EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJARM

(1)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJARMANGU-BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

oleh Wisnu Wijaya

1102410010

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

terbukti terdapat plag sesuai ketentuan perat

iii

lagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia m raturan perundang-undangan.

Semarang, 08 Juli

Wisnu Wijaya 1102410010

menerima sanksi


(4)

(5)

v

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.”

(QS Al-Ankabut [29]: 6)

“Orang pintar tidak selalu beruntung, dan keberuntungan adalah milik orang yang mau berusaha”

(Wisnu Wijaya)

Karya ini saya persembahkan kepada:

!"#"

$

%

$

& '

'

(

$


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang

senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Akhmad Munib, S.H.,MH.,M.Si., selaku dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Bapak dan Ibu dosen jurusan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah.

3. Siwi Catur Dwi Lestari, S.Pd, selaku kepala SMP Negeri 1 Banjarmangu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Sarina, S.Pd, selaku guru IPA SMP Negeri 1 Banjarmangu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Siswa SMP Negeri 1 Banjarnegara kelas VII A dan VII D tahun pelajaran 2013/2014, yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik material maupun spiritual.


(7)

vii

menambah data akan sangat bermanfaat untuk penulis.

Semarang, 08 Juli 2014


(8)

viii

ABSTRAK

Wijaya, Wisnu. 2014. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014.Skripsi, Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pengetahuan Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Akhmad Munib, S.H., M.H., M.Si.

Kata Kunci: Hasil belajar, STAD, TIK

Membangun siswa agar mampu memahami konsep dan mengkomunikasikan pengetahuan yang disampaikan merupakan tantangan bagi guru. Guru dituntut untuk dapat mendesain pembelajaran yang inovatif sesuai perkembangan zaman. Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat

student-centered, constructive learning dan information communication tecnology based

learning sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, serta mulai meninggalkan

model pembelajaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat

lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan Alam (IPA) siswa dibanding model pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 1 Banjarmangu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas 7A sebagai kelas kontrol dan kleas 7D sebagai kelas eksperimen. Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control Group

Pretest Posttest. Pengambilan data diperoleh dengan metode tes untuk

mendapatkan data peningkatan hasil belajar siswa yang kemudian dianalisis dengan uji-t satu pihak kanan, uji gain, uji signifikansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe STAD berbasis TIK lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA dibanding model pembelajaran konvensional, karena lebih siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Model STAD berbasis TIK dapat menjadi alternatif bagi guru IPA, agar siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah sesuai karakteristik mata pelajaran IPA.


(9)

ix

Wijaya, Wisnu. 2014. Effectiveness of Cooperative Learning Implementation Model Type Student Team Achievement Division (STAD) based Information and Communication Technology (ICT) to Enhance Science Learning Outcomes Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Academic Year 2013/2014. Final Project. Department of Educational Technology. Faculty of Educational Sciences. Semarang State University. Advisor: Drs. Akhmad Munib, S.H., M.H., M.Si.

Keywords: Learning outcomes, STAD, ICT

Building the students to be able to understand the concepts and communicate their knowledge which was presented is a challenge for teachers. Teachers are required to be able to design the innovative learning according to the times development. The paradigm of modern education which become more student-centered, constructive learning and information communication tecnology based learning should be done from now on, and starts to leave the conventional learning models. This study has an aim to determine whether the application of cooperative learning model STAD based ICT is better in improving the learning outcomes of Natural Science (IPA) students compared with the conventional learning models. The population in this study is all students at the seventh grade of SMP N 1 Banjarmangu. The sample in this study are 7A as control class and 7D as eksperiment class. The design of this research is True Experimental Design Control Group Pre-test Post-test type. The data was obtained by the test to get the improvement of student’s learning outcomes data which then analyzed by t-test of the right hand, the gain test, test of significance. The results of this study, show that the application of STAD cooperative learning model based ICT is more effective in improving science learning outcomes than conventional learning modelsbecause more students can be actively involved in learning. STAD model-based ICT can be an alternative for a science teacher, so that students can develop a scientific attitude suits the characteristics of teaching science.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Penegasan Istilah ... 10

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

2. LANDASAN TEORI ... 16

2.1 Efektivitas ... 16

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 18

2.3 Pembelajaran Berbasis TIK ... 22

2.4 Hasil Belajar ... 23

2.5 Kerangka Berpikir ... 26

2.6 Hipotesis ... 29

3. METODE PENELITIAN ... 30


(11)

xi

3.6Analisis Data ... 38

3.6.1 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ... 38

3.6.2 Analisis Data Awal ... 43

3.6.3 Analisis Data Akhir ... 45

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1Hasil Analisis Data Penelitian ... 51

4.1.1 Uji Homogenitas ... 51

4.1.2 Uji Normalitas ... 51

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir ... 52

4.3 Pembahasan ... 57

4.4 Kendala Dalam Melaksanakan Penelitian ... 63

5. PENUTUP ... 65

5.1Simpulan ... 65

5.2Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 19

Tabel 3.1 Anggota Populasi ... 31

Tabel 3.2 Desain Penelitian... 32

Tabel 3.3 Rincian Pertemuan ... 33

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 39

Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Relibilitas ... 41

Tabel 3.6 Hasil Kriteria Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 44

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Populasi... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Uji Gain ... 48

Tabel 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar ... 52

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 53

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Uji Satu Pihak Kanan ... 54

Tabel 4.4 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar ... 55


(13)

xiii

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 37

Gambar 3.2 Kurva Uji Pihak Kanan ... 48

Gambar 4.1 Analisis Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Indikator ... 56


(14)

xiv

DAFTARLAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Kelas Eksperimen (VII D) ... 69

Lampiran 2 Daftar Nama Kelas Kontrol (VII A) ... 70

Lampiran 3 Dafrat Nilai Ulangan Harian Populasi ... 71

Lampiran 4 Uji Homogenitas Data ... 72

Lampiran 5 Uji Normalitas Kelas VII A ... 73

Lampiran 6 Uji Normalitas Kelas VII B ... 74

Lampiran 7 Uji Normalitas Kelas VII C ... 75

Lampiran 8 Uji Normalitas Kelas VII D ... 76

Lampiran 9 Uji Normalitas Kelas VII E ... 77

Lampiran 10 Uji Normalitas Kelas VII F ... 78

Lampiran 11 Uji Normalitas Kelas VII G ... 79

Lampiran 12 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 80

Lampiran 13 Soal Uji Coba ... 81

Lampiran 14 Analisis Soal Uji Coba ... 88

Lampiran 15 Perhitungan Validitas Butir Soal ... 89

Lampiran 16 Perhitungan Reabilitas Soal ... 90

Lampiran 17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 91

Lampiran 18 Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 92

Lampiran 19 Silabus ... 93

Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 95

Lampiran 21 Lembar Diskusi Siswa (LDS) ... 101

Lampiran 22 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 102

Lampiran 23 Soal Pretest dan Posttest ... 104

Lampiran 24 Soal Evaluasi Setiap Indikator ... 115

Lampiran 25 Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 121

Lampiran 26 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 122

Lampiran 27 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 123


(15)

xv

Lampiran 33 Analisis Uji Gain Ternormalisasi Kelas Kontrol ... 131

Lampiran 34 Analisis Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen ... 132

