Sanksi Administratif UPAYA PENANGGULANGAN PENJUALAN DAGING SAPI

gugatan diajukan berdasarkan atas pelanggaran pelaku usaha terhadap ketentuan- ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365 tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Pasal 1234 tentang lingkar janji, maka pembuktian harus dilakukan oleh konsumen sebgai pengugat hal ini akan memberatkan konsumen. 91

A. Sanksi Administratif

Adapun aturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan dapat ditemukan dalam Bab XIII tentang Perlindungan Konsumen, yang dimulai dari Pasal 60 sampai dengan Pasal 63. Sanksi-sanksi yang dapat dikenakan terdiri dari :

B. Sanksi Pidana Pokok

C. Sanksi Pidana Tambahan

A. Sanksi Administratif

Pasal 60 Undang-undang Perlindungan Konsumen : 1 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan ayat 3, Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26 2 Sanksi administrasi berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah 3 Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan. 92 Sanksi administratif dijatuhkan terhadap para pelaku usaha yang melakukan pelanggara terhadapdalam rangka : 91 Abdul Halim Barkatullah, Loc.cit, hal 118 92 Undang-undang Perlindungan Konsumen, pasal 60 Universitas Sumatera Utara 1. Tidak dilaksanakannya pemberian ganti rugi oleh pelaku usaha kepada konsumen, dalam bentuk pengembalian uang atau pengganti barang danatau jasa yang sejenis, maupun perawatan kesehatan atau pemberian santunan atas kerugian yang diderita oleh konsumen 2. Terjadinya kerugian sebagai akibat kegiatan produksi iklan yang dilakukan oleh pelaku usaha periklanan. 3. Pelaku usaha yang tidak dapat menyediakan fasilitas jaminan purna jual, baik dalam bentuk suku cadangan maupun pemeliharaannya, serta pemberian jaminan atau garansi yang telah ditetapkan sebelumnya, baik berlaku terhadap pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan atau jasa. 93 Pengaturan kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk menjatuhkan sanksi administratif sesungguhnya bermasalah. Selama ini pemahaman terhadap sanksi administratif tertuju pada sanksi yang berupa pencabutan izin usaha atau sejenisnya. Melalui pemahaman seperti ini, praktik dilingkungan peradilan umum dalam hal menemukan pelanggaran yang memerlukan dijatuhkannya sanksi admistratif kepada pelaku, maka dalam putusannya memerintahkan instansi penerbit izin usaha untuk melakukan pencabut izin usaha pihak pelaku yang bersangkutan. 94 Pemahaman yang telah terbiasa dalam masyarakat berbeda dengan ketentuan Pasal 60 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Hal ini diseBabkan karena di satu sisi dinyatakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK 93 Abdul Halim Barkatullah, Op.cit, hal 101 94 Ahmad Miru Sutarmanyodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. hal. 273 Universitas Sumatera Utara berwenang menjatuhkan sanksi administratif, sementara di sisi penggunaan istilah sanksi administratif, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK tidak memiliki wewenang untuk itu oleh karena ia bukan merupakan instansi penerbit izin regulatory agency, sehingga hak atau kewajiban menjatuhkan sanksi administratif oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK secara hukum tidak berdasar. Akan tetapi dari sisi substansi pada dasarnya adalah sanksi perdata, sehingga mengenai hal ini dapat dipastikan bahwa tidak ada pihak yang menyangsikan kewenangan tersebut. 95 Sanksi yang dimaksud bukan sanksi administratif tetapi sanksi perdata, hal ini ditunjukkan oleh angka Rp 200.000.000,00. dua ratus juta rupiah yang ditentukan di dalam Pasal tersebut, melainkan juga oleh adanya penunjukan Pasal 19 ayat 2 dan ayat 3, Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26. Pasal-Pasal tersebut adalah Pasal yang menuntut tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen yang dirugikan akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan Pasal 19 ayat 1, 2, dan 3, tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat iklan yang menyesatkan Pasal 20, tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat tidak menyediakan suku cadang atau fasilitas perbaikan pada pihak konsumen Pasal 25, dan tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat pelaku usaha tidak memenuhi jaminan danatau garansi yang disepakati danatau dijanjikan Pasal 26 Undang-undang Perlindungan Konsumen. 96 95 Ibidi, hal 102 96 Ibid, hal.274 Universitas Sumatera Utara

B. Sanksi Pidana Pokok