Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik Di Media Sosial Jelang Pemilu 2014

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) SECARA EKSPRESI SIMBOLIK DI MEDIA SOSIAL JELANG

PEMILU 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ACHMAD FURQON NIM. 109051000047

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EKSPRESI SIMBOLIK IKLAN KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI MEDIA SOSIAL JELANG PEMILU 2014 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 3 Oktober 2013skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 3 Oktober 2013 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19710816 199703 2 002

Penguji I Penguji II

Siti Nurbaya, M.Si Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

NIP: 19790823 200912 2 002 NIP: 19750318 200801 1 008

Dosen Pembimbing

Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si NIP: 19760812 20051 1 005


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2013


(5)

i ABSTRAK

ACHMAD FURQON

Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014.

Maraknya komunikasi politik di media sosial menunjukkan kesadaran partai politik untuk dapat memenangi suara dari para pemilih dengan menggunakan media massa yang juga dipertimbangi oleh efisiensi dan keefektifannya dalam menjangkau masyarakat luas. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berkampanye dengan menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, dan website.

Adapun rumusan masalahnya adalah pertama Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif 2014 dan yang kedua Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial Jelang Pemilu Legislatif 2014.

Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan. Adapun responden yang diwawancarai adalah Mardani Ali Sera Ketua DPP PKS Jakarta dan Alif Chandra Irawan Humas DPP PKS Jakarta, dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen DPP PKS dan upload video iklan politik PKS melalui internet.

Dalam melihat konstruksi citra yang dibangun PKS melalui iklan politiknya, teori yang tepat adalah teori konstruksi sosial media massa yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan teori performa komunikatif yang diperkenalkan oleh Pacanowsky danO’DonnelTrujillo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PKS mempunyai grand design dalam memanfaatkan iklan politiknya di media sosial, yaitu PKS ingin merubah image politik, bahwa PKS merupakan partai yang ekslusif dan partai untuk Islam fundamental. Bersamaan dengan itu, formula yang dipakai oleh PKS dalam membuat strategi kreatif iklan kampanyenya dimedia sosial adalah adanya exposure dan bisa memanfaatkan momentum untuk bisa “menunggangi” gelombang yang sedang banyak dibicarakan. Menggunakan tokoh dan membuat isu politik terkini yang sesuai dengan ideologi politik dan slogan baru PKS lalu diangkat ke media sosial seperti facebook, twitter dan website adalah salah satu strategi komunikasi politik PKS untuk membentuk citra, image dan brand baru PKS di Pemilu legislatif 2014 mendatang.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdullilahirabil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Komunikasi Politik Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014”.

Walaupun dalam perjalanannya banyak hambatan dan rintangan yang penulis dapatkan, namun banyak pihak yang turut berjasa atas terselesaikannya skripsi ini. Maka dari itu, izikanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil, kepada:

1. Orang tua penulis tercinta, bapak H. Fathi dan ibu Mardiana Maulani S.Pd, serta adik kandung Ahmad Faathir yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dukungan dan semangat, yang tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik;

2. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bpk. Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study Rizal, LK, M. Ag.

3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Umi Musyarofah, Ma selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang terus menerus seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada beliau, semoga


(7)

iii

Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat kepada beliau beserta keluarga.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya untuk Drs. Masran, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sangat berjasa dalam membantu skripsi ini. Serta semua dosen yang telah mengajarkan dan mendidik ilmu pengetahuan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Ilam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Pihak Partai Keadilan Sejahtera, Ketua DPP PKS, Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng dan Chandra Alif Indrawan selaku Humas DPP PKS yang telah senantiasa meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber penulis dan memberikan data-data yang penulis butuhkan;

8. Yudid Dwi Septyarini yang telah memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Terima kasih

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak.

Wassalamuia’laikum Wr.Wb.

Jakarta, 3 Oktober 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...…....i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI………..………..iv

DAFTAR TABEL………...…..……..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..………….1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ……….…6

C. Manfaat Penelitian ………...………8

D. Metodologi Penelitian………..9

E. Tinjauan Pustaka………..13 F. Sistematika Penulisan………...14 BAB II KAJIAN TEORI MEDIA SOSIAL A. Teori Konstruksi Sosial ………16 B. Teori Performa Komunikatif ………22

C. Konseptualisasi Komunikasi Politik ……...………..…26

D. KonseptualisasiStrategi Komunikasi Politik ……...………30

E. KonseptualisasiEkspresi Simbolik ………...…...37

F. Konseptualisasi Media Sosial……...………40

G. Konseptualisasi Kampanye Politik……….………..47


(9)

v

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Partai Keadilan Sejahtera

1. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera ………61

2. Kerangka Landasan Ideologi Partai………...65

3. Prinsip Dasar Partai Keadilan Sejahtera ……….67

4. Visi dan Misi ………..97

5. Karakteristik Partai Keadilan Sejahtera ……….68

6. Lambang PartaiKeadilan Sejahtera ………...69

B. Data Suara PKS Pada Pemilu 2009 …………...………..72

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu 2014………..…….76

B. Kampanye PKS………85

C. Komunikasi Politik PKS………..96

D. Strategi Komunikasi Politik Kampanye PKS di Media Sosial ……….101

E. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial ……….109

F. Makna Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial………...122


(10)

