kemudian dirobohkan sedangkan sapi-sapi yang diglonggongan dapat mengalami stress dan mengeluarkan hormon adrenalin. Daging yang sehat akan
menyelamatkan generasi bangsa. Telitilah sebelum memebeli daging, karena dengan kewaspadaan pembeli, maka akan mengurangi peredaran daging sapi
glonggongan.
4. Sistem Beredarnya Daging Sapi Glonggongan
Adapun Yang dimaksud dengan pemotongan sapi adalah alur proses untuk memproduksi daging sapi yang aman, sehat, umum dan halal. Dalam prosedur
standar oprasional pemotongan sapi Kondisi aman dan sehat dapat dilakukan dengan cara selalu memeriksa kesehatan sapi pada awal proses pemotongan ante
mortem dan pada akhir pemotongan post mortem. Pemeriksaaan sapi hidup sebelum dipotong difokuskan pada penyakit-penyakit menular. Sedangkan
pemeriksaan kesehatan daging sapi diarahkan pada infestatsi parasit dan kelainan patologis yang membahayakan kesehatan atau yang menyeBabkan daging sapi
tidak layak lagi dikonsumsi Sedangkan halal, merupakan persyaratan penting yang dilakukan dengan
cara memotong sapi dengan disertai doa dan prosedur yang sesuai dengan ketentuan agama Islam serta disembelih oleh seorang muslim. Untuk menunjang
maksud tersebut, proses pemotongan hewan besar seperti sapi dan kerbau harus dilakukan melalui prosedur dan tahap-tahap proses baku standar. Standar dan
prosedur operasi S.O.P pemotongan sapi yang telah ditetapkan pemerintah adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mewajibkan hewan besar seperti sapi dan kerabau dipotong di Rumah
Potong Hewan RPH b.
Pemeriksaan sebelum proses penyembelihan ante mortem oleh petugas yang berkepentingan
c. Sapi dimasukkan ke ruang pemotongan yang telah memenuhi persyaratan
higienis dan sanitasi d.
Sesuai standar halal, sapi direbahkan mengarah kiblat e.
Sapi dibersihkan dari segala kotoran yang melekat di badannya f.
Dilakukan proses pemotongan g.
Didiamkan beberapa saat hingga darah betul-betul tirishabis, kemudian daging dimatangkan aging dengan cara menyimpannya pada suhu kamar
selama 5-7 hari. Hal ini dilakukan karena setelah proses pemotongan karkas dagingnya akan mengalami rigor mortis, yaitu pengerasan dan
pengkakukan daging akibat terjadinya kekejangan kontraksi urat daging. Daging demikian jika dimasak akan menghasilkan hidangan daging yang
keras dimakan. Penyimpanan karkas, disamping untuk pematangan daging juga bertujuan untuk persediaan bahan mentah stock dan untuk
menunggu angkutan atau pemasaran.
h. Proses pemisahan kepala dari badan
i. Proses pengulitan
j. Pemeriksaan kesehatan daging
k. Pemisahan daging, organ dalam, jeroan di ruang yang sudah ditentukan
l. Pemeriksaan post mortem oleh petugas keur master, jika produk daging
dinyatakan sehat dengan stempel khusus, boleh dipasarkan dan didistribusikan
12
Akan tetapi bila dilihat dari prosedur standar operasional pemotongan sapi di atas tentunya sapi glonggongan jauh dari kualitas daging sapi yang aman, sehat,
umum dan halal. Hal ini dikarenakan, daging sapi glonggongan itu sendiri merujuk pada daging dari sapi yang diberi gelontoran dalam bahasa Jawa,
glonggongan berarti gelontoran air sampai over dosis. Jadi sapi sebelum disembelih, diberi air secara paksa. Caranya, moncong sapi diberi corong bambu
atau selang dan diikat kuat. Biar air masuk penuh, kaki sapi di angkat lebih tinggi dari kaki belakang. Proses ini menghasilkan sapi bertambah tambun. Setelah
12
http:duniasapi.comprosedur-standar-operasional-pemotongan-sapi, prosedur standar operasional pemotongan sapi, hal 1-2
Universitas Sumatera Utara
dicekokin air, sapi didiamkan selama 6 jam lalu dipotong. Tiap kilogram daging akan meningkat beratnya sampai 3 ons dari berat normalnya.
