocative juga digunakan dalam proses SEFTing, saat “indidvidu” dipaksa masuk kedalam kondisi yang paling tidak menyenangkan, paling menyakitkan. Pada masa itulah

dilakukan ketukan (tapping), sehingga keluhan pasien menjadi

hilang.

9. Suggestion and affirmation

Dalam proses SEFTing, dan Deep SEFT kita banyak melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri (suggestion and affirmation) kondisi akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan indidvidu tersebut.

10.Creative visualization

Teknik ini menstimulasikan titik-titik akupuntur di tubuh. Teknik ini mengubah kondisi fisik kita (kesehatan,

kesejahteraan, prestasi, dan lain sebagainya) dengan

menugubah kondisi pikiran kita. Proses tapping yang dilakukan pada titik-titik akupuntur di sepanjang jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh.

11.Relaxation and meditation

Dalam perkembangannya meditasi menjadi praktek yang sangat umum untuk dipraktekan. Menjadi salah satu teknik penyembuhan fisik maupun psikis. Metode menghilangkan


(59)

stress sangat popular serta bahan riset yang menarik.hingga saat ini, terdapat lebih dari 500 riset mutakhir yang mempelajari efektivitas meditasi dalam penyembuhan berbagai penyakit (termasuk kanker, jantung, dan penyakit kronis lain), mengatasi berbagai gangguan emosi. Dalam prakteknya SEFT menggunakan teknik simple meditation juga. Satu praktek yang tidak ditemukan dalam EFT versi Original. Saaft kita melakukan SEFT, kita dianjurkan melakukan dalam kondisi meditative (Yakin, Khusu, Ikhlas, pasrah dan syukur). Dengan begitu efek SEFT akan terasa lebih efektif.

12.Gestald therapy

Terapi Gestalt adalah pendekatan eksistensial atau humanistic

pada konseling dan psikoterapi yang telah digunakan selama

lebih dari 50 tahun.9 Dalam proses SEFTing, kita banyak

melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri. Kondisi ini akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan indidvidu tersebut.

13.Energy pshycology

Proses tapping yang dilakukan pada acupoints di sepanjang jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh.

9


(60)

14.Powerfull prayer

Kondisi yang sangat dianjurkan dalam proses tapping adalah indidvidu diminita untuk yakin, khusyu, ikhlas, pasrah, dan bersyukur.

15.Loving-kindness Therapy

Prof. Decher Keltner dari University California Berkley dalam bukunya, Born to be Good, menjelaskan berbagai penelitian ilmiah yang menyimpulkan bahwa cinta kasih dan kebaikan akan menyembuhkan kita dan menyembuhkan orang yang kita kasihi. Saat melakukan SEFTing, energy cinta kasih dan kebaikan hati sang SEFTer akan membantu kesembuhan

kliennya.10

F. Alur Pendaftaran Pasien Terapi

Tabel 4.

Alur Pendaftaran Pasien

10

Ahmad Faiz Zainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 100.

Calon Pasien/

Klien

menghubungi perusahaan/ menghubungi terapis terdekat

Mendaftar Proses

Terapi

Melakukan Evaluasi Terhadap Pasien yang


(61)

G. Tahapan Terapi SEFT a. The Set UP

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk

menetralisir “Psyhcological Reversal” atau “Perlawanan

Psikologis” (biasanya berupa pikiran negative spontan atau keyakinan bawah sadar negative).