Lampiran 35 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 133

Lampiran 36 Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar ... 134

Lampiran 37 Dokumentasi Penelitian ... 136


(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan dan memiliki tujuan besar yang sama yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, permasalahan pendidikan yang terjadi memperlihatkan berbagai kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Permasalahan pendidikan dalam mencapai tujuannya, menunjukkan ada masalah pada sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola pendidikan.

Problematika rendahnya mutu SDM dapat dilihat dari beberapa indikator makro antara lain dari laporan The Global Competitivenes Report 2009-2010 dari

World Economic Forum (Marthin et al., 2009), yang menempatkan Indonesia

pada peringkat 55 dari 134 negara dalam hal pencapaian Competitivenes Index

(CI). Dari data peringkat tersebut, perlu adanya usaha dari pemerintah Indonesia

untuk meningkatkan kualitas bangsa melalui pendidikan yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan pembelajaran abad 21. Empat prinsip pokok pembelajaran abad 21 yang digagas Jennifer Nichols, sebagaimana yang dikutip oleh Sudrajad (2013), yaitu:


(17)

Instruction should be student-centered, Education should be collaborative,

Learning should have context, dan School should be integrated withsociety.

Kurikulum saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning), sesuai dengan paradigma pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada siswa untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skill). Kecakapan-kecakapan yang dikembangkan diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem

solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan

berkomunikasi.

Berbagai kecakapan siswa di atas akan semakin berkembang, apabila pembelajaran juga didukung dengan pemanfaatan teknologi pembelajaran yang inovatif. Dewasa ini, persaingan dalam pemanfaatan teknologi dalam pendidikan makin ketat. Agar mampu bersaing dalam percaturan tersebut, diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sejumlah negara maju telah mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan nasionalnya, sehingga diperlukan adanya usaha menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, mampu menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, sehingga tujuan suatu mata pelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Tujuan mata pelajaran sains dan teknologi yang tertulis dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, bahwa tujuan pembelajaran IPA diantaranya, yaitu memupuk sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan komunikasi ilmiah siswa. Menurut BSNP (2006: 1), karakteristik mata pelajaran


(18)

3

Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu biologis, fisis dan kimia. Pada aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena pada mahkluk hidup. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup yang dikenal dari kehidupan sehari-hari sampai benda di luar angkasa. Sementara aspek kimia, IPA mengkaji fenomena kimia baik pada mahkluk hidup maupun pada benda tak hidup di alam semesta.

Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan guru mampu membangun karakteristik mental siswa dan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya, sehingga siswa dapat memiliki ketrampilan ilmiah yang diharapkan. Membangun siswa agar memiliki keterampilan ilmiah sesuai paradigma abad 21, merupakan suatu tantangan tersendiri. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan.

Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered,

constructive learning, information communication tecnology based learning,

sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhana. Peran guru berkembang menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran, sehingga diperlukan pembelajaran inovatif dan komunikatif yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (student centered)

serta sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA yaitu mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi didukung dengan media yang tepat.


(19)

Hasil observasi awal di SMP Negeri 1 Banjarmangu diperoleh, nilai KKM mata pelajaran IPA untuk kelas VII di SMP N 1 Banjarmangu pada tahun pelajaran 2013/2014 sebesar 70. Akan tetapi data observasi yang diperoleh dari daftar nilai guru IPA pada salah satu kelas hanya terdapat 10% siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan, hal tersebut ditunjukan dari rendahnya nilai ujian tengah semester genap dengan nilai rata-rata 53,00. Temuan lain dari hasil observasi yang telah dilakukan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA. Pada RPP IPA tertulis bahwa untuk model pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 1 Banjramangu adalah ceramah dan sarana dalam pembelajaran hanya menggunakan LKS, sehingga kondisi pembelajaran di SMP N 1 Banjarmangu masih berpusat pada guru dan belum mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Selanjutnya peneliti melakukan observasi lanjutan pada hari berikutnya untuk mengidentifikasi permasalahan siswa dalam hasil belajar melalui pengamatan langsung yang dilakukan saat pembelajaran IPA. Hasil pengamatan tersebut, diperoleh bahwa pembelajaran IPA masih berpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif. Untuk mengetahui lebih banyak permasalahan siswa dalam hasil belajar, peneliti melakukan wawancara pada murid dan guru. Hasil dari wawancara dengan murid diperoleh bahwa, siswa sudah terbiasa belajar dengan model ceramah yang menyebabkan perasaan bosan karena pembelajaran hanya diisi dengan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat banyak materi yang belum tentu mereka baca di rumah.


(20)

5

Hasil dari wawancara dengan guru IPA, diperoleh bahwa proses kegiatan pembelajaran IPA yang telah dilakukan selama ini hanya menggunakan metode ceramah. Guru sudah terbiasa dengan model pembelajaran ceramah, sehingga guru masih asing dengan berbagai model pembelajaran yang lebih modern dan inovatif.

Observasi dilanjutkan pada fasilitas pembelajaran di SMP Negeri 1 Banjarmangu. Dari data inventaris sekolah, fasilitas SMP N 1 Banjarmangu cukup baik. Beberapa fasilitas yang ada seperti, Wireles Fidelity (WIFI), LCD proyektor, lapangan olahraga, laboratorium IPA serta komputer yang lengkap. Namun hasil wawancara dengan guru menyimpulkan bahwa fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah belum sepenuhya digunakan dalam pembelajaran dan sebagian besar fasilitas digunakan menyimpang dari hal pembelajaran, misalnya fasilitas WIFI yang harusnya digunakan sebagai sumber informasi baru, malah digunakan sebagian besar untuk sosial media, mengunduh file yang di luar pembelajaran. Pada kondisi ini, fasilitas sekolah menjadi bumerang bagi tujuan sekolah itu sendiri, karena penyalahgunaan fasilitas seperti WIFI dan laboratorium komputer akan membuat siswa tidak kondusif dalam belajar.

