BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
Pada proses selanjutnya sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul antara guru dan murid saja, melainkan berada pada satu tatanan yang
rumit dan saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang lebih profesional .
Kegiatan lain organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia SDM yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
bermutu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi demi terlaksananya
pembangunan bangsa. Kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009
meliputi peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan
pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang
cacat. Sampai dengan tahun 2003 masih banyak anak usia sekolah yang tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat mengikuti pendidikan sebagaimana diharapkan. Anak usia 7 sampai dengan 15 tahun yang belum pernah sekolah sekitar 693,7 ribu orang 1,7. Sementara
itu yang tidak bersekolah lagi baik karena putus sekolah maupun karena tidak melanjutkan dari SDMI ke SMPMTs ke jenjang pendidikan menengah sekitar
2,7 juta orang atau 6.7 persen dari total penduduk usia 7-15 tahun. Secara kumulatif jumlah siswa putus sekolah pada tahun 1999 – 2000
mencapai 1,39 juta untuk jenjang SDMI 535,7 ribu untuk jenjang SMPMTs dan 352,6 ribu untuk jenjang SMASMKMA. Disparitas partisipasi sekolah juga
masih cukup tinggi antara kelompok masyarakat. Salah satu kesenjangan terbesar adalah antara partisipasi pendidikan penduduk kaya dan penduduk miskin.
Sebagai gambaran pada rta-rata Angka Partisipasi Kasar APK jenjang SMPMTs sebesar 81,08 persen, APK kelompok terkaya Quintile telah mencapai 99,51
persen sementara APK kelompok termiskin Quintile baru mencapai 61,13 persen Juknis BOS : 2001.
Keadaan tersebut perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak dari setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan sekaligus untuk
mencapai sasaran Program Waji Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Sasarannya antara lain diukur dengan tercapainya APK jenjang SMPMTs sebesar 95 persen
pada tahun 2008, serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam kesepakatan internasioanl seperti Education For All EFA dan Millenium
Development Goals MDGs yaitu memberikan pendidikan yang merata pada
Universitas Sumatera Utara
semua anak, dimana pun, laki-laki dan perempuan, minimal sampai jenjang pendidikan dasar.
Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompojk miskin adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun
tidak langsung. Biaya langsung meliputi iuran sekolah, buku, seragam, dan alat- alat tulis. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya tidak langsung adalah biaya
transportasi, kursus, uang saku dan biaya-biaya lainnya. Sejak tahun 1998, untuk mencegah dampak negative krisis ekonomi bagi
masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan, pemerintah melakukan program Jaring Pengaman Sosial JPS. Melalui program JPS Bidang Pendidikan
Pemerintah memberikan bea siswa secara besar-besaran kepada siswa dari keluarga miskin, sebanyak 1,8 juta siswa SDMI, 1,6 juta siswa SMPMTs dan
500 ribu siswa jenjang sekolah menengah. Sejak tahun 2001 jumlah penerima beasiswa terus ditingkatkan dengan adanya tambahan sumber biaya dari program
Kompensasi pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak PKPS-BBM. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan Bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut
Maka Pemerintah Wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar SDMISDLB dan SMPMTsSMPLB serta
satuan pendidikan yang sederajat.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka peserta didik tingkat pendidikan dasar akan dibebaskan dari beban biaya
operasional sekolah. Biaya operasioanal sekolah yang langsung dikelola oleh sekolah meliputi biaya untuk pendaftaran, iuran bulanan sekolah, biaya ujian,
bahan dan biaya praktek. Biaya tersebut di atas tidak termasuk untuk biaya investasi seperti penyediaan sarana dan prasarana sekolah, gaji guru, dan tenaga
kependidikannya lainnya serta biaya untuk peningkatan mutu guru. Sejalan dengan pengurangan subsidi bahan bakar minyak, pada tahun
2005 pemerintah Indonesia memprogramkan pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bagi sekolah SDMISDLBSMPMTsSMPLB baik
sekolah negeri maupun swasta. Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM PKPS-BBM yang
dilaksanakan mulai bulan juli 2005, meliputi 3 jenis kegiatan yaitu : a Bantuan Operasional Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Dasar Luar Biasa
Salafiyah atau Sekolah non-Islam setara SD Negeri dan Swasta, b Bantuan Operasional Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Sekolah Salafiyah atau Tsanawiyah sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Sekolah Salafiyah atau sekolah non-Islam setara
SMP negeri dan swasta, c Bantuan Khusus Murid BKM untuk siswa Sekolah MenengahAtas Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah Sekolah
Menengah Luar Biasa negeri dan swasta.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pelaksanaan PKPS-BBM bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan. Penerapan PKPS-BBM masih dilakukan
dengan interprestasi yang berbeda pada tiap sekolah yang mendapatkan dana dari program tersebut dan malah ada sekolah yang masih juga melakukan pungutan
untuk biaya pelaksanaan pendidikan walaupun dana yang diterima dari program tersebut melebihi besarnya SPP yang diterima dari siswa dan ini tentu saja akan
menjadi beban bagi peserta didik. Sehingga akan terpatri dipikirkan bahwasanya pendidikan itu sangatlah mahal.
Sebenarnya penyimpangan dari PKPS-BBM tidak perlu terjadi seandainya saja pemerintah dan juga pihak sekolah mau dengan serius
melaksanakan program tersebut dengan sebaiknya. Ini dapat saja terlaksana apabila dalam proses pendistribusiannya pihak sekolah dan komite sekolah
melakukan kerjasama. Sekolah Dasar Negeri 060820 Kecamatan Medan Kota yang merupakan
salah satu jenjang pendidikan pada pendidikan dasar yang beralamat di jalan H. Bahrum Jamil, SH No.1c Kecamatan Medan Kota merupakan salah satu sekolah
yang menerima dana dari PKPS-BBM. Penerimaan dana dari program PKPS- BBM merupakan salah satu upaya yang dilakukan sekolah tersebut untuk
memudahkan siswa dalam pembiayaan pendidikannya. Artinya dengan diterimanya dana tersebut maka diharapkan para siswa akan lebih dapat
berkonsentrasi dalam belajar sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil
Universitas Sumatera Utara
belajarnya. Dimana nantinya dengan adanya peningkatan hasil belajar akan lebih meningkatkan mutu lulusan dari sekolah tersebut.
Namum fenomena yang berkembang menunjukkan bahwa implementasi manajemen dana Bantuan Operasional Sekolah BOS bahwa pihak sekolah
kurang maksimal dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan dalam pengelolaan dana BOS tersebut. Sekolah
cenderung hanya terfokus pada arahann dari Dinas Pendidikan dalam hal pengalokasian dana BOS tersebut. Hal ini menyebabkan implementasi dana BOS
tersebut terhadap program sekolah terindikasi kurang optimal.
1.2. Perumusan Masalah