Contoh Psychological Reversal ini diantaranya:

 Saya tidak dapat berhenti merokok

 Saya tidak dapat bicara di depan public

 Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang

Dari contoh uraian psychological Reversal diatas, jika keyakinan atau pikiran negative diatas terjadi makan inilah obatnya:

“Ya.. Allah meskipun saya… (keluhan penyakit), saya ikhlas, menerima sakit/ masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya”

Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainudin selaku pendiri terapi SEFT:

“Kata-kata The Set-Up Words maksutnya yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological Reversal keyakinan dan pikiran negatif. Dalam bahasa religiousnya, the Set-Up words adalah doa kepasrahan kita pada Tuhan kita menurut kepercayaan masing-masing sambil mengucapkan Ya.. Allah atau Ya Tuhan meskipun saya… sebutkan keluhan penyakit, saya ikhlas, menerima sakit/


(62)

masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya. The Set-Up itu sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu‟, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita , tepatnya di bagian Sore Spot yaitu daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit atau mengetuk dengan dua ujung jari

di bagian Karate Chop”11

. b. The Tune-in

Tune in adalah keadaan dimana terapis akan memberikan suatu bayangan kepada pasien mengenai penyakit yang sedang ia derita. Klien akan memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin di hilangkan sehingga akan terjadi reaksi negative seperti menangis, marah, sedih.

Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan pendiri Terapi SEFT Bpk. Ahmad Faiz Zainudin:

“Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya pasrah… yaa Allah..” kemudian untuk masalah emosi, kita melakukan Tune-In dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif seperti marah, sedih, takut, hati dan mulut kita mengatakan, “Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya pasrah…” Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3 yaitu tapping. Pada proses inilah Tune-In yang dibarengi

tapping kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik”.12

c. The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik tertentu di tubuh sambil melakukan Tune-In.

11

Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014

12


(63)

titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika di ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang klien rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.

Berikut adalah titik-titik tersebut:

 Cr = Crown, Pada titik dibagian atas kepala

 EB = Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata

 SE = Side of the Eye, Di atas tulang disamping mata

 UE = Under the Eye, 2 cm dibawah kelopak mata

 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung

 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir

 CB = Collar Bone, Di ujung tempat bertemunya tulang dada,

collar bone dan tulang rusuk pertama

 UA = Under the Arm, Di bawah ketiak sejajar dengan putting

susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)

 BN = Bellow Nipple, 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau

di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara

 IH = Inside of Hand, Di bagian dalam tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan

OH = Outside of Hand, Di bagian luar tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan


(64)

IF = Index Finger, Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)

MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

RF = Ring Finger, Jari manis di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian

bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang

kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate

GS = Gamut Spot, Di bagian antara perpanjangan tulang jari

manis dan tulang jari kelingking.

Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainuddin:

“Titiknya itu ada 18 pertama dari atas bagian kepalanya, bagian alisnya, disamping matanya, dibawah kelopak mata, Tepat dibawah hidung, dibawah bagian bibir dan dagu, di antara tulang dada dan rusuk, dibawah ketiak, dibawah dada atau puting, di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian jempol samping luar bawah kuku telapak tangan, kemudian jari telunjuk di samping luar dibawah kuku telapak tangan, jari manis di samping luar bagian bawah kuku, jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku, kemudian samping telapak tangan di kelingking, terakhir diantara jari manis dan kelingking”.13

13


(65)

H. Tujuan Terapi SEFT Tujuan Terapi SEFT yaitu:

1. Untuk mengatasi masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala

berkepanjangan, nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya; emosi : trauma, depresi, kecanduan rokok, phobia, stress, insomia, malas, bosan gugup, galau, cemas, tidak percaya diri dan lainnya).

2. Memaksimalkan potensi dan kekuatan yang ada dalam diri setiap

individu.