Hasil wawancara dengan guru-guru menunjukan bahwa, sebagian besar guru belum bisa memanfaatkan fasilitas teknologi yang ada. Fasilitas sekolah cenderung hanya menjadi hiasan tanpa ada usaha untuk memanfaatkannya dalam pembelajaran. Hal itu terjadi karena guru berpendapat bahwa mereka sudah terlalu tua untuk belajar teknologi, sehingga tidak ada motivasi dari guru untuk belajar memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.


(21)

Berbagai uraian permasalahan proses pembelajaran IPA yang terjadi di SMP N 1 Banjarmangu, menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model ceramah tanpa media yang membosankan bagi siswa. Dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang menyebabkan mereka bosan dengan pembelajaran. Sikap ilmiah siswa dalam mata pelajaran IPA sama sekali tidak bisa berkembang jika metode masih terpusat pada guru. Selain itu, banyak fasilitas teknologi di SMP N 1 Banjarmangu yang seharusnya bisa menjadi penunjang kegiatan belajar, malah digunakan untuk kepentingan di luar pembelajaran.

Berdasarkan temuan diatas menunjukan bahwa ada masalah dalam pembelajaran IPA di SMP N 1 Banjarmangu. Peneliti ingin memecahkan masalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran serta pemanfaatan fasilitas teknologi untuk belajar. Usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada murid sesuai paradigma pembelajaran abad 21.

Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan komunikatif adalah model kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivitisme yang lahir dari Piaget dan Vigosky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,1988: 181) sebagaimana yang dikutip oleh Rusman (2011).

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mencapai pemahaman yang lebih tinggi, dengan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru tidak hanya memberikan


(22)

7

pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Lima unsur esensial yang di tekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, (a) saling ketergantungan positif, (b) interaksi berhadapan (face to face

interaction), (c) tanggung jawab individu (individual reponsibility), (d)

ketrampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group

processing).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta di anjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Slavin (2005) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Model kooperatif yang dikembangkan Robert Slavin adalah kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD).

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai


(23)

pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sendirinya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Menurut Tobuhu (2013) menyatakan tipe STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah metode yang tepat dalam mengatasi masalah belajar di SMP Negeri 1 Banjarmangu. Selain itu, STAD adalah model yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif.

Selain menggunakan model pembelajaran yang tepat, kegiatan pembelajaran juga perlu media yang mendukung dalam pembelajaran. Dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka pembelajaran akan lebih inovatif dan komunikatif sesuai dengan pembelajaran abad 21.

Pada kesempatan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK dalam


(24)

9

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII. Dengan tujuan untuk mengetahui metode mana yang lebih baik jika diterapkan dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Banjarmangu.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, menunjukan bahwa perlu dilakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP N 1 Banjarmangu?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK dibanding model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa VII SMP N 1 Banjarmangu.


(25)

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi sekolah

Sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan mutu/kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA.

1.4.2 Bagi Guru

Sebagai referensi guru mengenai model pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.

1.4.3 Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar IPA dengan model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

1.4.4 Bagi Peneliti

Sebagai pengetahuan sekaligus pengalaman dalam membekali diri sebagai calon guru dan Sebagai pengetahuan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Efektivitas

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Secara umum efektivitas dilihat dari hasil yang diperoleh terhadap apa yang telah dikerjakan. Sesuatu dikatakan efektif apabila hasil yang diperoleh lebih besar atau sama dengan usaha yang telah


(26)

11

dilakukan. Pada penelitian ini, model pembelajaran yang lebih efektif dinilai melalui besarnya nilai <g> pada uji gain, t-test perbedaan dua rata-rata, dan t-test

signifikansi yang didapat dari nilai pretest-posttest kelompok eksperimen dan kontrol.

1.5.2 Model Pembelajaran

Model dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti contoh, pola, acuan, ragam.Pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa agar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain sebagainya, Trianto sebagaimana yang dikutip oleh Sari (2011).

1.5.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (Martha, 2008: 31) Pembelajaran kooperatif model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada definisi pembelajaran kooperatif model STAD yang dikembangkan oleh Slavin sehingga dalam satu kelompok


(27)

bersifat heterogen. Namun, untuk jumlah anggota dalam satu kelompok akan lebih menyesuaikan jumlah siswa dalam satu kelas.

1.5.4 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Menurut Puskur Diknas Indonesia, Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.

· Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.

· Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran. Peluang baru yang dijanjikan teknologi ini sangat luas. Kreativitas pendidik menjadi penting, karena tanpa teknologi ini tidak berarti apa-apa. Peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu untuk menunjang proses pembelajaran. Media TIK yang umum digunakan dalam pembelajaran adalah komputer dan LCD proyektor.

1.5.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek- aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu


(28)

13

apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Rifa’i, 2009: 85).

1.5.6 Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut BSNP (2006: 1), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang memiliki tiga aspek yaitu biologis, fisis dan kimia. Pada aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena pada mahkluk hidup. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup yang dikenal dari kehidupan sehari-hari sampai benda di luar angkasa. Sementara aspek kimia, IPA mengkaji fenomena kimia baik pada mahkluk hidup maupun pada benda tak hidup di alam semesta. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini mencakup aspek biologis yang mengkaji fernomena mahkluk hidup.

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari dari lima bab yaitu sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan


(29)

Bagian bab 1 berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 : Landasan Teori

Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori dan konsep yang mendasari penelitian yaitu, (1) model pembelajaran STAD, (2) Pembelajaran berbasis TIK, (3) pembelajaran konvensional, (4) hasil belajar, (5) kerangka berfikir, (6) hipotesis.

Bab 3 : Metode Penelitian

Bagian bab 3 berisi tentang metode yang digunakan untuk menulis analisis data yang meliputi: metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian bab 4 ini berisi tentang hasil-hasil yaitu, (1) Analisis data tahap awal, (2) Analisis data tahap akhir, (3) Pembahasan, (4) Kendala dalam melaksanakan penelitian. Bab 5 : Penutup

Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saran-saran.

3. Bagian Akhir Skripsi


(30)

16

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 207)

Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerjayang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat Universitas Sumatera Utara kemampuan suatu lembaga


(31)

atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Sementara itu, menurut Richard M. Steers, efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.

Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu social dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana social efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas, yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatnya, car mengatur dan bahkan cara menentukan indicator efektivitas, sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.

Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.

Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga


(32)

18

secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan srta meraih keberhasilan maksimal.

2.2

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu permasalahan. Tiap-tiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk mempelajari apa yang diajarkan tetapi juga membantu anggota kelompok mengerti dan memahami konsep yang sedang dipelajari. Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Sanjaya (2008: 247) menuliskan beberapa kelebihan dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut.

(1) Meningkatkan minat belajar dan kemampuan akademis siswa, (2) Meningkatkan daya ingat siswa,

(3) Membantu siswa mengembangkan kecakapan dan berkomunikasi secara lisan,

(4) Meningkatkan hubungan positif dalam berkompetensi.

Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif disebutkan oleh Suprijono (2012: 54) diantaranya yaitu:

(1) diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi, (2) dominasi siswa yang pandai,


(33)

(3) bagi siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok, merasa asing dan tidak terbiasa.

Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang telah dikembagkan antara lain, Teams Games Tournament (TGT), Student Teams

Achievement Division (STAD), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC), Teams Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation

(GI) , dan Learning Together.

Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah tipe STAD. Tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga mudah diterapkan pada kelas yang belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model STAD juga mudah dipelajari bagi guru yang ingin memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Menurut Tobuhu (2013) menyatakan STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru. Menurut Nur sebagaimana dikutip oleh Tobuhu pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim


(34)

20

dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode

atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial.

Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu:

1. penyajian kelas, 2. belajar kelompok, 3. kuis,

4. skor pengembangan dan 5. penghargaan kelompok.


(35)

Terdapat enam sintaks/langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Ibrahim, dkk 2000)

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


(36)

22

Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan keterampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

2.3 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran. Peluang baru yang dijanjikan teknologi ini sangat luas. Kreativitas pendidik menjadi penting, karena tanpanya teknologi ini tidak berarti apa-apa.

Peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu. Pendidik yang menguasai alat bantu TIK dengan baik akan menghasilkan media pembelajaran yang baik pula. Dengan kata lain, TIK bukanlah pengganti pendidik justru pendidik lah yang menjadikan TIK berperan dalam pembelajaran.

Menurut definisi konseptual, pembelajaran berbasis TIK adalah upaya memanfaatkan kemajuan TIK untuk mendukung proses pembelajaran. TIK berperan sebagai alat bantu bukan sebagai subyek utama. Dalam pembelajaran


(37)

berbasis TIK, TIK berperan sebagai media penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Terdapat dua unsur penting dari proses transfer ilmu pengetahuan tersebut yaitu unsur media dan pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Unsur media menggambarkan TIK sebagai jaringan infrastruktur yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik, sedangkan unsur pesan menggambarkan konten pembelajaran digital.

Secara operasional, yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis TIK adalah aktivitas pembelajaran yang didukung oleh infrastruktur TIK. Bentuk-bentuk pembelajaran berbasis TIK seperti, presentasi power point, CD pembelajaran interaktif dan e-learning, merupakan media TIK yang sering kita jumpai pada proses pendidikan. Bentuk yang paling sederhana serta mudah untuk diterapkan adalah presentasi power point. Meskipun paling sederhana power point

memberikan fasilitas yang cukup hebat sebagai media pembelajaran yang mudah dipelajari.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.


(38)

24

Adapun pengertian hasil belajar menurut Gagne dalam (Surya, 2004: 42) merupakan keluaran dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas :

a. informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis ataupun lisan.

b. kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan symbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum.

c. strategi kognitif adalah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.

d. sikap adalah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan di dalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan.

Menurut Hadari (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:


(39)

(1) hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.

(2) hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.

(3) hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990: 56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

(1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

(2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

(3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

(4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.


(40)

26

(5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

2.5 Kerangka Berfikir

Seiring dengan kemajuan zaman kualitas pendidikan perlu untuk ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dankehidupan. Kenyataan di lapangan pembelajaran IPA masih menerapkan pembelajaran ceramah yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Aktivitas peserta didik hanya duduk menyimak informasi guru, mencatat, dan mengerjakan soal sesuai contoh soal yang guru berikan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka sesuai dengan paradigma abad 21 diperlukan pembelajaran inovatif dan komunikatif yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (student centered). Ditambah lagi era yang semakin modern seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam pedidikan seperti pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan penerapan model pembelajaran yang lebih inovatif dan komunikatif yang tentunya dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa. Model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kooperatif tipe STAD berbasis TIK.


(41)

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel secara acak dengan teknik

simple random sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pengambilan sampel, peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan dua kelompok yang telah dijadikan sampel. Pada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran STAD berbasis TIK dan pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran Konvensional. Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran STAD berbasis TIK dan model pembelajaran Konvensional sebagai variabel bebas, sedangkan variabel kontrolnya adalah peningkatan hasil belajar siswa. Desain penelitian ini menggunakan controlgroup pretest-posttest.

Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok ini diberikan pretest, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kemudian kedua kelompok tesebut diberikan perlakuan berbeda, pada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran STAD berbasis TIK dan pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran Konvensional. Pada akhir pelaksanaan, kedua kelompok ini akan diberikan posttest. Hasil pretest dan posttest dapat diketahui sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA yang dialami pada kelompok eksperimen dan kontrol melalui uji gain. Setelah uji gain dilakukan, maka akan diperoleh nilai

<g> dari kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok yang mempuyai nilai

<g> lebih tinggi, menunjukkan tingkat hasil yang lebih tinggi. Berikut skema dari


(42)

28

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Model pembelajaran Konvensional Model pembelajaran

STAD Berbasis TIK

Hasil belajar IPA

Meningkat Hasil belajar IPA Kurang

Meningkat

Model pembelajaran Koopertaif Tipe STAD

berbasis TIK lebih efektiff dari model konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar Rumusan Masalah


(43)

2.6

Hipotesis Penelitian

Teori dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini

adalah: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK lebih efektif


(44)

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Banjarmangu tahun ajaran 2013/2014. SMP N 1 Banjarmangu merupakan sekolah menengah paling favorit di kecamatan Banjarmangu.

Setiap tahun SMP N 1 Banjarmangu menerima calon siswa lulusan sekolah dasar dengan tingkat persaingan yang cukup ketat, sehingga hanya siswa dengan prestasi belajar tinggi di sekolah dasar yang bisa belajar di sekolah ini. Sebagian besar pendaftar berasal dari lulusan sekolah dasar yang berada di desa sekitar Kecamatan Banjarmangu. Sedangkan pendaftar dari luar kecamatan hanya sebagian kecil, karena lulusan sekolah dasar dari daerah kota cenderung lebih memilih sekolah menengah yang lebih favorit di daerah kota Banjarnegara.

SMP N 1 Banjarmangu tidak mengenal sistem kelas unggulan dalam pembagian kelas, sehingga semua kelas memiliki komposisi yang setara. Pembagian kelas juga memperhatikan komposisi jenis kelamin, dalam satu kelas ada 60% murid perempuan dan 40% murid laki-laki. Hal ini karena jumlah pendaftar perempuan lebih banyak, sehingga dibagi agar setiap kelas memiliki komposisi jenis kelamin yang sama setiap kelas. Berdasarkan data yang telah


(45)

diperoleh, siswa SMP Negeri 1 Banjarmangu kelas VII Tahun pelajaran 2013/2014 yang dijadikan populasi berjumlah 238 siswa.

Tabel 3.1. Anggota Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu Tahun Pelajaran 2013/2014.

No Populasi Jumlah siswa

1 VII A 34 siswa

2 VII B 34 siswa

3 VII C 34 siswa

4 VII D 34 siswa

5 VII E 34 siswa

6 VII F 34 siswa

7 VII G 34 siswa

Total 238 siswa

( Sumber: Administrasi kesiswaan SMP Negeri 1 Banjarmangu Tahun Pelajaran 2013/2014)

3.1.2 Sampel Penelitian

Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling acak melalui undian karena semua populasi berasal dari kondisi yang sama, sehingga bebas dalam menentukan sampel. Berlaku atau tidaknya teknik sampling acak bisa diketahui setelah melakukan uji homogenitas populasi terlebih dahulu. Untuk itu, dibutuhkan data nilai ulangan harian IPA semua siswa kelas VII yang didapat dari guru mata pelajaran. Kemudian dilakukan olah data untuk menentukan apakah populasi bersifat homogen atau tidak.

Setelah diketahui bahwa seluruh populasi homogen yaitu setiap kelas memiliki nilai rata-rata yang hampir sama, maka teknik simple random sampling

bisa dilakukan. Dari teknik simple random sampling diperoleh dua sampel yaitu kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan VII A sebagai kelas kontrol.


(46)

32

3.2

Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi dua macam variabel, yaitu:

(1) Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran IPA dengan model pembelajaran STAD berbasis TIK.

(2) Variabel terikat

Variabel terikat dalam peneltian ini adalah peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA.

3.3 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control Group Pretest Posttest.

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

E O1 X1 O2

K O1 X2 O2

Keterangan :

E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol

O1 : Pre-test menggunakan instrumen yang telah diuji coba

O2 : Post-test menggunakan instrumen yang telah diuji coba

X1 : model pembelajaran STAD berbasis TIK X2 : model pembelajaran Konvensional


(47)

Dapat dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (O2-O1) dengan pencapaian kelompok kontrol (O2-O1) (Sugiyono, 2009 :75)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa kedua kelas diberi pre-test dengan soal tes yang sama. Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil bealajar siswa dengan memberikan soal post-test yang sama untuk kedua kelas. Soal evaluasi tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas VII C SMP Negeri 1 Banjarmangu sebagai kelas uji coba. Penelitian ini mengambil dua kelas sebagai sampel, kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Perlakuan akan dilaksanakan dua kali pertemuan untuk masing-masing kelas, dengan rincian:

Tabel 3.3.Rincian pertemuan

Pertemuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 Pretest Pretest

2 Penerapan pembelajaran model STAD berbasis TIK untuk indikator 1 dan 2

Penerapan pembelajaran konvensional untuk indikator 1 dan 2

Evaluasi hasil belajar indikator 1 dan 2 Evaluasi hasil belajar indikator 1 dan 2

3 Penerapan pembelajaran model STAD berbasis TIK untuk indikator 3 dan 4

Penerapan pembelajaran konvensional untuk indikator 3 dan 4

Evaluasi hasil belajar indikator 3 dan 4 Evaluasi hasil belajar indikator 3 dan 4


(48)

34

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama siswa yang menjadi subyek penelitian, daftar nama siswa yang menjadi responden dalam uji coba, daftar nilai ulangan semester 1 siswa kelas VII A dan VII D tahun ajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Banjarmangu, dan foto-foto saat melakukan penelitian.

3.4.2 Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber (guru, siswa, karyawan) mengenai proses belajar, hasil belajar siswa, metode belajar, persepsi siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung serta kondisi fasilitas sekolah.

3.4.3 Metode Tes

Tes diberikan sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum dan sesudah sampel memperoleh perlakuan. Tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan jumlah 25 soal.

Tes objektif pilihan ganda memiliki berbagai keunggulan yaitu: (1) Reabilitas lebih tinggi dari pada jenis uraian; (2) Lebih mudah untuk proses analisis: (3) Pokok soal dirumuskan secara singkat dan jelas; (4) Semua indikator dapat terwakili: (5) Validitas lebih tinggi dibanding tes uraian.


(49)

Sedangkan kelemahan dari tes objektif pilihan ganda yaitu: (1) Murid bisa menerka-nerka pilihan jawaban yang ada ketika mereka kebingungan. (2) Tidak bisa mengajak murid berpikir dalam taraf yang lebih tinggi.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan.

3.5.1 Tahap Persiapan

Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan peneliti dalam tahap persiapan, antara lain:

(1) Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru pengampu untuk mengetahui kondisi lingkungan objek penelitian.

(2) Menyiapkan lingkungan belajar yang meliputi persiapan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

(3) Menyusun kisi-kisi instrumen tes.

(4) Menyusun instrumen tes yang berupa soal-soal berbentuk uraian. (5) Menguji coba instrumen tes.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Pada proses pembelajaran ini digunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis TIK. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sebelum memulai pembelajaran, pretest yang berupa soal uraian diberikan guru untuk dikerjakan siswa. Setelah pembelajaran, evaluasi posttest diberikan guru untuk mendapatkan data tentang hasil belajar setelah perlakuan. Adapun alur yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(50)

36

(1). Guru membuka pembelajaran dengan memberi ilustrasi mengenai fenomena yang menarik dan berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Pembelajaran berlangsung di laboratorium komputer.

(2). Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar dengan media audio visual.