Kemudian daging dilempar ke pasar dengan harga dibawah harga normal. Padahal kalau dihitung secara cermat, konsumen yang beli daging sapi
glonggongan amat dirugikan. Karena daging yang telah dibeli setelah dimasak akan menyusut sebanyak 50 persen. Artinya separuhnya lagi, konsumen seperti
beli air. Soal gizinya juga dipastikan berkurang banyak. Daging sapi glonggongan bergizi rendah karena protein, lemak, vitamin dan mineral turun hingga 23,3
persen. Selain itu kualitas daging turun kelas, pucat, cepat busuk dan lembek. Karena itu para pedagang nakal, tak akan berani menggantung daging sapi
glonggongan jualannya. Pasti akan ditaruh di wadah seperti baskom. Biasanya mereka berkilah, daging ini berasal dari jenis sapi anu yang kualitas harganya
lebih murah misalnya dari sapi unggulan itu. Pokoknya banyak ragam kilah tipu- tipu mereka, biar pembeli terpikat.
13
1. Spesifikasi Penelitian
F..Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini :
Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum soiologis. Adapun penelitian hukum yang digunakan dalam
skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yuridis-normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang
13
http:acenlemon.wordpress.com20090909daging-sapi-glonggongan-marak-pada-saat- lebaran, daging sapi glonggongan marak pada saat lebaran, hal 3
Universitas Sumatera Utara
merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian hukum kepustakaan.
14
a. Penelitian inventarisasi hukum positif
Penelitian hukum normatif dapat dibedakan dalam :
b. Penelitian terhadap asas-asas hukum
c. Penelitian yng menemukan hukum inconcreto
d. Penelitian sistemik hukum
e. Penelitian taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal
15
Jika dilihat dari 5 macam penelitian hukum normatif di atas maka penelitian hukum yang digunakan termasuk kedalam penelitian untuk menemukan hukum
inconcreto yaitu merupakan usaha untuk menemukan apakah hukumnya yang sesuai untuk diterapkan inconcreto guna menyelesaikan suatu perkara tertentu
dan dimanakah bunyi peraturan hukum itu dapat diketemukan.
16
2. Jenis Data Dan Sumber Data
Oleh karena itu realisasinya didului oleh penelitian lapangan yang dilakukan dan ditunjukkan
kepada efektivitas hukum terhadap penjualan daging sapi glonggongan.
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yang didukung data primer. Data sekunder diperoleh dari :
a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa undang- undang, peraturan pemerintah dan sebagainya.
14
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Juri Metri, Jakarta; Ghalia,
hal 9
15
Ibid, hal12
16
Ibid, hal 22
Universitas Sumatera Utara
b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi
atau hasil kajian tentang tindak pidana perpajakan, majalah-majalah, karya ilmiah dan beberapa sumber ilmiah serta sumber internet yang berkaitan
dengan permasalahan dalam skripsi ini. c.
Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain. Data primer diperoleh dari wawancara dengan Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan, konsumen serta penjual daging sapi glonggongan di pasar tradisional.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Library Penelitian Kepustakaan yakni penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Data sekunder yang digunakan bersumber dari bahan hukum
primer, sekunder dan tersier yaitu seperti buku, artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, serta peraturan perundang-
undangan serta ensiklopedia. b.
Metode Field Research Penelitian Lapangan yaitu suatu pengumplan data dengan cara terjun kelapangan guna memperoleh data-data yang
diperlukan dan data-data yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Penelitian lapangaan dilakukan dengan wawancara terhadap berbagai nara
sumber yaitu dengan beberapa konsumen dan produsen di pasar tradisional
Universitas Sumatera Utara
serta dengan Kepala Higien Sanitasi di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
4. Analisis Data
Sesuai dengan sifat penelitian maka analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu dengan cara mempelajari dan memahami semua data yang ada.
Selanjutnya dianalisis dnegan menafsirkan metode induktif dan deduktif, sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam rangka menjawab permasalahan
skripsi ini.
17
G. Sistematika Penulisan