3. Meningkatkan kinerja untuk mencapai peak performance,

membersihkan sampah-sampah emosi untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara

cepat, mudah & universal.14

I. Profil Founder

Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.psi, M.sc, pria kelahiran

Surabaya, 12 Januari 1977 adalah pendiri (founder) Terapi Spritiual

Emotional Freedom Technique atau biasa disebut SEFT dan juga penulis buku best seller, “SEFT for Healing, Succes, Happines, and Greatness”. Beliau merupakan lulusan sarjana Psikology Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan study S2 nya di Universitas Tech

14

Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 72


(66)

Malaysia, dan juga melakukan study di Technopreneurship and Inovation

di Nanyang Tech University di Negara Singapore.15

Beliau amat prihatin akan keadaan penyakit yang terjadi di Indonesia. Awal dari itulah kprihatinan beliau ingin mencarikan teknik terapi yang sesuai dan cocok untuk masyarakat Indonesia. Akhirnya beliau memutuskan belajar mengenai berbagai macam terapi selama 6 tahun, dengan menghabiskan milyaran rupiah. Beliau belajar langsung dari pendiri Emotional Freedom Technique, yaitu Garry Craig (USA) mengenai terapi psikologis. Kemudian beliau juga belajar dengan pendiri Bodymind Integration yaitu John Hartung di Amerika. Kemudian dengan Steve Wells dari Australia, serta ketua Asosiasi Energy Pshycology wilayah Asia-pasifik, Joseph Guan (Singapore), Pakar Psycho Energetic Aura Technology (PEAT), dan Carol Saito (Italy).

Setelah sekian tahun mempelajari berbagai macam teknik terapi, beliau menggabungkan semua macam teknik terapi.

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainuddin:

“yaa walaupun sedikit teknik dari segalam macam terapi,

tapi semuanya ada di SEFT ini”16 .

Beliau merasa semua macam tekniknya itu benar namun permasalahn akan selalu terus ada jika tidak ada tambahan nilai spriritual

dari masing masing klien. Akhirnya beliau dirikanlah Spritual Emotional

15

Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 229.

16


(67)

Freedom Technique. Dimana selain penyakit psikologis yang di derita klien, klien juga harus yakin dengan adanya keyakinan agama masing-masing, dengan rasa khusyu, pasrah, ikhlas agar dapat mencintai Tuhannya.

Beliau mendapatkan 2 penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas terapi inovatifnya dalam mengatasi kecanduan rokok untuk 1400 pelajar dan kecanduan Narkoba untuk 500 Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Tahun 2008 mendapatkan penghargaan sebagai alumni berprestasi dari Universitas Airlangga.

Mengikuti berbagai short course dalam bidang “HR Emprowment

& Innovation di Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Australia, China, India, USA (Silicon Valley, Stanfor University, University Of California Berkley, University Of Washington, UCLA) dan Kanada di

University Of Britsih Columbia.17

17

Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 229.


(1)

80

Tim Depkes, “PP tentang pelarangan merokok” artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.depkes.go.id

Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel diakses pada 12 Februari 2014 dari http://kemenag.go.id

“Pelayanan Terapi, Rumah Lentera Hati”, artikel diakses pada 25 Maret 2014 dari http://www.slbn-sragen.sch.id/unit-unit/terapi

Peraturan Pemerintah RI” No. 109 tahun 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT

ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI

KESEHATAN” artikel diakses pada 28 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads

Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta,

2003, h.39, artikel dapat di download di

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf

UU RI nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan” artikel diakses pada 28 April 2014 dari

http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Ke sehatan.pdf

Tim Dinkes, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali lipat” artikel diakses pada 20 Maret 2014 dari http://dinkes.pamekasankab.go.id/index.php Menkes Ungkap Dampak Rokok Terhadap Kesehatan dan Ekonomi”

artikel diakses pada 27 April 2014 dari


(2)

81

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI “Rokok Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun” artikel diakses pada 27 April 2014 dari http://www.depkes.go.id

DOKUMENTASI

Observasi Pribadi Klien Nani tanggal 30 April 2014. Observasi Pribadi Klien Suryana tanggal 5 Mei 2014 Observasi Pribadi Klien Faisal 5 Mei 2014.

Brosur Terbaru ALBI Januari 2014. Dokumen Pribadi terbaru perusahaan.

WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Hana, Ciputat Tangerang, 17 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 17 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Hilda, Bekasi, 23 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014.


(3)

LAMPIRAN

Foto-foto;


(4)

(5)

(6)