3. pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat berat,
atau kematian, maka akan diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku secara umum.
99
Menjadi masalah apabila sanksi pidana berupa denda yang dijatuhkan atas perbuatan pidana yang dilakukan pelaku usaha perbedaan hukum, hanya
dipandang sekedar “ongkos” sebagaimana halnya ongkos yang harus dikeluarkan dalam rangka operasional produksi suatu perusahaan.
100
Sanksi pidana denda yang dipandang sekedar ongkos operasional produksi atau pemasaran, akan mengakibatkan perusahaan sebagai subjek hukum pidana
tidak menjadi jera atau sanksi pidana denda yang dimaksud tidak mengubah perilaku perusahaan yang dimaksud. Akibatnya perbuatan pidana dapat selalu
berulang. Jika hal ini terjadi berarti sanksi pidana denda saja, masih belum cukup – apalagi sanksi denda yang diputuskan kecil jumlahnya – sehingga harus ada
pertimbangan terhadap kemungkinan memberikan sanksi tambahan.
C. Sanksi Pidana Tambahan
Pasal 63 Undang-undang Perlindungan Konsumen “Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat
dijatuhkan hukuman tambahan, berupa : a.
Perampasan barang tertentu b.
Pengumuman keputusan hakim c.
Pembayaran ganti rugi
99
Ibid, hal 104
100
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit, hal 289
Universitas Sumatera Utara
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyeBabkan timbulnya
kerugian konsumen e.
Pencabutan izin usaha
Ketentuan Pasal 63 Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen memungkinkan diberikannya sanksi pidana tambahan di luar sanksi pidana pokok
yang dapat dijatuhkan berdasarkan ketentuan Pasal 62 Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen
Sanksi-sanksi pidana tambahan yang dapat dijatuhkan berupa : 1.
Perampasan barang, tertentu 2.
Pengumuman keputusan hakim 3.
Pembayaran ganti rugi 4.
Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyeBabkan timbulnya kerugian konsumen
5. Kewajiban penarikan barang dari peredaran
6. Pencabutan izin usaha
101
Salah satu jenis hukuman tambahan dalam ketentuan Pasal 63 ini, adalah pembayaran ganti. Pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal ini, adalah kurang tetap, karena ganti kerugian merupakan kajian dari hukum perdata dan bukan hukuman pidana. Sedangkan sanksi pidana yang berupa
pembayaran sejumlah uang bukan merupakan ganti kerugian, melainkan denda.
101
Undang-undang Perlindungan Konsumen, pasal 63
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula dengan hukuman tambahan yang berupa pencabutan izin usaha, yang hal ini merupakan sanksi administratif.
102
a. Pasal 204 ayat 1 KUHP. Barang siapa menjual, menawarkan,
menerimakan atau membagikan barang, sedang diketahuinya bahwa barang itu berbahaya bagi jiwa atau keseahatan orang dan sifat yang
berbahaya itu didiamkannya dihukum penjara selama-lamanya 15 tahun Selain Undang-undang Perlindungan Konsumen terdapat beberapa pasal
didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana yang mengarah kepada perlindungan hukum terhadap konsumen yaitu terdapat dalam pasal ;
b. Pasal 205 ayat 1 : Barang siapa karena salahnya menyeBabkan barang
yang berbahaya bagi jiwa atau kesehatan orang, terjual, diterimakan atau dibagi-bagikan, sedang sipembeli atau yang memperoleh tidak mengetahui
akan sifatnya yang berbahaya itu, dihukum penjara selama-lamanya 9 bulan atau kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.500,- c.
Pasal 383 ayat 1 dan 2 KUHP dengan hukuman penjara selama- lamanya 1 tahun 4 bulan dihukum penjual yang menipu pembeli :
1e. Dengan sengaja menyerahkan barang lain dari pada yang telah ditunjuk oleh pembeli.
2e. Tentang keadaan, sifat atau banyaknya brang yang diserahkan itu dengan memakai akal tipu muslihat.
102
Abdul Halim, Op.Cit. Hal.106
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari isi 3 Pasal ini maka konsumen yang haknya dirugikan atas penjualan daging sapi glonggongan dapat melakuakan kebijakan penanggulangan
secara penal yaitu dengan cara menuntut produsen dalam kasus pidana di pengadilan negeri dengan tuntutan penipuan atau kejahatan yang mendatangkan
bahaya bagi keamanan umum manusia atau barang.
D. UPAYA NON PENAL