H. Respon Netizen Terhadap Komunikasi Poltik PKS di

Media Sosial………...…129

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….134

B. Saran-saran……….135

DAFTAR PUSTAKA……….136


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Aspek Pembeda Antara Kampanye dengan Propaganda…………54

Tabel 2 : Seleksi Media Kampanye………57

Tabel 3 : Media yang Dijadikan Saluran Kampanye………..58

Tabel 4 : Hasil Suara Pada Pemilu 2009……….73 Tabel 5 : Perkiraan Citra dan Tema PKS Pada Pemilu 2004 dan 2009.……..80

Lampiran Tabel

Tabel 1 : Hasil Penghitungan Suara Sah Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif Tahun 2009………. 141

Tabel 2 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Twitter………144

Tabel 3 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Facebook………145


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menilisik sedikit mengenai partai politik, pastinya harus mengetahui apa yang dimaksud dengan latar belakang partai politik. Partai politik merupakan sebuah institusi yang dianggap penting dalam sistem demokrasi modern. Dengan kata lain, para politisi, terutama partai politik, telah didesak

sedemikian rupa untuk mempertimbangkan “selera pasar”, dalam hal ini masyarakat, khususnya ketika melakukan kampanye politik.1

Di saat banyaknya bermunculan partai-partai, munculah partai PKS yang ikut mewarnai dunia perpolitikan di Indonesia. Partai ini mencoba meraih simpati masyarakat dengan konsep Islam yang mereka usung. Sehingga di awal kemunculan partai ini, banyak yang memprediksikan bahwa PKS mempunyai prospek yang bagus untuk masa depan.

Namun perjalanan ini tidaklah mudah, setelah kegagalan Partai Keadilan, yaitu partai pendahuluan PKS, pada pemilu 1999 dengan perolehan suara 1,5%, kinerja elektoral partai ini meningkat secara dramatis sampai 7,3% dan 45 kursi Parlemen pada tahun 2004, kemudian mengkonsolidasikan dengan perolehan suara 7,9% dan 57 kursi pada pemilu 2009.2

1

Firmanzah, Ph. D., “Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi., (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2008)., h. 43.

2


(13)

2

Gencarnya iklan politik partai PKS merupakan salah satu bentuk propaganda yang efektif dalam membangun citra politik partai Islam. Sejumlah iklan yang dibuat ingin merubah citra PKS dari partai ekslusif (tertutup) menjadi partai inklusif (terbuka). Dalam iklan pahlawan misalnya, ditampilkan sejumlah tokoh politik nasional hingga tokoh agama dengan harapan PKS bisa merangkul semua kepentingan. Iklan-iklan PKS juga mencitrakan bahwa PKS bukanlah partai lokal namun partai yang berskala nasional, partai yang layak menjadi pilihan seluruh masyarakat di Indonesia dari segala lapisan masyarakat.

Pada kenyataannya, PKS sedang berusaha untuk meraih lapangan pemilih yang lebih luas, dengan menggunakan platform politik yang berdasarkan pemerintahan yang bekerja berdasarkan cinta untuk membentuk sebuah harmoni, sesuai dengan slogan barunya menjelang Pemilu legislatif 2014.

Jika melihat pada pemilu 1999, anggota dewan dari Partai Keadilan di DPR hanya 7 orang. Pada pemilu 2004 PKS telah menempatkan 45 orang di DPR.3 Dengan jumlah kader lebih dari 975.000 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia serta mengoptimalkan peran media yang bisa dilihat dari iklan-iklan PKS yang semakin banyak baik di media cetak maupun elektronik PKS pasang target nasional 20% pada pemilu 2009. Apalagi pengalaman pada tahun 2004 dengan jumlah kader 450.000 dan biaya penggunaan media

3

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS (Jakarta: DPP PKS, 2004), Cet. II. 20


(14)

untuk kampanye yang jauh lebih dari sedikit, PKS berhasil menaikkan suara sampai lebih dari lima kali lipat.4

Guna mencapai tujuan jangka panjang dan menengah, partai politik membutuhkan strategi yang bersifat jangka panjang maupun jangka menengah. Menurut Firmansyah strategi partai dapat dibedakan dalam beberapa hal. Pertama strategi yang terkait dengan penggalangan dan mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik ataupun selama periode pemilihan umum. Strategi ini penting dilakukan untuk memenangkan perolehan suara yang mendukung kemenangan suatu partai politik. Kedua strategi partai politik untuk berkoalisi dengan partai lain. Ketiga, strategi partai politik dalam mengembangkan dan memberdayakan organisasi politik secara keseluruhan. Strategi-strategi tersebut merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.5

Kebijakan umum partai yang telah ditetapkan pada munas PKS tahun 2005. Program-program tahunan dalam satu periode ini bisa dianggap sebagai strategi jangka panjang sebagaimana konsep yang dikemukakan oleh Firmanzah di atas. Adapun program tahunan tersebut selanjutnya di bagi menjadi empat item dalam satu periode: (1) Tahun konsolidasi partai; (2) Tahun pembinaan; (3) Tahun perluasan jaringan dan penokohan; (4) Tahun pemenangan pemilu; dan (5) Tahun evaluasi.6 Kemudian menyikapi tahun

4

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS 11-19

5

Firmanzah, “Marketing politik; Antara Pemahaman dan Realitas”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.109

6

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS (Jakarta: DPP PKS, 2004), Cet. II, h. 21


(15)

4

keempat sebagai tahun pemenangan pemilu, PKS membagi satu tahun ini menjadi empat tahapan aksi pemenangan pemilu. Empat tahapan aksi dalam tahun pemenangan pemilu ini bisa dikatakan sebagai strategi jangka pendek sebagai kelanjutan strategi jangka panjang partai dalam satu periode kepengurusan.

Adapun program-program dalam tahun pemenangan pemilu adalah pertama, PKS mendengar, yaitu kader PKS turun ke bawah dalam artian terjun langsung ke masyarakat untuk mendengar aspirasi, apa yang dikeluhkan dan diinginkan oleh masyarakat. PKS mendengar ini merupakan sarana komunikasi partai dengan masyarakat atau konstituen langsung dari rumah sendiri. ke rumah atau disebut komunikasidoor to door.7

Kedua, PKS mengajak. Karena PKS tidak mungkin menangani semua permasalahan dan tuntutan yang ada di masyarakat, maka PKS mengajak orang-orang atau pihak-pihak yang bisa diajak bekerja sama untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Ketiga, PKS berbicara. Berbicara kepada masyarakat dengan berdasarkan platform partai sebagai tindak lanjut dari PKS mengajak. Keempat, PKS menang. Artinya dari program- program yang telah dilakukan oleh kader PKS di tengah-tengah masyarakat, maka diharapkan terwujudnya simpati masyarakat. Bentuk dari simpati masyarakat inilah yang diharapkan membantu tercapainya target PKS dalam memenangi pemilu 2009.

7


(16)

Dalam menjalankan empat tahapan aksi pemenangan pemilu tersebut di atas, PKS menggunakan tiga strategi komunikasi politik. Pertama adalah komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi langsung kader PKS dengan masyarakat dari rumah ke rumah atau istilah lainnya door to door. Kedua yaitu membuka simpul-simpul massa dengan melakukan komunikasi publik, yang dilakukan oleh calon legislatif (caleg) dengan warga masyarakat atau khalayak umum di tempat terbuka. Dan ketiga adalah komunikasi massa melalui media dalam rangka membangun opini publik.8

Strategi komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh para kader PKS merupakan bentuk komunikasi langsung kepada masyarakat dengan cara door to door. Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok kecil dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.9

Jika berbicara sedikit mengenai kasus PKS, hal ini dianggap sangat penting karena beberapa faktor. Pertama karena, perkembangan partai tersebut bisa dikatakan fenomena elektoral yang luar biasa, khususnya pada pemilu tahun 2004 ketika PKS mengalami peningkatan dukungan hampir sebesar 500%. Kemudian dengan perolehan suara 7,89% pada pemilu 2009, PKS adalah satu-satunya partai yang berhasil meningkatkan perolehan suara dari pemilu sebelumnya.10

8

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS (Jakarta: DPP PKS, 2004), Cet. II, h.22

9

Devito, Joseph,”Komunikasi Antara Manusia”, (Jakarta: Profesional Books Edisi

terjemahan oleh Agus Maulana 1997), h.4

10


(17)

6

Perkembangan PKS tanpa dukungan dari salah satu ormas Islam Indonesia yang besar juga menunjukkan bahwa persimpangan agama Islam dengan dunia politik di Indonesia pada jaman sekarang semakin melebar dan semakin kompleks.11

Berangkat dari latar belakang dan masalah diatas maka peneliti mengajukan penelitian ilmiah dengan judul "Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014". Adapun yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengangkat judul tersebut adalah dikarenakan strategi komunikasi politik PKS yang cukup unik dalam mengekspresikan kampanyenya secara simbolik di media sosial untuk meyakinkan calon pemilih terutama oleh kalangan pemilih umat Islam pada elektabilitas suara menjelang Pemilu Legislatif 2014 terkait masalah kasus dugaan suap impor daging sapi yang sedang di alami presiden PKS Luthfi Hasan Ishak di awal tahun 2013.

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Penelitian ini mengambil titik fokus dengan membatasi masalah pada persoalan bagaimana strategi kreatif iklan kampanye politik partai PKS dalam memperkenalkan nomor urut 3 di pemilu 2014 untuk meraih popularitas masyarakat Indonesia. Ruang lingkup ini dibatasi hanya pada strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS menjelang pemilu legislatif 2014.

11

Zuly Qodir, Sosiologi Politik Islam: Kontestasi Islam Politik dan Demokrasi di Indonesia(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012): h.287.


(18)

Sedangkan fokus penelitian ini adalah ada pada bagaimana PKS mengekspresikan secara simbolik komunikasi politiknya menjelang Pemilu legislatif 2014 di media sosial yang dilihat dari identifikasi yang terjadi pada strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS dalam meyakinkan calon pemilih pada elektabilitas suara menjelang Pemilu Legislatif 2014 terkait masalah-masalah kasus yang sedang dihadapi. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah seperti yang sudah di jelaskan di atas, maka dalam penelitian ini perumusan masalahnya mencakup dalam hal sebagai berikut:

a. Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif 2014?

b. Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial Jelang Pemilu Legislatif 2014.

3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan batasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan:

1. Ingin mengetahui apakah strategi komunikasi politik PKS yang dilancarkan secara ekspresi simbolik di media sosial dapat mendongkrak perolehan suara untuk memilih partai PKS dalam Pemilu Legislatif 2014 2. Ingin mengetahui bagaimana ekspresi simbolik komunikasi politik

pemikiran partai PKS yang menggunakan simbol-simbol islam sehingga dapat meraih popularitas masyarakat Indonesia.


(19)

8

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

a. Untuk menambah wawasan tentang strategi komunikasi politik PKS yang dilancarkan guna memperbaiki citra yang terkait banyak kasus dalam mempertahankan keyakinan masyarakat

b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan Komunikasi, khususnya dalam kaitan di antara dua bidang tersebut. 2. Manfaat Praktis

a. Membantu team kreatif dalam iklan kampanye politik partai PKS sebagai bahan masukan pembuatan iklan kampanye politik.

b. Memberikan rekomendasi kepada para praktisi komunikasi maupun konsultan politik tentang bagian strategi komunikasi politik yang sesuai aturan hukum yang berlaku dan melanggar ketentuan.

3. Manfaat Sosial

a. Memberikan pendidikan komunikasi politik kepada publik tentang bagaimana menggunakan simbol-simbol mengenai islam yang mempunyai peran dalam memperoleh suara di Pemilu Legislatif 2014 b. Memberikan saran dan masukan kepada konsultan komunikasi dan

politik.

c. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti dengan fokus serupa dimasa yang akan datang.


(20)

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif

Penelitian ini menggunakan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dalam tataran praktis.12

Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data deskriptif yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan.13

Dan menurut Bagdan dan Taylor, Metode Penelitian Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambar, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.14 Penelitian ini menjelaskan peran dari media tersebut dalam memenangkan suara di Pemilu Legislatif 2014, menarik simpati publik, dan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membentuk citra kandidat melalui publisitas dan kampanye.

12

E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29

13

E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29

14

Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), cet. 10, h.3.


(21)

10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Ada beberapa lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian, yaitu: a. Penelitian ini dilakukan di kantor DPP PKS, Jln TB Simatupang

Jakarta Selatan dan melalu emailhumas.pks@gmail.com

b. Penelitian ini dilakukan di kantor FASTCOMM di jalan Adityawarman 1 No.12 Jakarta 12160.

c. Penelitian dimulai pada tanggal 26 Agustus 2012 sampai 3 September 2013

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah tim kreatif kampanye politik partai PKS. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah strategi komunikasi politik partai PKS.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan: a. Observasi

Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung dengan gejala-gejala yang terkait, persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Disini kita langsung memiliki pergertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi.15

15


(22)

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis sifatnya. Karena bentuknya berasal dari interaksi verbal antara peneliti dan narasumber.16 Data dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam pada subjek penelitian. Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan atau narasumber yang bersangkutan dengan penelitian dengan teknik wawancara mendalam.

Wawancara (interview) berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.17 Peneliti melakukan wawancara dalam bentuk diskusi. Kepada responden dalam hal ini yang menjadi responden adalah:

a. Mardani Ali Sera M.Eng Sebagai Ketua Badan Kehumasan DPP PKS dan Anggota Tim Kampanye PKS bidang media massa. b. Chandra Alif Irawan, sebagai Humas DPP PKS dan staf Web

Developer PKS.

Dengan memilih Ketua Badan Kehumasan DPP PKS Mardani Ali Sera dan Chandra Alif Irawan sebagai responden wawancara, peneliti bisa mengetahui beberapa point penting mengenai strategi persiapan kampanye PKS serta komunikasi politik antar kader PKS.

