Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Upaya PencegahanTerkena Diare di Kelurahan Sei Sekambing C II Medan Tahun
2014 Upaya Pencegahan
Responden f
Baik 40
64,5 Kurang baik
22 35,5
Total 62
100
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas diketahui bahwa responden paling banyak yang memiliki upaya pencegahan kategori baik tentang kejadian diare pada balita
yaitu sebanyak 40 responden 64,5.
4.2.2 Analisis Bivariat
Variabel-variabel yang diteliti disajikan secara deskripsi dalam distribusi frekuensi, selanjutnya dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat menggambarkan
hubungan masing-masing faktor risiko dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sei Sekambing C II Medan Kecamatan Medan Helvetia menggunakan analisis
tabulasi silang, untuk mengetahui besarnya nilai Odds Ratio OR dengan tingkat kemaknaan statistik nilai p 0,05. Hasil analisis bivariat disajikan sebagai berikut :
4.2.2.1 Karakteristik Responden Tabel 4.13. Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Diare
pada Balita di Kelurahan Sei Sekambing C II Medan Kecamatan Medan Helvetia
Variabel Kasus
Kontrol Total
P value
CL OR
n n
n Pendidikan
Tinggi 26 83,9
25 80,6
51 82,3
0,740 0.338-
4.614 1,248
Rendah 5
16,1 6
19,4 11
17,7
Universitas Sumatera Utara
Total 31
100 31
100 62
100 Tabel 4.13 Lanjutan
Variabel Kasus
Kontrol Total
P value
CL OR
n n
n Pekerjaan
PNSTNIPOLRI 2
6,5 1
3,2 3
4,8 0,733
0,567- 7,216
2,524 Swasta
2 6,5
4 12,9
6 9,7
KaryawanBuruh 2
6,5 3
9,7 5
8,1 Ibu Rumah
Tangga 25 80,6
23 74,2
48 77,4
Total 31
100 31
100 62
100 Penghasilan
Tinggi 23 74,2
20 64,5
43 69,4
0,409 0.213-
1,881 0,632
Rendah 8
25,8 11
35,5 19
30,6
Total 31
100 31
100 62
100 Usia Balita
12-24 18 58,1
16 51,6
34 54,8
0,691 0,389-
2,468 1,025
25-36 9
29,0 11
35,5 20
32,3 37-48
3 9,7
4 12,9
7 11,3
49-59 1
3,2 0,0
1 1,6
Total 31
100 31
100 62
100 Pengetahuan
Tinggi 9
29,0 23 74,2 32
51,6 0,001
0,047- 0,435
0,142 Rendah
22 71,0
8 25,8
30 48,4
Total 31
100 31
100 62
100 Sikap
Baik 22
71.0 16 51,6
38 61,3
0,118 0,153-
1,244 0,436
Kurang Baik 9
29,0 15 48,4
24 38,7
Total 31
100 31
100 62
100
Signifikan pada α0.05 Berdasarkan Tabel 4.13 Variabel pendidikan, responden paling banyak
berpendidikan tinggi pada kelompok kasus ada 26 responden 83,9 sedangkan kelompok kontrol yaitu 25 responden 80,6. Hasil dari analisis bivariat tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR =
Universitas Sumatera Utara
1,248;dengan nilai p = 0,740 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian diare pada balita.
Variabel pekerjaan, responden paling banyak sebagai ibu rumah tangga pada kelompok kasus ada 25 responden 80,6 sedangkan kelompok kontrol yaitu 23
responden 74,2. Hasil dari analisis bivariat tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 2,254; dengan nilai p =
0,740p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka pekerjaan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian diare pada balita. Variabel penghasilan, responden paling
banyak yang berpenghasilan tinggi pada kelompokkasus ada 23 responden 74,2 sedangkankelompok kontrol yaitu 20 responden 64,5. Hasil dari analisis bivariat
tidak ada hubungan antara penghasilan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,632; dengan nilai p = 0,409 p 0,05.Tetapi karena OR 1 maka hubungan
antara penghasilan dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana penghasilan merupakan faktor yang berefek positif melindungi dan faktor yang
menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,632 artinya balita yang memiliki orangtua berpenghasilan
rendahakan berisiko 0,632 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang memiliki orangtua berpenghasilan tinggi. Variabel usia balita paling banyak berusia
12-24 bulan pada kelompok kasus ada 18 balita 58,1 sedangkan kelompok kontrol ada 16 balita51,6. Hasil dari analisis bivariat tidak ada hubungan antara usia balita
dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 1,025; dengan nilai p = 0,691 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka usia balita merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kejadian diare pada balita. Variabel pengetahuan,responden paling banyak pada kelompok kasus ada 22 responden 71,0 berpengetahuan rendah sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan responden yang paling banyak pada kelompok kontrol ada 23 responden 74,2 yang berpengetahuan tinggi . Hasil dari analisis bivariat ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,142 dengan nilai p = 0,001 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana pengetahuan merupakan faktor yang berefek positif melindungi dan faktor yang
menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,142 artinya balita yang memiliki orangtua berpengetahuan
rendah tentang diare akan berisiko 0,142 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang memiliki orangtua berpengetahuan tinggi.Variabel sikap responden paling
banyak yaitu menjawab baik dalam menanggapi berbagai pertanyaan terhadap kejadian diare pada kelompok kasus ada 22 responden 71,0 sedangkan kelompok
kontrol ada 16 responden 51,6. Hasil dari analisis bivariat tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,436 ; dengan nilai
p = 0,118 p 0,05. Tetapi karena OR1 maka hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada balita adalah protektif, karena sikap merupakan faktor yang
berefek positif melindungi dan faktor yang menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,436 artinya balita
yang memiliki orangtua bersikap kurang baik tentang diare akan berisiko 0,436 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang memiliki orangtua bersikap baik.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2Sanitasi Dasar Tabel 4.14. Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare
pada Balita di Kelurahan Sei Sekambing C II Medan Kecamatan Medan Helvetia
Variabel Kasus
Kontrol Total
P value
CL OR
n n
n Sumber Air Bersih
Memenuhi Syarat Fisik
21 67,7 19 61,3 40
64,5 0,596
0,467- 3,766
1,326 Tidak Memenuhi
Syarat Fisik 10
32,3 12 38.7 22 35,5
Total 31
100 31 100 62
100 Sumber Air Minum
Memenuhi Syarat Fisik
5 16,1 13 41,9 18
29,0 0,025
0,081- 0,879
0,266 Tidak Memenuhi
Syarat Fisik 26
83,9 18 58,1 44 71,0
Total 31
100 31 100 62
100 Jamban Sehat
Ya 17
54,8 23 74,2 40 64,5
0,054 0,106-
1,041 0,332
Tidak 14
45,2 8
25,8 22 35,5
Total 31
100 31 100 62
100 Pengelolaan sampah
Memenuhi Syarat 7
22,6 17 54,8 24 38,7
0,009 0,080-
7,721 0,240
Tidak Memenuhi Syarat
24 77,4 14 46,2 38
61,3
Total 31
100 31 100 62
100 SPAL
Memenuhi Syarattertutup
4 12,9 19 61,2 23
37,1 0,001
0,026- 0,335
0,094 Tidak Memenuhi
Syaratterbuka 27
88,1 12 38,8 39 62,9
Total 31
100 31 100 62
100
Signifikan pada α0.05 Berdasarkan Tabel 4.14 Variabel sumber air bersih, responden paling banyak
yang memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat fisik pada kelompok kasus
Universitas Sumatera Utara
ada 21 responden 67,7 sedangkan kelompok kontrol ada 19 responden 61,3. Hasil dari analisis bivariat tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan
kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 1,326; dengan nilai p = 0,740p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka sumber air bersih merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kejadian diare pada balita.Nilai OR yang diperoleh 1,326 artinyayang tidak memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat fisik akan berisiko 1,326 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat fisik.Variabel sumber air minum, responden paling banyak pada kelompok
kasus ada 26 responden 83,9 yang memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat fisik sedangkan kelompok kontrol ada 18 responden 58,1. Hasil
dari analisis bivariat ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,266; dengan nilai p = 0,025 p 0,05. Tetapi karena
OR 1 maka hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana sumber air minum merupakan faktor yang berefek positif
melindungi dan faktor yang menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,266 artinya yang tidak
memiliki sumber air minum memenuhi syarat fisik akan berisiko 0,266 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki sumber air minum yang memenuhi syarat
fisik. Variabel jamban sehat, responden paling banyak yang memiliki jamban sehatpada kelompok kasus ada 17 responden 54,8sedangkan kelompok kontrol
ada 23 responden 74,2. Hasil dari analisis bivariat tidak ada hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
jamban sehat dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,332;dengan nilai p = 0,054 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara jamban sehat
dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana kepemilikan jamban sehat merupakan faktor yang berefek positif melindungi dan faktor yang menguntungkan
atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,332 artinya yang tidak memiliki jamban sehat akan berisiko 0,332 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki jamban sehat.Variabel pengelolaan sampah, responden paling banyak pada kelompok kasus ada 24 responden 77,4
melakukanpengelolaansampah yang tidak memenuhi syarat kesehatansedangkan kelompok kontrol yang paling banyak ada 17 responden 46,2 melakukan
pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil dari analisis bivariat ada hubungan antara pengelolaan sampahdengan kejadian diare pada balita dengan hasil
OR = 0,240;dengan nilai p = 0,009 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana
pengelolaan sampah merupakan faktor yang berefek positif melindungi dan faktor yang menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare.
Nilai OR yang diperoleh 0,240 artinya yang tidak melakukan pengelolaaan sampah akan berisiko 0,240 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang melakukan
pengelolaan sampah. Variabel saluran pembuangan air limbah,responden paling banyak memiliki SPAL pada kelompok kasus ada 27 responden 88,1 memiliki
SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatanterbuka sedangkan kelompok kontrol
Universitas Sumatera Utara
ada 19 responden 38,8 memiliki SPAL yang memenuhi syarat kesehatantertutup. Hasil dari analisis bivariat ada hubungan antara SPAL dengan
kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,094 dengan nilai p = 0,001 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara SPAL dengan kejadian diare pada balita
adalah protektif dimana ketersediaan SPAL merupakan faktor yang berefek positif melindungi dan faktor yang menguntungkan atau mengurangi karena bersifat
menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,094 artinya yang memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatanterbuka akan berisiko 0,094 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan yang memiliki SPAL tertutup.
4.2.2.3 Upaya Pencegahan Tabel 4.15. Hubungan Upaya Pencegahan dengan Kejadian Diare