(3). Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok bila mengalami kesulitan.

(4). Guru memfasilitasi diskusi kelompok dengan web yang berisi lembar diskusi yang bisa siswa download.

(5). Guru mendorong siswa untuk memahami masalah yang disajikan sehingga dapat mendiskudikan persoalan bersama teman kelompok.

(6). Guru membimbing siswa mengenai cara mengisi LDS dalam format Power Point yang akan dipresentasikan.

(7). Mengamati peserta didik dalam melaksanakan diskusi.

(8). Guru mengamati hasil diskusi siswa yang disajikan melalui presentasi dengan media komputer. Hasil diskusi siswa akan dikoreksi oleh kelompok lain, sehingga semua kelompok paham semua materi yang disajikan setiap kelompok.

(9). Guru memberi kesimpulan dari semua hasil diskusi kelompok.

(10). Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi, guru memberikan kuis berbasis game edukasi kepada siswa.

(11). Guru memberikan penghargaan pada siswa yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.


(51)

Desain penelitian pada skripsi ini adalah: Menentukan

populasi

Uji homogenitas

Uji normalitas

Kelompok kontrol Menentukan

Sampel

Kelompok eksperimen

Pre Test Pre Test

Model Konvensional Model Pembelajaran Kooperatif tipe

STAD berbasis TIK

Post Test /Hasil Belajar

Data Hasil Penelitian Analisis Data Akhir


(52)

38

3.5.3 Tahap Akhir

Tahap akhir merupakan analisis data hasil pretes dan posttest. Data tersebut merupakan data akhir yang dianalisis sebagai pembuktian hipotesis.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Instrumen

Hasil belajar siswa diukur melalui tes tertulis berupa post-test yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran sebagai hasil akhir penelitian.

3.6.1.1 Validitas Soal

Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu soal yaitu rumus korelasi product moment (Arikunto, 2012: 72) :

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan :

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = skor item soal tertentu

y = skor total

n = jumlah siswa uji coba

Hasil dibandingkan dengan dengan taraf signifikasi 5%. Jika harga > maka butir soal instrumen valid, akan tetapi jika harga

< maka butir soal instrumen tidak valid. Berdasarkan hasil skor tes uji coba terhadap 34 siswa diperoleh bahwa soal yang valid ada 25 nomor yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 34, 35, sedangkan soal yang tidak valid ada 10 nomor yaitu nomor 5, 7, 11,


(53)

13, 15, 17, 22, 29, 31, 33. Perhitungan validitas soal uji coba penelitian dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 91.

3.6.1.2 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu susah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan rumus (Arikunto, 2012: 222) sebagai berikut:

=

= ℎ

Keterangan:

P = tingkat kesukaran

Mean = skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal Skor Maksimal = skor tertinggi yang telah ditetapkan pada pedoman penskoran.

Tabel 3.4. Kriteria tingkat kesukaran soal

Interval Kriteria 0,00 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar 0,31 ≤ P ≤ 0,70 soal cukup (sedang)

0,71 ≤ P ≤ 1,00 soal mudah

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh kriteria soal sebagai berikut: (1) Mudah: 1, 5, 7, 9, 11, 13, 14, 17, 21, 22, 24, 29, 30. (2) Sedang: 2, 3, 4, 6, 8, 10, 12, 15, 16, 18, 19, 23, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, dan (3) Sukar: 20. Perhitungan tingkat kesulitan sola uji coba dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 93.


(54)

40

3.6.1.3 Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagi alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal uraian adalah rumus alpha, (Arikunto, 2012: 122) yaitu:

        −       −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

∑ 2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 2 = varians total

n = banyaknya butir soal

Rumus varians tiap item soal yaitu:

2=∑ 2−(∑ )

2

" "

Keterangan:

∑ = jumlah butir soal

∑ 2 = jumlah kuadrat butir soal


(55)

Rumus varians total yaitu:

2=∑#2−(∑ # )

2

" "

Keterangan:

∑# = jumlah butir soal

∑# 2= jumlah kuadrat butir soal

N = banyak subyek pengikut tes

Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r product moment

pada tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang diujicobakanreliabel.

Tabel 3.5 Klasifikasi reliabilitas

Interval r11 Kriteria

0,800 ≤ r11 ≤1,000 0,600 ≤ r11 ≤ 0,799 0,400 ≤ r11 ≤ 0,599 0,200 ≤ r11 ≤ 0,399

r11 < 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Perhitungan reliabilitas soal uji coba menghasilkan harga rhitung sebesar 0.85.

Harga rhitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r

product moment dengan taraf signifikansi 5 % dan n = 34 yaitu 0.339. Kriteria reliabel soal yaitu, suatu soal disebut relliabel apabila harga rhitung lebih besar

daripada harga r pada tabel r product moment, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal uji coba penelitian ini reliabel, ditunjukkan dengan nilai


(56)

42

Perhitungan reliabilitas soal uji coba penelitian dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 92.

3.6.1.3 Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan menghitung dua rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah dari tiap-tiap soal. Untuk menghitung daya pembeda soal uraian dapat digunakan rumus (Arikunto, 2012 : 226) sebagai berikut:

$ = − % ℎ

Keterangan:

DP = daya pembeda

&'( = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas

JBB= jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas.

Tabel 3.6. Kriteria daya pembeda soal

Interval DP Kriteria

0,00 ≤ DP ≤0,20 Jelek

0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup

0,41 ≤DP ≤ 0,70 Baik


(57)

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh klasifikasi berikut: (1) Baik : 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 16, 18, 19, 20, 25, 26, 28, 32; (2) Cukup : 10, 12, 14, 21, 23, 24, 27, 30, 31, 33, 34, 35; (3) Jelek: 5, 7, 11, 13, 15, 17, 22, 29. Perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 94.

3.6.2 Analisis Data Awal

3.6.2.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang digunakan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dapat diasumsikan memiliki kondisi awal yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis statistika sebagai berikut.

0

H = σ12 =σ22, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.

a

H12 ≠σ22, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama. Untuk menguji homogenitas digunakan persamaan:

) 1 ( ) 1 ( 2 2 − ∑ − ∑ = i i i n s n s ) 1 ( )

(log 2 ∑ −

= s ni

B } log ). 1 ( ){ 10 (ln 2 2 i i s n B

x = −∑ −

Membandingkan x2hitung terhadap x2tabel pada α=5% dan dk merupakan

banyaknya kelas dikurangi 1. jika x2hitung < x2tabel maka H0 diterima. Hal ini berarti

kedua kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau dikatakan homogen (Sudjana, 2005: 261-263).


(58)

44

Tabel 3.7. Hasil Uji Homogenitas Populasi

Data χ2 hitung χ2tabel Kriteria

Nilai ulangan harian IPA

semester I 8,25 12,59 Homogen

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2 hitung kurang dari χ2tabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga dapat dikatakan ketujuh populasi mempunyai varians yang sama. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 3.

Populasi telah terbukti normal dan homogen. Langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kontrol secara simple random sampling, serta uji selanjutnya yang digunakan adalah statistik parametrik.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Hasil analisis data populasi uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Hasil Uji Normalitas Populasi

Kelas χ2 hitung χ2tabel Kriteria

VII A 8,71 11,07 Normal

VII B 1,27 11,07 Normal

VII C 4,82 11,07 Normal

VII D 8,74 11,07 Normal

VII E 4,13 11,07 Normal

VII F 0,94 11,07 Normal

VII G 9,39 11,07 Normal

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2 hitung untuk setiap data kurang dari χ2tabel dengan dk = 5 dan α = 5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan setiap kelas pada populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 5-11 halaman 75-81.


(59)

3.6.3 Analisis Data Akhir

Pengujian tahap akhir dilaksanakan setelah pemberian perlakuan pada sampel. Data yang dianalisis diambil setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD berbasis TIK pada kelas eksperimen dan Konvensional pada kelas kontrol. Pada kedua kelompok diberikan tes yang sama. Data yang diperoleh dari hasil tes kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Adapun analisis yang digunakan antara lain sebagai berikut.

3.6.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas menggunakan rumus :

. = /(01− 21).

21 3

145

Keterangan :

. = Chi-Kuadrat

Oi = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Membandingkan harga chi kuadrad dengan chi kuadrad tabel. Bila harga chi kuadrad hitung lebih kecil dari pada harga chi kuadrad tabel, maka distribusi data


(60)

46

dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal, kriteria pengujian jika

χ

2hitung ≤

χ

2tabel dengan derajat kebebasan dk = n-1.

3.6.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test satu pihak kanan. Apakah penerapan model Kooperatif tipe STAD berbasis TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ho :µ5µ. : Model pembelajaran STAD berbasis TIK tidak lebih baik atau sama dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa SMP.

Ha :µ5 >µ. : Model pembelajaran STAD berbasis TIK lebih baik daripada model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa SMP. µ1 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen.

µ2 : rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan dk=n1+n2−2dan taraf kesalahan 5%. Ho diterima jika 61789: < 7;<=> (Sugiyono, 2009: 275). Apabila hasil analisis data menunjukkan Ho diterima berarti tidak terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, sebaliknya jika Ho ditolak berarti terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa pada kelas eksperimen disebabkan adanya penerapan model Kooperatif tipe STAD berbasis TIK. Untuk mengetahui apakah penerapan model Kooperatif tipe STAD berbasis TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa


(61)

didasarkan pada hasil uji t pihak kanan ini. Data yang digunakan ini adalah nilai

pre-test dan post-test pemahaman konsep. Rumus uji-t satu pihak dapat

dituliskan: (Arikunto 2010: 213)

                − + − = 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s X X t Keterangan 1

x : nilai rata-rata kelompok eksperimen

2

x : nilai rata-rata kelompok kontrol 2

1

s : varian data pada kelompok eksperimen 2

2

s : varian data pada kelompok kontrol

s1 : standart deviasi pada kelompok eksperimen s2 : standart deviasi pada kelompok kontrol

1

n : banyaknya subyek pada kelompok eksperimen

2

n : banyaknya subyek pada kelompok kontrol

r : korelasi antara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol Dengan,

=

AB∑ ?∑ ?@CDB∑ @CD

Analisis data untuk hipotesis ini menggunakan t-test uji pihak kanan, sehingga kurva t-test uji pihak kanan dapat digambarkan sebagai berikut.


(62)

48

Gambar 3.2 Kurva Uji pihak Kanan

Uji pihak kanan ini berlaku ketentuan bila harga thitung dengan dk = n1+ n2 -

2 dan taraf kesalahan 5% jatuh pada daerah penerimaan H0 atau thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (Sugiyono 2010: 274-275).

3.6.3.3 Uji Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar (Uji Normal Gain)

Uji peningkatan rata-rata hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut:

pre pre post

S

S

S

g

=

0 0

100

Keterangan: pre

S

= Skor rata-rata tes awal (%) post

S

= Skor rata-rata tes akhir (%)

Tabel 3.9 Klisifikasi Uji Gain

gain <g> Kriteria

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho


(63)

3.6.3.4 Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar

Uji signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rumus yang digunakan untuk uji signifikansi ini adalah sebagai berikut:

        +         − + Σ + Σ − = y x y x y x N N N N y x M M t 1 1 2 2 2 Keterangan:

M = nilai rata-rata hasil per kelompok N = banyaknya subjek

x = deviasi setiap nilai x2 dari mean x1 y = deviasi setiap nilai y2 dari mean y1 Rumus Σx2 dan Σy2yaitu:

( )

N X X x 2 2

2 =Σ Σ

Σ

( )

N Y Y y 2 2

2 =Σ − Σ

Σ

(Arikunto, 2006: 311-312)

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 = µ2)

H1 : terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 ≠ µ2)


(64)

50

Selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t table dengan dk =n1+n2 −2 dan taraf kesalahan 5%. Ho diterima jika 61789: < 7;<=> (Sugiyono, 2009: 275).


(65)

51

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal

Analisis data penelitian tahap awal terdiri atas uji homogenitas dan uji normalitas. Pada tahap ini, analisis dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Banjarmangu.

4.1.1 Uji Homogenitas

Analisis tahap awal berupa uji homogenitas yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. Populasi dikatakan homogen, apabila hasil uji menyatakan bahwa populasi memiliki keadaan yang setara. Keadaan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa mata pelajaran IPA, sehingga untuk melakukan uji homogenitas diperlukan daftar nilai hasil belajar IPA kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu sebagai populasi. Uji homogenitas secara lengkap disajikan pada lampiran 4 halaman 74. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh χ2hitung= 8,249 dan χ2 tabel = 12,59 untuk α = 5 % dan dk = 7 – 1 = 6, sehingga χ 2hitung< χ2tabel berarti

populasi bersifat homogen atau keadaannya sama. Karena uji homogenitas menyatakan bahwa populasi penelitian berasal dari keadaan yang sama, maka dari kelas VII A-VII G memiliki hasil belajar yang setara.