16

Sanafiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta: Rajawali Pers 1995), cet. 3, h. 39.

17

Sanafiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta: Rajawali Pers 1995), cet. 3, h. 57


(23)

12

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen pribadi. Dokumen yang digunakan dalam mendukung data penelitian ini berasal dari dokumen tayangan iklan kampanye politik melalui media sosialWebsiteresmi partai PKS.

5. Teknik Analisis Data

Analisa data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data. Mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar.18 Data yang terkumpul melalui wawancara mendalam dan dokumen-dokumen di klasifikan ke dalam kategori-kategori tertentu.19

Untuk menganalisa strategi komunikasi politik dan ekspresi simbolik PKS mengenai persiapan Pemilu legislatif 2014, maka peneliti juga melakukan analisis deskriptif interpretatif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam, mengakar, dan menyeluruh.

Dengan menggunakan teori Performa (performance) yang artinya adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan prilaku manusia dalam sebuah organisasi, performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisor maupun karyawan

18

Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103

19


(24)

(kader partai dalam hal ini) memilih untuk mengambil peran atas bagian tertentu dalam organisasi mereka.20

Sedangkan teknik dan metode penulisannya, peneliti berpedoman pada buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpusatakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Peneliti juga mencari skripsi yang ada di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah guna memastikan apakah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, ada satu deskripsi serupa namun berbeda yang membahas tentang kampanye politik di media massa, skripsi ini berjudul Kampanye Politik di Media Massa Pasangan Adang Daradjatun Dani Anwar dalam Masa Kampanye Pilkada DKI Jakarta 2007 yang disusun oleh Maharani Aliawati mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada Tahun 2008.

20

Eriyanto, Analisis Framming: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet. 5, h.23


(25)

14

Skripsi ini menyimpulkan bahwa kampanye politik di media massa yang dilakukan oleh pasangan cagub dan cawagub ini berupaya untuk meningkatkan popularitas dan akseptabilitas pasangan yang diusung PKS ini diminta khalayak pemilih.

Mochammad Rifqi Ridho menulis tentangStrategi Komunikasi Politik Dalam Perolehan Suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pada Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Tegal. Persamaan skripsi ini adalah obyek penelitian yang mengarah pada partai politik Islam.

Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada analisis data yang diteliti, pada skripsi ini analisisnya lebih mengarah kepada masalah-masalah yang yang terjadi pada komunikasi politik yang digunakan oleh PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009 yang dilihat dari mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan serta penyebab turunnya perolehan suara PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengkelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Bab pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.


(26)

BAB II : Bab Kajian Teoritis yang membahas tentang Teori

Konstruksi Sosial, Teori Performa Komunikatif, Konseptualisasi Kampanye Politik, dan Konseptualisasi Strategi Komunikasi Politik.

BAB III : Bab Gambaran Umum tentang Partai Keadilan Sejahtera mulai dari sejarah Berdirinya Partai keadilan Sejahtera, Kerangka Landasan Ideologi Partai, Prinsip Dasar Partai Keadilan Sejahtera, Visi dan Misi, Karakeristik Partai Keadilan Sejahtera dan Lambang Partai.

BAB VI :Bab ini membahas tentang Strategi Komunikasi Politik Partai kedilan Sejahtera (PKS) Di Media Sosial Jelang Pemilu 2014 Antara lain, Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu 2014 dan Ekspresi Simbolik PKS di Media Sosial.

BAB V : Bab ini merupakan penutup dari penelitian ini yang berisikan Kesimpulan dan Saran.


(27)

16

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Teori Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial ini berlangsung dengan pembentukan citra partai politik pada masa kampanye pemilu berlangsung. Konstruksi sosial diarahkan untuk menciptakan pengetahuan dan persepsi yang beredar dan berkembang di masyarakat dalam bentuk kesadaran umum dan wacana publik. Melalui media sosial pembentukan konstruksi sosial ini akan lebih cepat dan luas dalam pemberian pengetahuan dan persepsi.

Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang membentuk opini massa cenderung apriori dan sinis.1

Target image merupakan tahapan dalam konstruksi citra, dalam konteks yang lebih luas, target image menunjukkan eksistensi sebuah naskah iklan dalam konteks pemasaran karena itu biasanya amat signifikan dengan media iklan yang mereka pilih.2

Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi tingkatan; pertama, untuk menyampaikan informasi produk; kedua, untuk menyampaikan informasi dan membangun citra (image);ketiga, pembenaran

1

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3 h.203

2


(28)

tindakan; empat menyampaikan informasi, membentuk citra (mage), pembenaran dan persuasi tindakan.3

Menurut Berger dan Luckmann sebagaimana yang dikutip oleh Subiakto, realitas sosial terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis dan realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari realitas subjektif. Dan realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.4

Mereka juga menegaskan bahwa, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. mereka menjelaskan realitas sosial di konstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi, yaitu penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai bagian dari produk manusia. Objektivasi, yaitu interaksi yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusional.5

Hal terpenting dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia, internalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasikan dirinya pada lembaga-lembaga sosial atau

3

Ibid, h.213

4

Henry Subiakto,Dominasi Negara dan Wacana Pemberitaan Pers,dalam Basis Susilo (ed.),Masyarakat dan Negara,(Surabaya: AUP,1997), h.93.

5

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, h. 192


(29)

18

organisasi tempat individu menjadi anggotanya. Pemahaman individu dan orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial internalisasi juga melibatkan identifikasi subjektif dengan peran dan normanya yang sesuai.6

1. Konstruksi Sosial

Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terekonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.7

Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan atas konstruksi sosial dan realitas.

Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi (c) tahap pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi.8

6

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, h. 193.

7

Ibid, h.203

8


(30)

Bagan (1) Proses Konstruksi Sosial Media Massa9

a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi media massa kepada kapitalisme.

Pertama, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipat gandaan modal.

Kedua, keberpihakan semua kepada masyarakat. Bentuk keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagi

partisipasi kepada masyarakat, namunpada dasarnya untuk “menjual

9

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, h. 204


(31)

20

berita” dan menaikkan kepentingan kapitalis. Ketiga, keberpihakkan kepada kepentingan umum. Keberpihakkan ini sesungguhnya adalah visi setiap media massa.

b. Tahap Sebaran Konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalahreal time. Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa mengunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan kecuali mengonsumsi informasi itu.

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media. Apa yang dipandanng penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

c. Pembentukan Konstruksi Realitas

Pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Tahap pertama, konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang kreativitas, seni, sosial dan budaya yang popular yang spektakuler, sehingga menghasilkan sebuah tahap proses dalam koridor realitas sosial.


(32)

Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi tingkatan; (1) menyampaikan informasi produk; (2) untuk menyampaikan informasi dan membangun citra (image); (3) pembenaran tindakan; (4) menyampaikan informasi, membentuk citra, pembenaran, dan persuasi tindakan.

d. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media masa maupunpembaca dan pemirsa member argumentasi dan akutabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat alam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan, bagi pembaca dan pemirsa, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.

Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakaknnya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan ini menolak argument yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran yang bebas. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam


(33)

22

pemberitaan. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak.10

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis, Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknanan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolute, makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksisonis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima (komunikan) ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan.11

B. Teori Performa Komunikatif

Pada setiap organisasi pasti mempunyai budaya organisasi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan performa komunikasi pada setiap organiasi yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Performa komunikasi yang dilakukan di dalam struktur organisasi maupun diluar organisasi akan membantu organisasi ini didalam membangun kebersamaan diantara anggota dalam rangka mencapai tujuan organisasi, memecahkan suatu masalah, sosialisasi program-program organisasi kepada anggota ataupun masyarakat, dan lain sebagainya.

10

Eriyanto, Analisis Framming: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet. 5, h.23

11


(34)

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi politik atau yang dikenal sebagai partai politik. Partai politik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Partai Keadilan Sejahtera. Bagaimana partai ini membentuk sebuah performa komunikatif diantara para kader, konstituennya dan masyarakat secara luas, terutama dalam rangka menghadapi pemilu 2014.

Performa (performance) adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan prilaku manusia dalam sebuah organisasi, performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisor maupun karyawan (kader partai dalam hal ini) memilih untuk mengambil peran atas bagian tertentu dalam organisasi mereka.12

1. Performa Ritual

Performa ritual merupakan semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang. Ritual terdari atas empat jenis, yakni personal, tugas, sosial, dan organisasi.

a. Performa ritual personal merupakan rutinitas yang dilakukan di tempat kerja setiap hari.

b. Performa ritual tugas merupakan rutinitas yang dilakukan dengan pekerjaan tertentu di tempat kerja.

c. Performa ritual sosial merupakan rutinitas yang melibatkan hubungan dengan orang lain di tempat kerja.

d. Performa ritual organisasi merupakan rutinitas yang berkaitan dengan organisasi secara keseluruhan.

12


(35)

24

Dalam performa ini Partai Keadilan Sejahtera memberikan kegiatan sesuai program kerja yang dilaksanakan secara rutin kepada setiap kader-kadernya untuk menjalin hubungan komunikasi politik agar lebih baik dalam mensosialisasikan program-program partai kepada konstituennya.

2. Performa Sosial

Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan sopan untuk mendorong kerja sama di antara anggota organisasi. Sikap ini juga merupakan cerminan perilaku organisasi yang ditujukan untuk mendemostrasikan kerja sama dan kesopanan dengan orang lain. Kebanyakan organisasi menginginkan untuk mempertahankan perilaku yang profesional, bahkan dimasa yang sulit, dan performa sosial membantu tercapainya hal ini.13

Organisasi dalam konteks ini adalah organisasi partai politik, performa sosial yang dilakukan berupa kesantunan dan kesopanan yang ditujukan oleh Partai Keadilan Sosial untuk kerjasama di antara para kader dan calon konstituennya.

3. Performa Politis

Ketika budaya organisasi mengkomunikasikan performa politis, budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Performa politis merupakan perilaku organisasi yang mendemostrasikan kekuasaan atau kontrol. Karena biasanya organisasi bersifat hierarkis, harus ada seseorang

13


(36)

dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dengan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.

Ketika anggota organisasi terkait dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk memengaruhi orang lain. Hal ini bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Performa politis budaya pada anggota organisasi berpusat pada pengakuan akan kompetisi sebagai anggota organisasi dan untuk komitmen mereka terhadap misi organisasinya.

4. Performa Enkulturasi

Performa enkulturasi merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dankeahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat berupa sesuatu yang berai maupun hati-hati,dan performa ini mendemonstrasikan kompetisi seorang anggota dalam sebuah organisasi.

Dalam performa ini, Partai Keadilan Sejahtera memberikan pengetahuan dan keahlian kepada kader-kadernya dalam rangka meningkatkan komunikasi politik dan bagaimana menjadi politisi yang dapat mencapai jabatan public serta mensosialiasikan program-program partai kepada konstituennya.


(37)

26

C. Konseptualisasi Komunikasi Politik 1. Definisi Komunikasi Politik

Bertolak dari konsp komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, maka upaya untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) yang dikutip

Hafied Cangara dalam bukunya “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strateg”, Komunikasi Politik ialah suatu bidang atau disiplin yang telah menelah perilaku dan kegiatan-kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.14

Menurut McNair dalam bukunya Introduction to Political Communication (2003) yang dikutip Hafied Cangara dinyatakan bahwa murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki keweanangan untuk member kekuasaan dari keputusandalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk hadiah atau denda.15

14

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.30

15

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.31


(38)

Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjdai target politik.

Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) unutuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukan bagaiamana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi.16

Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organiasai harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut

sebagai ‘on message’. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti umum atau

sama, meskipun persepsi dari frase tersebut secara terus- menerus dibuat oleh jurnalis dan rival politiknya agar frase ‘on message’ memang berarti umum atau sama.17

16

Effendy Onong Uchjana,“Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek“(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992), h.11

17


(39)

28

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

1. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dana manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R. Wayne Pace, Brent D Peterson dan M. Dallas Burrnett dalam bukunya “Technique For Effective Communication”, bahwa

tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama:18 a. To Secure Understanding

Memastikan bahwa komunikan paham dan mengerti pesan yang diterma. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu harus dibina (To establish acceptance).

18

Effendy Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992) h.12


(40)

b. To Establish Acceptance

Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus di motivasikan (To motivate action).

c. To Motivate Action

Setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan itu harus di motivasikan (To motivate action).

2. Korelasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung dan faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.19

3. Strategi Komunikasi dalam Kampanye Pemilihan Umum

Berdasarkan strategi–strategi komunikasi yang dilakukan oleh setiap kandidat guna mengenalkan, menarik simpati, bahkan meningkatkan citra. Dengan strategi tersebut, masyarakat dibentuk opini dan persepsinya sehingga tertarik dan mau memilih seorang kandidat dalam pemilu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan cukup beragam, mulai dengan penggunaan promosi secara tidak langsung atau disebutbellow the lineseperti banner, flyer, pamflet, brosur, katalog, serta pameran. Kemudian promosi secara langsung dengan menggunakan media iklan atauabove the lineseperti penggunaan televisi, radio, surat kabar, internet (sosial media). Hal lain yang menunjang keberhasilan suatu strategi komunikasi dalam kampanye adalah waktu. Dimana

19


(41)

30

dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi beberapa proses atau tahapan hingga akhirnya persepsi atau opini publik terbentuk dan memilih kandidat dalam pemilu.20

D. Konseptualisasi Strategi Komunikasi Politik

Langkah pertama dalam strategi komunikasi politik, ialah merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Artinya, ketokohan seseorang politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam komunikasi politik. Selain itu jga diperlukan kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat.21

Karena politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk kepentingan perorangan, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Maka cita-cita politik harus diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki

komitmen untuk menjadi “negarawan”. Oleh karena itu, negarawan hanya bisa dicapai melalui keikhlasan dan kejujuran, maka komunikasi politik memiliki filososfi yakni pendayagunaan sumber daya komunikasi, apakah itu sumber daya manusia, infrastruktur, maupun piranti lunak untuk mendorong terwujudnya system politik yang mengusung demokrasi, di mana kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh pemenang pemilu (mayoritas).

