Kesehatan Hewan diserahkan kepada pejabat Kepolisian untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut.
28
Walaupun dalam prakteknya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tidak pernah menjumpai daging sapi glonggo ngan dipasar tradisional serta tidak
pernah melakukan kerjasama dengan aparat Kepolisian dalam penyidikan akan tetapi dinas peternakan dan kesehatan hewan dapat melakukan upaya penyidikan
apabila ditemuinya penjualan daging sapi glonggongan dikemudian hari yaitu berupa penyitaan terhadap daging sapi yang diduga mengandung air serta
mengadakan penelitian terhadap daging sapi tersebut dimana jika hasil penelitian tersebut positif mengandung air maka hasil penelitian tersebut oleh Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan diserahkan kepada pejabat Kepolisian untuk dilakukannya penyidikan lebih lanjut guna terwujudnya koordinasi penyidikan
antara dinas peternakan dan kesehatan hewan dengan aparat Kepolisian serta untuk mencegah dan menyelesaikan kasus penjualan daging sapi glonggongan
dikemudian hari.
C. Hubungan Antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Penyidik Polri
Berdasarkan Pasal 1 butir 1 jo Pasal 6 ayat 1 Kitab Undang-undang Huku m Pidana, yang menyebutkan bahwa : penyidik dikualifikasikan menjadi
dua yakni :
28
Wawancara dengan Bapak Ahmad Nuh, Jum’at 5 Februari 2010, 11.10 wib, di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Universitas Sumatera Utara
a. Pejabat Polisi Negara RI Polri
b. Pejabat Penyidik Pegwai Negeri Sipil Tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan PPNS.
29
Bahwa adanya Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan kewenangan Penyidik Polri untuk melaksanakan koordinasi pengawasan pemberian petunjuk dan
pemberian bantuan penyidikan menyangkut aspek tugasfungsi yang bersifat repressif yustisiil yang didalam organisasi Polri, secara fungsional diemban oleh
fungsi Reserse di pusat maupun di daerah. Yang dimaksudkan dengan hubungan kerja antara Penyidik Polri dengan
penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah hubungan kerja fungsional, tujuannya untuk mewujudkan koordinasi, integrsi dan sinkronisasi di dalam pelaksanaan
tugasfungsi dan peranan Polri dengan instansi pemerintah lainnya dalam rangka pelaksanaan, penyidikan tindak pidana tertentu. Untuk menjamin kepastian
hukum dan demi kelancaran pelaksanaan hubungan di atas, maka oleh Dephankam Mabes Polri telah mengeluarkan Petunjuk Teknis No. Pol :
Juknis05XI1983 tentang Hubungan Kerja antara Penyidik Polri dengan Penyidik pegawai Negeri Sipil, kemudian dilanjutkan dengan Surat Keputusan
Kapolri No. Pol : Skep369X1985 tentang Mekanisme Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Kemudian pada tanggal 29 Juli 1991 oleh Dephankam Mabes Polri diubah juklaknya menjadi No. Pol : Juklak37VII1991 tentang Hubungan Kerja antara
Penyidik Polri dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Dan untuk mekanisme
29
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 1 butir 1 junto pasal 6 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
koordinasi dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil juga mengalami perubahan yakni menjadi Juknis No.Po : Juknis16VII1991.
30
1. Koordinasi
Hubungan kerja yang dimaksud meliputi :
Yang dimaksud adalah bentuk hubungan kerja dalam rangka pelaksanaan tindak pidana yang menyangkut bidang tertentu atas dasar sendi-sendi
hubungan fungsional. 2.
Pengawasan Adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dalam rangka pelaksanaan penyidikan untuk menjamin agar seluruh kegiatan penyidikan yang sedang dilakukan dapat dibenarkan dan
berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 3.
Pemberian petunjuk Adalah tuntutan atau bimbingan baik teknis maupun taktis yang diberikan oleh
Penyidik Polri kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam rangka penyidikan.
4. Bantuan Penyidikan
Adalah bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil berupa :
a. Bantuan taktis : bantuan personil dan peralatan dalam rangka penyidikan
30
http:docstoc.asterpix.comcy24222512q=Hubungan+Antara+Penyidik+Negeri+Sipil +Dan+Penyidik+Polri, Hubungan Antara Penyidik Negri Sipil Dan Penyidik Polri, hal 1
Universitas Sumatera Utara
b. Bantuan teknis : bantuan pemeriksaan ahli dalam rangka pembuktian
identifikasi dan laboratoeium criminal. c.
Bantuan upaya paksa : bantuan untuk kegiatan penindakan bila Undang- undang yang menjadi dasar hukum penyidikan bagi Penyidik Pegawai
Negeri Sipil tidak memberikan kewenangan untk melakukan penindakan.
Sebagai pengawas maka yang mebidangi Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Polri adalah Subdit Korwas Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ditserse dengan
mekanisme pelaksanaan dapat diatur sebagai berikut :
a. Disentralisir oleh Subdit Korwas Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk
Penyidik Pegwai Negeri Sipil dari seluruh departemeninstansi di pusat maupun di daerah.
b. Dilaksanakan oleh unsure Korwas Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada
setiap Polda dengan koordinasi dan pengawasan dari Subdit Korwas Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ditserse atau unsur-unsur Korwas Penyidik
Pegawai Negeri Sipil pada kesatuan wilayah.
31
31
Ibid, hal 2-3
Universitas Sumatera Utara
BAB III FAKTOR DAN DAMPAK DARI PENJUALAN DAGING SAPI