Perlindungan Konsumen Terhadap Penjualan Daging sapi glonggongan

BAB III FAKTOR DAN DAMPAK DARI PENJUALAN DAGING SAPI

GLONGGONGAN TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Perlindungan Konsumen Terhadap Penjualan Daging sapi glonggongan

Dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen Disebutkan bahwa peranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, seBab perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat, serta lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barangatau jasa yang berkualitas. Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah kenegaraan Republik Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi negara Undang-undang Dasar 1945. 32 Perlindungan konsumen merupakan suatu hal yang “cukup baru” dalam dunia peraturan perundang-undangan di Indonesia, meskipun “dengungan” mengenai perlunya peraturan perundang-undangan yang komprehensif bagi konsumen tersebut sudah digaungkan sejak lama. Praktek monopoli dan tidak adanya perlindungan konsumen telah meletakkan “posisi” konsumen dalam tingkat yang terendah dalam menghadapi para pelaku usaha dalam arti seluas- 32 Gunawan Widjaja Ahmadyani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001, hal.17 Universitas Sumatera Utara luasnya. Tidak adanya alternatif yang dapat diambil oleh konsumen telah menjadi suatu “rahasia umum” dalam dunia atau industri usaha di Indonesia. Ketidak berdayaan konsumen dalam menghadapi pelaku usaha ini jelas sangat merugikan kepentingan masyarakat. Pada umumnya para pelaku usaha berlindung dibalik Standard Contract atau Perjanjian Baku yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak antara pelaku usaha dan konsumen. Ataupun melalui berbagai informasi “semu” yang diberkan oleh pelaku usaha konsumen. Sistem peradilan yang dinilai “rumit”, “cenderung bertele-tele” dan “relatif mahal” turut “mengaburkan” hak-hak konsumen dan kewajiban-kewajiban pelaku usaha, sehingga adakalanya masyarakat sendiri tidak mengetahui dengan jelas apa yang menjadi hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dari atau terhadap pelaku usaha dengan siapa konsumen tersebut telah “berhubungan hukum”. 33 Merebaknya kasus penjualan daging sapi glonggongan belakangan ini membuktikan ketidakberdayaan konsumen dalam menghadapi pelaku usaha yang berbuat curang pada hal pada tanggal 20 April 2009 Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan dan mengundangkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang tentang Perlindungan konsumen ini diharapkan dapat mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari akan segala hak-hak dan kewajiban-kewajibannya yang dimiliki terhadap pelaku usaha seperti dapat kita baca dari konsiderans Undang- undang ini dimana dikatakan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat 33 Ibid, hal 1 Universitas Sumatera Utara konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. 34 1. Asas Manfaat Selain itu dibutuhkan tindak lanjut yang tegas dari oknum-oknum yang berwenang dimana hal ini merupakan peranan yang penting dalam perlindungan konsumen terhadap penjualan daging sapi glonggongan dikarenakan selain memberikan efek jerah terhadap pelaku usaha yang berbuat curang dapat juga memberikan kenyamanan bagi konsumen untuk mengkonsumsi daging-daging yang berasal dari hewan ternak. Adapun upaya perlindungan konsumen di Tanah Air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan yang telah diyakini bisa memberikan arahan dalam implementasinya di tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar kuat. Berdasarkan Undang-undang Perlindungan Konsumen Pasal 2, ada lima asas perlindungan konsumen. Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2. Asas Keadilan Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3. Asas Keseimbangan Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material atau spiritual. 34 Ibid, hal 2 Universitas Sumatera Utara 4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barangjasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas Kepastian Hukum Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. 35 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. Undang-undang Perlindungan Konsumen Pasal 3, menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen sebagai berikut. 2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barangjasa. 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatan informasi. 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertangungjawab dalam berusaha. 6. Meningkatkan kualitas barangjasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barangjasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. 36 Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Ada beberapa pakar menyebutkan bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan cabang dari hukum ekonomi. Alsannya, permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barangjasa. 35 Happy Susanto, Op.Cit, hal.17 36 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pasal 3 Universitas Sumatera Utara Ada pula yang mengatakan bahwa hukum konsumen digolongkan dalam hukum bisnis atau hukum dagang karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan barangjasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi perdagangan. Serta, ada pula yang menggolongkan hukum konsumen dalam hukum perdata, karena hubungan antara konsumen dan produsenpelaku usaha dalam aspek pemenuhan barangjasa yang merupakan hubungan hukum perdata. 37 Sebagaimana telah telah diketahui bahwa peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat telah menyepakati rancanga Undang-undang tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. Rancangan Undang-undang ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 April 1999. 38 Dengan diundangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang ada di Tanah Air. 39 Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan perlinduhngan konsumen. Disamping Undang-undang Perlindungan 37 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen : Perlindungan Konsumen dan Tanggungjwab Produk, Jakarta : Pantai Rei, 2005, hal 19. 38 Ibid, hal 20 39 Happy Susanto, Loc.cit, hal 20 Universitas Sumatera Utara Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001. Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Senketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar. 5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 301MPPKEP102001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan Penyelesaian Senketa Konsumen 6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 302MPPKEP102001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 605MPPKEP82002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Senketa Konsumen pada pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan kota Medan. 8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdangangan RI Nomor 480MPPKep62002 Tanggal 13 Juni 2002 tantang Perubahan Atas keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 302MPPKEP102001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdangangan RI Nomor 418MPPKep62002 Taggal 30 April 2002 tentang Pembentukan Tim penyeleksi Calon Anggota Badan Perlindungan Konsumen. 10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor;302MPPKEP102001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 40 40 Happy Susanto, Op.Cit, hal 21 Universitas Sumatera Utara

B. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbulnya Daging sapi glonggongan Di Pasar Tradisonal