B. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbulnya Daging sapi glonggongan Di Pasar Tradisonal
1. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Daging sehat
Pengetahuan masyarakat tentang daging yang sehat dan berkualitas dan aman untuk dikonsumsi masih sangat rendah. Umumnya masyarakat tidak tahu
dan sebagian lagi tidak mau tahu apakah daging yang dibelinya berasal dari matarantai proses penyediaan daging yang menjamin keamanannya. Banyak dari
mereka berfikir hanya mendapatkan daging yang murah tanpa berfikir apakah daging yang dibelinya aman.
Hal ini dapat didukung dari adanya pengakuan konsumen yang kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang menggungkapkan
bahwasanya mereka lebih memilih daging yang lebih murah tanpa mempedulikan kwalitasnya dimana menurut mereka, mereka sulit untuk membedakan mana
daging yang sehat dan mana daging yang tidak sehat ditambah lagi dikarenakan faktor ekonomi yang membuat masyarakat sendiri tidak mau tau akan cirri-ciri
ataupun bahaya yang timbul apabila mengonsumsi daging sapi glonggongan seBab daging sapi glonggongan jauh lebih murah ketimbang daging sapi
biasanya.
41
Walaupun demikian, masih ada beberapa konsumen yang peduli akan bahaya jika mengkonsumsi daging sapi glonggongan. Hal ini terbukti dengan
merosotnya omset penjualan daging sebelum beredarnya daging sapi glonggongan
41
Wawancara dengan beberap konsumen, Minggu,7 februari 2010,jam 10.00 Wib, di Pasar Tradisional
Universitas Sumatera Utara
di pasar tradisional. Hal ini diseBabkan merebaknya isu tentang penjualan daging sapi glonggongan yang berasal dari daerah Boyolali yang membuat sebagian
masyarakat tidak mau mengambil resiko dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cirri-ciri daging glonggongan tersebut.
42
2. Tindakan curangKriminal Bermotif Ekonomi
Terkait dengan hal ini, pendidikan kepada masyarakat merupakan kunci mengubah perilaku seluruh proses produksi daging. Meningkatnya kesadaran dan
tuntutan masyarakat akan produk dagiing yang sehat dan aman akan memaksa pelaku usaha penyedia daging untuk berperilaku produksi sesuai tuntutan itu.
Pengetahuan masyarakat harus diarahkan pada kondisi yang ideal dalam pemenuhan pangan yang berkualitas. Arahan itu dapat didasarkan pada standar
mutu yang telah ditetapkan secara nasional atau bahkan internasional. Dalam rangka melakukan pendidikan dan pemberdayaan konsumen
diperlukan dukungan berbagai pihak seperti pemerintah melalui instansi teknis terkait, lembaga konsumen, organisasi-organisasi masyarakat, lembaga-lembaga
non pemerintah, dan lembaga instansi lain.
Banyak orang beranggapan bahwa hukum dan ekonomi merupakan dua kutub yang bertolak belakang. Ekonomi dinilai memiliki karakteristik gerak yang
cepat dan fleksibel, sementara hukum justru dianggap lambat dan kaku. Pada umumnya ada anggapan bahwa, hukum lebih banyak menjadi faktor penghambat
42
Wawancara dengan beberapa pedagang, Minggu,7 februari 2010,jam 09.10 Wib, di Pasar Tradisional
Universitas Sumatera Utara
perkembangan ekonomi dari pada sebagai faktor yang dapat melandasi ekonomi.
43
Dibidang pendidikanpengajaran di perguruan tinggi pun anggapan itu relatif sama. Mahasiswa fakultas hukum relatif kurang faham mengapa mereka
diajarkan ekonomi dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, ekonomi Pembangunan atau Manajemen. Sebaliknya mahasiswa fakultas ekonomi pun
demikian, mereka kurang mengerti mengapa mereka diajarkan mata kuliah hukum ekonomi atau hukum dagang.
44
Pandangan diatas tidak tepat karena secara teoritis, ekonomi adalah cara manusia memenuhi kebutuhan. Apabila hukum dipahami sebagai gejala sosial,
dapat pula diterima anggapan bahwa hukum sebagai kebutuhan masyarakat. Objek pengaturan hukum adalah masyarakat dan tingkah lakunya untuk
memenuhi kebutuhan. Dalam segi kehidupannya, setiap anggota kelompok masyarakat menghendaki supaya segalanya berjalan tertib dan teratur. Setiap
orang menghendaki supaya segalanya berjalan tertib dan teratur. Setiap orang menghendaki adanya jaminan agar kepentingannya diperhatikan orang lain,
sehingga mereka membuat aturan-aturan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang sama berlaku dalam kelompok hidup masyarakat yang lebih luas seperti
bernegara.
45
Jika dilihat dari Dalam konteks sederhana, setiap orang danatau kelompok orang mempunyai cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu cara
yang digunakan ialah dengan mengadakan interaksi dengan orang lain didalam
43
Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1990, hal.ix
44
Janus Sidabalok, Penghantar Hukum Ekonomi, Medan; Bina Media, 2000, hal 29
45
Ibid, hal 30
Universitas Sumatera Utara
kelompoknya. Apabila kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh kelompoknya sendiri, dilakukan interaksi ke kelompok lain, sehingga terjadi interaksi yang lebih
luas. Demikian seterusnya sehingga timbul interaksi antar orang-orang yang melampaui batas-batas teritorial tertentu.
Ketika usaha memenuhi kebutuhan, selalu diinginkan segalanya berjalan dengan baik dan tertib. Namun demikian, harus disadari bahwa setiap orang
mempunyai kebutuhan yang dapat berbenturan dengan anggota masyarakat lain. Untuk menghindarinya, mereka membuat aturan-aturan bersama. Aturan itu
menjadi pedoman tingkah laku, yang harus ditaati supaya benturan kepentingan tidak terjadi. Apabila benturan pun terjadi atau tidak dapat dihindarkan, aturan itu
menyediakan cara penyelesaiannya. Aturan-aturan tersebut berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan bersama.
46
46
Janus Sidabalok, Loc.cit, hal 30
Memenuhi kebutuhan sebagai tindakan ekonomi tidak terlepas dari sejumlah aturan yang disepakati bersama. Aturan itu adalah alat penjamin
berlangsungnya interaksi secara baik dan tertib. Dalam tindakan pemenuhan kebutuhan yang paling sederhana seperti jual-beli, ada aturan-aturan hukum yang
harus ditaati. Kepada para pihak, yaitu penjual dan pembeli dibebankan sejumlah hak dan kewajiban, sehingga pelaksanaan jual-beli berjalan dengan baik. Dengan
kata lain, peristiwa jual-beli, bukan semata-mata peristiwa ekonomi saja, tetapi merupakan peristiwa hukum. Karena itu, ada norma hukum yang harus dipatuhi
didalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cabang ilmu Ekonomi Pembangunan, yang pada dasarnya mempersoalkan cara pelaksanaan pembangunan, sehingga masyarakat
memperoleh hidup lebih baik melalui pemenuhan kebutuhannya. Cara demikian dapat berjalan dengan baik, apabila ada aturan yang disepakati bersama. Ada
norma-norma yang harus ditaati supaya tujuan tercapai dengan baik. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan bersama diperlukan hukum sebagai pedoman
dan jaminan. Gambaran di atas menunjukkan bahwa hukum dan ekonomi mempunyai
kaitan yang erat. Hukum atau peraturan menjamin terpenuhinya kebutuhan anggota masyrakat dan berlangsungnya interaksi dengan baik. Karena itu,
mempertentangkan hukum dengan ekonomi tidaklah tepat. Interaksi antara pembangunan hukum dengan pembangunan ekonomi sangat penting. idealnya
interaksi tersebut saling menunjang.
47
Adapun faktor pendorong dari timbulnya tindakan curangkriminal yang bermotif ekonomi ini semata-mata didorong karena keinginan mendapatkan
Hukum tidak selalu memberi jaminan seperti yang diharapkan, seBab hukum ternyata juga dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan ketidakadilan.
Misalnya tindakan curangkriminal yang bermotif ekonomi yang belakangan ini sering kita jumpai dipasar-pasar tradisional yaitu banyaknya para pedagang yang
menjual daging-daging yang tidak layak dikonsumsi, seperti daging glonggonan yang dapat merugikan dan mebahayakan kesehatan masyarakat yang
mengkonsumsinya.
47
Sumantoro, 1986, Hukum Ekonomi, Jakarta : UI-Press, 1986, Hal.14.
Universitas Sumatera Utara
untung banyak sehingga mampu melakukan tindakan yang secara kemanusiaan dan ilmu kesehatan tidak etis seperti meng”glonggong” sapi memberi minum
sampai sapi hampir pingsanpingsan sebelum disembelih. Cara demikian mereka lakukan untuk meningkatkan berat daging dan biasanya dijual dengan harga yang
lebih murah dari daging sehat.Hal ini jelas sangat meresahkan konsumen khususnya umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia.
Selain faktor-faktor diatas ada pula faktor lain sebagai pendorong timbulnya tindakan curangkriminal yang bermotif ekonomi yaitu dikarenakan
banyaknya masyarakat Indonesia yang dilanda kemiskinan membuat lebih memilih daging yang lebih murah dengan kwalitas yang lebih rendah ketimbang
daging yang lebih mahal dengan kwalitas yang lebih tinggi. Keadaan seperti inilah yang sering dimanfaatkan oleh para jagal untuk mendapatkan untung banyak
dengan cara yang tidak baik serta dapat merugikan dan membahayakan masyarakat yang mengkonsumsi daging tersebut.
3. Perubahan Tata Pemerintahan dan Lemahnya Perangkat dan Penegakkan Hukum