Gambar 4.1 menyatakan bahwa, evaluasi hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol untuk semua indikator,
sehingga bisa disimpulkan bahwa model pembelajaran pada kelompok eksperimen yaitu STAD berbasis TIK lebih efektif daripada model pembelajaran
yang diterapkan pada kelompok kontrol yaitu konvensional.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis data awal diketahui bahwa kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama kemudian dilakukan treatment terhadap
kedua kelas tersebut. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK, sedangkan
pada kelas kontrol perlakuan yang diberlakukan adalah dengan pembelajaran konvensional. Setelah semua perlakuan atau treatment selesai maka siswa diberi
tes hasil belajar atau posttest untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar dari kedua perlakuan tersebut atau tidak.
4.3.1 Nilai Kemampuan Awal Nilai Pretest
Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu diadakan pretest pada siswa kelas VII D kelas eksperimen dan VII A kelas kontrol mengenai materi
memahami keanekaragaman makhluk hidup, untuk mengetahui kondisi awal peserta didik sebelum memperoleh pembelajaran. Pada kelas eksperimen didapat
nilai rata-rata kelas sebesar 46,82 dan kelas kontrol sebesar 48,57. Berdasarkan perhitungan uji normalitas dan homogenitas data pada kemampuan awal pretest
dari kedua kelompok adalah berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi kemampuan awal kedua kelas adalah sama atau setara.
Oleh karena itu dalam menentukan sampel, baik sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terpancang pada suatu kelas tertentu.
4.3.2 Nilai Kemampuan Akhir Nilai Posttest
Nilai rata-rata peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK kelas eksperimen adalah 76,59 dan nilai
rata-rata peserta didik yang menggunakan model konvensional adalah kelas kontrol adalah 72,18. Data ini juga dihitung normalitas dan homogenitasnya.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa data hasil belajar postets berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data tersebut dihitung dengan
menggunakan uji t-test yang menyatakan hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis TIK lebih efektif daripada model konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK disebabkan oleh beberapa hal. Model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuannya dengan cara menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui diskusi dengan
temannya. Diskusi kelompok yang bertujuan agar siswa dapat menemukan konsep dari hasil analisis pemikiran mereka sendiri.
Menurut Slavin 2005, menyatakan bahwa 1 penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, 2 pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Dalam STAD murid ditempatkan dalam kelompok
belajar beranggotakan empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok
terdapat murid yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Tobuhu 2013 menyatakan tipe STAD didesain untuk memotivasi siswa- siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan
keterampilan yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK dalam pembelajaran IPA dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran koopertaif tipe STAD merupakan pembelajaran
berpusat pada siswa yang dipadukan dengan media TIK. Melalui pembelajaran koopertaif tipe STAD berbasis TIK siswa dapat terlatih untuk menghadapi
masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan secara bersama-sama. Guru hanya sebagai fasilitator, dan pembelajaran berpusat
pada siswa student centered, yaitu sesuai dengan teori belajar kognitif konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student
centered daripada teacher centered. Pembelajaran student centered, siswa melakukan proses aktif dalam
mengkonstruksi gagasan-gagasannya menuju konsep yang bersifat ilmiah.
Temuan Maknun 2007 menyatakan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memiliki dampak positif dalam peningkatan hasil belajar
siswa. Peningkatan hasil belajar siswa juga disebabkan ketepatan media
pembelajaran yang digunakan. Penerapan TIK dalam model STAD sebagai media pembelajaran sangat tepat. Menurut Hamalik 1980, media pembelajaran adalah
alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Pada pembelajaran STAD, siswa dapat secara langsung melihat penyampaian materi oleh guru secara dinamis dan siswa bisa memaparkan
hasil diskusi kepada teman-temannya melalui media TIK. Media TIK yang digunakan adalah Microsoft Power Point yang sudah akrab dengan siswa,
sehingga siswa lebih mudah dalam memaparkan hasil diskusi. Berdasarkan temuan-temuan peneliti dilapangan, siswa lebih tertarik
terhadap perubahan cara belajar yang menggunakan media inovatif di kelas. Terbukti dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis TIK mampu menarik minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Uji peningkatan menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar belajar
kelas eksperimen adalah 0,56 dalam kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol mendapatkan peningkatan 0,46. Selain itu tingkat ketuntasan belajar pada
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan ketuntasan belajar kelas kontrol, pada kelas eksperimen ketuntasan belajar siswa mencapai 91,17,
sedangkan pada kelas kontrol ketuntasan belajar siswa mencapai 61,77.
Meskipun peningkatan kelas kontrol tidak setinggi kenaikan hasil belajar kelas eksperimen, sejatinya kedua kelas mengalami kenaikan hasil belajar.
Sejalan dengan pemikiran Rifa’i 2009: 85 berpendapat bahwa: “hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami
kegiatan belajar”. Ini berarti hasil belajar yang diperoleh kedua kelas penelitian mengalami peningkatan setelah adanya perlakuan yang diterapkan dikelas. Yaitu
penerapan model pembelajaran STAD berbasis TIK pada kelas eksperimen dan pembelajaran yang konvensional pada kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan hasil belajar kedua kelas, menunjukan bahwa kelas yang diajar dengan model pembelajaran STAD berbasis TIK lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar. Bernard 1992: 207, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. Ini berarti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbasis TIK lebih baik dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA.
4.4 Kendala dalam Melaksanakan Penelitian