4.1.2. Uji Normalitas

Tahap ini tiap-tiap sampel akan dicari distribusinya. Distribusi sampel digunakan untuk menentukan jenis analisis, bila sampel berdistribusi normal,


(66)

52

maka digunakan analisis statistik parametris, sedangkan bila sampel tidak berdistribusi normal, maka menggunakan analisis statistik nonparametris. Uji normalitas disajikan lengkap pada lampiran 5-11 halaman 75-81. Hasil perhitungan menyatakan bahwa sampel berdisribusi normal, sehingga analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik.

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir

Analisis data penelitian tahap akhir menggunakan data yang diperoleh sesudah penelitian. Pengambilan data menggunakan instrumen penelitian yang telah diujicobakan sebelumnya. Instrumen penelitian untuk hasil belajar kognitif berupa 25 soal pilihan ganda. Setelah kedua kelompok sampel melaksanakan

pretest, kelompok kontrol mendapat pelajaran dengan model konvensional dan

kelompok eksperimen mendapat pelajaran dengan model kooperatif tipe STAD berbasis TIK. Pada akhir penelitian kedua kelas diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa pada memahami keragaman mahkluk hidup dari tingkat sel sampai organisme. Rekapitulasi hasil pretest dan

posttest kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil belajar antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

No Kriteria Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Pretest Posttest Pretest Posttest

1 Rata-rata 48,57 72,18 46,82 76,59

2 Nilai tertinggi 68 84 68 96

3 Nilai terendah 24 56 24 52

4 Standar Deviasi 13,38 9,18 11,46 9,18 5 Varians 178,96 84,21 131,422 84,25


(1)

Lampiran 36

Hipotesis:

H

0

:

Ha :

Rumus:

(Arikunto, 2006:311-312)

Ho ditolak apabila t > t

(1-a)(n1+n2-2)

Gambar uji signifikasi peningkatan rata-rata kognitif dan berpikir kritis

Rata-rata

pretest

(M)

Rata-rata

posttest

(M)

Peningkatan rata-rata

Jumlah siswa (N)

terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Eksperimen

Sumber variasi

Kelas Kontrol

Tabel komparasi kelas kontrol dan kelas eksperimen

UJI SIGNIFIKANSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

34

34

45,76

48,71

76,59

72,59

30,83

23,88

tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol

Daerah penerimaan

Ho





+

+

+

=

∑ ∑

Y X Y X 2 2 Y X

N

1

N

1

2

N

N

y

x

M

M

t


(2)

Tabel Perhitungan Mx dan My

No. x1 x2 Mx X2 y1 y2 My Y2

1 56,00 88,00 32,00 1024,00 60,00 80,00 20,00 400,00

2 24,00 72,00 48,00 2304,00 64,00 76,00 12,00 144,00

3 48,00 76,00 28,00 784,00 32,00 68,00 36,00 1296,00

4 28,00 64,00 36,00 1296,00 56,00 72,00 16,00 256,00

5 56,00 84,00 28,00 784,00 64,00 84,00 20,00 400,00

6 44,00 80,00 36,00 1296,00 44,00 68,00 24,00 576,00

7 36,00 72,00 36,00 1296,00 40,00 56,00 16,00 256,00

8 24,00 68,00 44,00 1936,00 56,00 64,00 8,00 64,00

9 60,00 88,00 28,00 784,00 52,00 72,00 20,00 400,00

10 52,00 80,00 28,00 784,00 32,00 60,00 28,00 784,00

11 36,00 72,00 36,00 1296,00 40,00 76,00 36,00 1296,00

12 56,00 84,00 28,00 784,00 68,00 84,00 16,00 256,00

13 32,00 60,00 28,00 784,00 52,00 64,00 12,00 144,00

14 32,00 72,00 40,00 1600,00 28,00 64,00 36,00 1296,00

15 44,00 76,00 32,00 1024,00 44,00 72,00 28,00 784,00

16 40,00 76,00 36,00 1296,00 24,00 72,00 48,00 2304,00

17 52,00 80,00 28,00 784,00 60,00 84,00 24,00 576,00

18 60,00 88,00 28,00 784,00 48,00 64,00 16,00 256,00

19 44,00 72,00 28,00 784,00 52,00 80,00 28,00 784,00

20 60,00 84,00 24,00 576,00 52,00 84,00 32,00 1024,00

21 36,00 72,00 36,00 1296,00 28,00 60,00 32,00 1024,00

22 68,00 96,00 28,00 784,00 32,00 56,00 24,00 576,00

23 60,00 84,00 24,00 576,00 44,00 72,00 28,00 784,00

24 56,00 80,00 24,00 576,00 28,00 68,00 40,00 1600,00

25 48,00 72,00 24,00 576,00 56,00 80,00 24,00 576,00

26 64,00 92,00 28,00 784,00 64,00 84,00 20,00 400,00

27 52,00 80,00 28,00 784,00 36,00 56,00 20,00 400,00

28 56,00 76,00 20,00 400,00 64,00 84,00 20,00 400,00

29 32,00 52,00 20,00 400,00 56,00 80,00 24,00 576,00

30 28,00 68,00 40,00 1600,00 56,00 84,00 28,00 784,00

31 32,00 72,00 40,00 1600,00 60,00 80,00 20,00 400,00

32 36,00 64,00 28,00 784,00 48,00 72,00 24,00 576,00

33 44,00 76,00 32,00 1024,00 68,00 84,00 16,00 256,00

34 60,00 84,00 24,00 576,00 48,00 64,00 16,00 256,00

Jumlah 1556,00 2604,00 1048,00 33760,00 1656,00 2468,00 812,00 21904,00 Rata-rata 45,76 76,59 30,82 992,94 48,71 72,59 23,88 644,24

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:

30,83 − 23,88

33760,00 + 21904,00 1+1

34 + 34 − 2 34

6,95 3,04

t = 2,285

Pada α = 5% dengan dk =34 + 34 - 2 = 66 diperoleh t(0.95)(66) = 2,00

1,997 2,285

Gambar hasil uji signifikansi

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan rata-rata hasil belajar yang sigifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

t = t = Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho


(3)

Lampiran 37

Dokumentasi Penelitian


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD ( Student Team Achievement Division ) PADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII di SMP NEGERI 1 BANDUNG.

0 0 48

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

0 2 10

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

0 1 103