dibuang dengan benar. Variabel upaya pencegahan, responden paling banyak yang melakukan upaya pencegahan diare dengan baikpada kelompok kasus ada 17
responden 54,8sedangkan kelompok kontrol lebih banyak yaitu 23 responden 74,2. Hasil dari analisis bivariat ada hubungan antara melakukan upaya
pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,821;dengan nilaip = 0,004 p0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara upaya
pencegahan kejadian diare dengan kejadian diare pada balita adalah protektif dimana melakukan upaya pencegahan kejadian diare merupakan faktor yang berefek positif
melindungi dan faktor yang menguntungkan atau mengurangi karena bersifat menghambat penyakit diare. Nilai OR yang diperoleh 0,821 artinya yang melakukan
upaya pencegahan kejadian diare kurang baik akan berisiko0,821 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang melakukan upaya pencegahan diare dengan baik.
4.2.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik berganda dengan menggunakan metode Enter untuk menguji variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji apakah ada hubungan pengetahuan, sumber air minum, pengelolaan sampah, ketersediaan saluran
pembuangan air limbah, cuci tangan pakai sabun, memberikan ASI hingga dua tahun, membuang tinja balita dengan benar dan upaya pencegahan kejadian diare terhadap
kejadian diare pada balita.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16Hasil Analisis Multivariat Variabel
B Wald
p value OR 95 CI
Pengetahuan 2,703
5,140 ,003
11,245 3,457;96,216 Sampah
1,492 5,067
,024 2,673 0,658;44,261
CTPS 1,695
4,704 ,030
7,391 2,542;88,254 ASI
1,148 5,373
,020 2,392 0,955;63,623
Tinja 0,932
5,476 ,019
2,412 0,985;37,216 Upaya Pencegahan Diare
3,383 10,124
,001 8,265 3,265;90,254
Constant -7,418
11,405 ,000
-2 Log Likelihood = 26,140 Overall Percentage =93,5 p-Value=0,001
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α
0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis regresi slogistik, variabel Pengetahuan diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR
sebesar 11,245 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 3,457 sampai 96,216. Sehingga dapat disimpulkan balita yang memiliki orang tua yang pengetahuannya
tentang diare rendahmempunyai kemungkinan 11,245 kali terkena diare. Variabel pengelolaan sampah diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR
sebesar 2,673 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 0,658 sampai 44,261 sehingga dapat disimpulkan bahwa yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah
akan mempunyai kemungkinan 2,673 kali terkena diare dibandingkan yang memiliki tempat pembuangan sampah.
Variabel cuci tangan pakai sabun diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR sebesar 7,391 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 2,542 sampai 88,254
sehingga dapat disimpulkan bahwa yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum melakukan aktivitas maka akan mempunyai kemungkinan 7,391 kali terkena
diare dibandingkan dengan yang melakukan cuci tangan pakai sabun.
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang memberikan ASI hingga usia dua tahun diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR sebesar 2,392 pada Confidence Interval 95 yaitu antara
0,955 sampai 63,623 sehingga dapat disimpulkan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI hingga berusia dua tahun akan mempunyai kemungkinan 2,392
kali terkena diare dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI hingga usia dua tahun.
Variabel membuang tinja balita dengan benar diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR sebesar 2,412 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 0,985
sampai 37,216 sehingga dapat disimpulkan bahwa balita yang tinjanya dibuang dengan tidak benar mempunyai kemungkinan terkena diare 2,412 kali dibandingkan
dengan balita yang tinjanya dibuang dengan benar. Secara keseluruhan model ini memprediksi besartinggi rendahnya pengaruh terhadap kejadian diare sebesar 93,5
overal persantage 93,5. Variabel upaya pencegahan diare diperoleh nilai Exp B atau Odd RasioOR
sebesar 8,265 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 3,265 sampai 90,254sehingga dapat disimpulkan bahwa yang tidak melakukan upaya pencegahan
diare akan mempunyai kemungkinan 8,265 kali terkena diare dibandingkan dengan yang melakukan upaya pencegahan diare.
Maka model akhir regresi logistik ganda terdiri dari Pengetahuan, Pengelolaan sampah, Cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI hingga dua tahun, dan Pembuangan
tinja dengan benar. Persamaan model regresi logistik di atas adalah : Kejadian Diare pada Balita = -7,418 + 2,703 pengetahuan + 1,492sampah + 1,659
CTPS + 1,148 ASI + 0,932 tinja + 3,383 upaya pencegahan
Universitas Sumatera Utara
Probabilitas individu untuk mengalami kejadian diare berdasarkan nilai-nilai prediktor dihitung dengan persamaan :
�� =
1 1+�
−β0+β1X1+ β2X2 + ……+ βiXi
Maka probabilitas kejadian diare pada balita berdasarkan nilai-nilai prediktor adalah : �� =
1 1+�
−−7,418+2,7031+1,4921+1,6951+1,1481+0,9321+3,383 1
��
=
1 1,02
Artinya, probabilitas untuk terkena diare berdasarkan nilai-nilai prediktor yaitu pengetahuan, pengelolaan sampah, CTPS, pemberian ASI Eksklusif,
pembuangan tinja balita dengan benar dan upaya pencegahan adalah sekitar 98,0 sedangkan sekitar 2 dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel yang paling dominan
adalah pengetahuan dengan hasil multivariat OR = 11,245 p = 0,003.
Pz = 0,98
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Karakteristik Masyarakat yang Berhubungan terhadap
Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Sei Sekambing C II Medan Tahun 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan karakterisitik responden berdasarkanumur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku
bangsa, karakteristik balitausia balita, dan jenis kelamin balita terhadap kejadian
diarepada balita.
Pada penelitian ini dilakukan maching pada variabel umur responden kasus dan kontrol didapatkan 3 kelompok umur yaitu kelompok umur 20 tahun, kelompok
umur 20-30 tahundan 30 tahun. Pada balita faktor risiko terjadinya diare selain faktor intrinsik dan ekstrinsik
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya, jadi
apabila ibu balita atau pengasuh balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak dapat dihindari. Makin muda 20 tahun
dan makin tua 30 tahun umur ibu rumah tanggapengasuh balita merupakan faktor risiko kejadian diare balita Sintha, 2006.
Variabel pendidikan responden dikategorikan 2 tingkat pendidikan yaitupendidikan tinggi
≥ SMP dan pendidikan rendah ≤ SMP.
112
Universitas Sumatera Utara