obesitas, kadar kolesterol tinggi dan infarkmiokard yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.
2.2.1.6. Suku Bangsa
Klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena ada perbedaan yang besar dalam
frekuensi dan beratnya penyakit di antara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun terjadi kontroversi.
Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya penyakit sicklecellanemia,
hemofilia, kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase dan karsinoma lambung.
2.3. Faktor Risiko dan Faktor Protektif
2.3.1. Faktor Risiko Faktor risiko adalah faktor-faktor yang memperburuk keadaan.
Faktor resiko ada 3 tiga, yaitu: 1. Resiko individual, yaitu faktor-faktor individu yang memperburuk
keadaan, contohnya kepribadian, individu yang mudah panik akan membuat keadaan semakin buruk. Atau bisa juga kondisi fisik individu
yang mudah sakit, begitu tertimpa masalah kemungkinan besar ia akan lebih mudah sakit lagi.
2. Resiko keluarga, yaitu faktor-faktor keluarga yang memperburuk keadaan. Misalnya, keluarga yang kurang komunikatif.
Universitas Sumatera Utara
3. Resiko sosial, yaitu faktor-faktor lain yang lebih luas lagi dan lebih kompleks yang dapat memperburuk keadaan. Misalnya, gosip-gosip
tetangga yang memperkeruh masalah.
2.3.2. Faktor Protektif
Faktor protektif adalah, faktor-faktor yang berefek positif bagi individu,yaitu: 1. Protektif individual, yaitu faktor-faktor individu yang berefek positif bagiindividu.
Bisa berupa aspek kepribadian atau fisik individu. 2. Protektif keluarga, yaitu faktor-faktor keluarga yang berdampak positif bagi
individu. Misalnya, keluarga yang komunikatif. 3. Protektif sosial, yaitu faktor-faktor lain yang lebih luas lagi dan lebih kompleks
yang dapat memberi dampak positif bagi individu. Masalahnya adalah, sering kali seseorang lebih memperhatikan faktor resiko
dan tidak menyadari adanya faktor protektif. Padahal banyak hal yang lebih patut disyukuri yang tidak dimiliki oleh orang lain. Terkadang juga kondisi individu,
keluarga, dan sosial bisa berbolak-balik menjadi faktor resiko dan faktor protektif. Semakin baik faktor protektif, maka semakin besar kemungkinan relisiensinya.
A.Diah , 2012.
2.4.Sanitasi Dasar yang Berhubungan Diare
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Notoatmodjo, 2003. Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent
dan host Timmreck, 2004. Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu pendorong terjadinya diare.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan Zubir, 2006.
Seseorang yang daya tahan tubuhnya kurang, maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit tersebut antara lain diare, kolera, campak, tifus, malaria, demam berdarah
dan influensa Slamet, 2002.Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain pada sanitasi jamban, penyediaan air bersihair minum, perumahan, pembuangan sampah
dan pembuangan air limbah Notoatmodjo, 2003 Sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan Azwar, 1990. Sedangkan sanitasi lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di lingkungan tersebut
Notoatmodjo, 2007. Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor yang penting terhadap
terjadinya diare dimana interaksi antara penyakit, manusia, dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
diare. Peranan faktor lingkungan, enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan
epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare Suharyono, 2008. Menurut Anne 2008,lingkungan yang tidak bersih bisa menjadi pemicu
munculnya bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh manusia. Sistem penyebaran diare pada manusia diantaranya melalui air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari pun bila memiliki kebersihan yang minim tanah, bisa membawa bakteri masuk dalam perut dan berdiam di usus besar. Akibatnya, bakteri pembawa diare itu dengan
leluasa menyebar ke seluruh bagian usus manusia dan menginfeksinya, selanjutnya tanah yang kotor dapat menghantarkan bakteri E.coli menuju perut, sehingga selalu
membiasakan mencuci bahan makanan yang akan dimasak dengan bersih sebelum dikonsumsi. Berikut yang bisa ikut membantu penyebaran diare pada manusia adalah
tangan manusia itu sendiri. Tangan yang kotor berisiko mengandung banyak kuman dan bakteri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan
melakukan beragam aktivitas. Kemudian serangga yang menyebabkan penyakit diare sangat menyukai tempat-tempat yang memang kotor. Mereka akan tumbuh dan
berkembangbiak di sana. Laporan Program Pembangunan PBB UNDP mengenai status pencapaian
Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 penduduk Indonesia dapat mengakses
air minum yang layak dan 72,5 memperoleh layanan sanitasi yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Faktanya, hanya 18 penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 mengakses sarana sanitasi yang memadai.
Kemudian untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik yaitu diantaranya dengan mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat, membersihkan ruangan
dan halaman rumah secara rutin, membersihkan kamar mandi dan toilet, menguras, menutup dan menimbun, tidak membiarkan adanya air yang tergenang,
membersihkan saluran pembuangan air, dan menggunakan air yang bersih Arifin, 2009.
2.4.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan