Gerakan Politik DPW PKS DKI Jakarta dalam Pemenangan Pilkada
umum faktor kekalahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu factor internal dan factor ekternal.
a. Faktor Internal Partai
Faktor internal kekalahan PKS dalam pilkada di DKI Jakarta yaitu:
1 Terpaan Badai Korupsi
Korupsi oleh pengurus partai merupakan penyebab turunnya elektabilitas PKS yang berakibat pada kekalahan calon gubernur dan calon
wakil gubernur yang diusung pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 yaitu kasus yang menimpa salah satu petinggi PKS Presiden Partai, Luthfi
Hasan Ishaq LHI yang ditahan oleh KPK karena diduga menerima suap kuota impor daging sapi, meskipun peristiwa penetapannya sebagai
tersangka dan penahanannya menyimpan banyak keganjilan. Masalah korupsi ini melahirkan beberapa analisis para pengamat
politik didasarkan pada kekalahan PKS pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang hanya mendapatkan 11 suara
– padahal sudah menurunkan tokoh nasional Hidayat Nur Wahid, jauh dari perolehan suara
pada Pemilukada sebelumnya tahun 2007, yaitu 44. Tren menurunnya perolehan suara PKS pada Pemilukada terakhir diprediksikan oleh para
pengamat bahwa PKS akan semakin terpuruk menghadapi Pemilu tahun 2014 mendatang, sebab DKI Jakarta adalah barometer eksistensi dan
elektabilitas sebuah partai politik. Bahkan sebagian pengamat
memprediksikan PKS
tidak mampu
mencapai batas electoral
threshold 3,5, artinya PKS akan tidak bisa ikut Pemilu, bisa jadi bubar dan tidak ada lagi kelanjutan sejarah partai fenomenal ini atau kembali
kepada habitat semula; menjadi gerakan sosial. 2
Kurang efektifnya Komunikasi Politik yang dibangun Buruknya komunikasi politik PKS juga diduga memberikan
kontribusi terhadap kekalahan tersebut. Komunikasi politik memiliki peran penting dalam proses dan gerakan politik.
Kurang efektifnya PKS dalam komunikasi politik ini misalnya didasarkan pada analisis salah satu Kedernya Sapto Waluyo dalam
pernyataan berikut ini:
63
“Manuver dan pernyataan elite PKS yang memancing kontroversi. PKS berperilaku bak debt collector yang main ancam demi
mencapai kepentingan politiknya. Setiap pernyataan dan manuver elite PKS ternyata tak diukur manfaat dan mudharatnya terlebih
dulu. Karena itu, PKS mengusulkan figur nonpartai. Ini seperti merendahkan posisi PKS sendiri, betapa manuver berkoalisi tanpa
daya tawar yang memadai. Ketiga contoh itu mencerminkan betapa buruknya komunikasi politik sebagian elite PKS. Kapasitas
PKS sebagai learning
organization mulai diragukan.
Sesungguhnya, PKS telah „dihukum‟ publik dan pemilih yang kritis
dengan „kekalahan‟ di Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan kota- kota besar lain.
„Jurus dewa mabuk‟ sebagian elite PKS dan iklan yang warna-warni. Target nasional 20 persen suara masih terlalu
jauh dari jangkauan karena kesalahan strategi. Bahkan, prediksi yang realistik 12-15 persen suara pun tak tercapai.
b. Faktor Ekternal Partai
Hasil analisis tersebut dilakukan abaik oleh pihak internal PKS mapun oleh pihak ekternal PKS. Hasil analisis yang dikalukan oleh pihak
internal partai seperti dikemukakan oleh Ketua DPP PKS, Jazuli Juwaeni yang dimuat di detik.com. Mesin PKS sudah bekerja maksimal. Pak
Hidayat sebagai cagub juga telah bekerja dan berikhtiar secara maksimal. Namun perolehan suara sementara lewat hitungan cepat menempati urutan
ke-3. Dibanding Pilgub sebelumnya, terkesan suara PKS menurun, tapi itu tidak bisa serta merta kita simpulkan gembos,
64
63
Sapto Waluyo, Evaluasi untuk PKS: antara Rakus dan Kepercayaan Diri Berlebihan http:www.itoday.co.idpolitik-nasionalpolitikevaluasi-untuk-pks-antara-rakus-dan-
kepercayaan-diri-berlebihan
64
Lima Analisis PKS Atas Kegagalan di Pilgub DKI, tersedia online di http:news.detik.comberita19633845-analisis-pks-atas-kegagalan-di-pilgub-dki
Jazuli memberikan penjelasan mengapa suara PKS kali ini menurun dari sebelumnya. Dia memberikan 5 analisis penyebabnya:
65
1 Pilgub sebelumnya hanya diikuti 2 kandidat, suara tidak terlalu pecah-
pecah. 2
Semakin sering Pilkada dilaksanakn di Indonesia, masyarakat terpolarisasi secara pragmatis.
3 Persoalan DPT juga menjadi penyebab yang sangat signifikan. Karena
besar kemungkinan by design. Dimana potensi pemilih kandidat tertentu tidak terdaftar di DPT. Daerah-daerah basis PKS pada Pilgub
dan Pemilu sebelumnya banyak yang tidak terdafar. 4
Netralitas PNS dan birokrasi masih sangat menyedihkan. Banyak timses Hidayat diintimidasi. Bahkan atribut malam dipasang besoknya
sudah hilang. 5
PKS tidak melakukan money politics karena bertentangan dengan UU. Berdasarkan lima faktor penyebab kekalahan HNW-Didik yang
dilontarkan oleh Jazuli Zuwaeni keempatnya adalah faktor eksternal, hanya satu faktor dari internal yaitu PKS menurutnya bersih dari politik
uang. Tentunya kajian mendalam tentang kekalahan PKS tidak diungkap semua yang sebagian dikonsumsi oleh internal, tetapi saya sendiri
memiliki beberapa analisis faktor penyebab kemerosotan PKS. Pilkada DKI Jakarta adalah mercusuar dari demokrasi di
Indonesia, sebagai pusat pemerintahan partai secara cermat harus menyadari bahwa menjadi kontestan di DKI Jakarta bukan dalam kapasitas
mengumpulkan logistik atau merebut basis kekuasaan daerah sebagaimana orientasi parpol pada pilkada di daerah lain. Pilkada DKI Jakarta hadir
dalam sorot media yang begitu besar, sehingga masyarakat memperoleh banyak informasi yang berimbang, terutama melalui jejaring sosial dan
koran online dan televisi. Semestinya kesempatan ini dimanfaatkan parpol
65
Jazuli Juwaeni, 5 Analisis PKS Atas Kegagalan di Pilgub DKI, tersedia online di http:news.detik.comberita19633845-analisis-pks-atas-kegagalan-di-pilgub-dki