20

“Strategi Komunikasi Dalam Kampanye Pemilihan Umum”. Diolah pada hari minggu, 8 April 2013, Pukul 12:42 WIB dan diakses dari http://mediapublica.co/2013/02/11/strategi-komunikasi-dalam-kampanye-pemilihan-umum/

21

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan


(42)

Dengan demikian, demokrasi menjadi cita-cita yang luhur sesuai dengan hati nurani, sehingga dapat diabdikan untuk kepentingan semua pihak, baik yang kalah maupun yang menang dalam membangun suatu kebersamaan menuju tujuan yang sama.22

Pada hakikatnya, suatu strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai tujuan politik masa depan. Justru itu, merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan politiknya akan merupakan kepurtusan strategis yang paling tepat bagi komunikator politik untuk mencapai ujuan politik kedepan, terutama memenangkan pemilihan umum. Ketika komunikasi politik berlangsung, justru yang berpengaruh bukan pesan politik saja, melainkan terutama siapa tokoh politik (politikus) atau tokoh aktivis dan professional dan dari lembaga mana yang menyampaikan pesan poltik itu. Dengan kata lain, ketokohan seseorang komunikator politik dan lembaga politik yang mendukungnya sangat menentukan berhasul atau tidaknya komunikasi politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya.23

1. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi mapun terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang

22

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.31

23

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan


(43)

32

kepartaian, undang-undang pemilu pernyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, puisi politik, spanduk dan baliho, iklan politik, propaganda, perang urat saraf (psywar), makna logo, warna baju atau bendera, bahsa badan (body language) dan semacamnya.24

Bertolak dari paradigma khalayak aktif di Negara demokratis, sesungguhnya khalayaklah yang menentukan pesan politik yang harus disampaaikan oleh para politikus dalam kampanye politiknya, baik dalam menggunakan retorika politik (pidato) maupun melalui media politik, pesan politik disusun setelah mengetahui kondisi khalayak, hal itulah yang disebut sebagai persuasi dalam arti yang sesungguhnya (positif).25

Harus disadari bahwa individu-individu dalam saat yang bersamaan selalu dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai sumber,termasuk pesan politik. Akan tetapi, tidaklah semua rangsangan itu dapat memengaruhi khalayak karena tidak menimbulkan perhatian atau pengamatan yang terfokus. Artinya, tidak semua yang diamati dapat menimbulkan perhatian kecuali pesan yang memenuhi syarat.

Selanjutnya menurut Wilbur Schramm (1955) yang dikutip Anwar Arifin, dalam syarat-syarat untuk berhasilnya suatu pesan yaitu:

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian khalayak.

24

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.32

25

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan


(44)

b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh komunikator dan khalayak sehingga kedua pengertian itu bertemu. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada pesan sasaran

dan menyarankan agar cara-cara tersebut dapat mencapai kebutuhan itu.

d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi khalayak.26

Sesungguhnya syarat-syarat yang dikemukakan di atas pada prinsipnya hanyalah terdiri atas intensitas dan pokok persoalannya. Jika diterapkan dalam komunikasi politik, intensitas pesan politik dapat dilakukan, misalnya pada tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan diisi komunikasi politik. Isi pesan politik yang menarik perhatian apabila ia memuat pemenuhan kebutuhan pribadi (personal needs) dan kelompok (social needs) dalam masyarakat. Suatu pesan politik hanya akan menarik perhatian selama ia memberikan harapan atau hasil yang kuat relevansinya dengan persoalan kebutuhan (needs) tersebut.27

Dengan demikian, upaya pertama yang harus dilakukan dalam menyusun pesan politik yang pesuasif adalah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan politik yang disampaikan. Pesan yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan yang mudah diperoleh (availability) dan karena itu harus menyolok perbedaannya (contrast)

26

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.248

27

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi


(45)

34

dengan pesan-pesan yang lain. Kedua hal ini ditujukan terutama dalam pengunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan pengunaan medium.28

2. Partai Politik

Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.29

Secara umum partai politik dapat dikatakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuatan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk menjalankan programnya.30

Adapun fungsi partai politik di negara demokratis seperti di Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokratis yang mana banyaknya partai politik pada saat ini relatif dapat menjalankan fungsi sesuai harkat sesuai pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagi warga negara untuk berpatisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa.

28

Ibid,h.249-250

29

Miriam Budiardjo,op, cit,h.403

30


(46)

Fungsi partai politik di negara demokratis ialah;31 1. Sebagai sarana komunikasi politik

2. Sebagai sarana sosialisasi politik 3. Sebagai sarana rekrutmen politik 4. Sebagai sarana pengatur konflik

Hal ini dapat dikaji dengan melihat berbagai organisasi, system dan prosedur kerja. Oleh karena itu ada organisasi politik yang resmi tampak seperti partai politik, perkumpulan buruh tani, nelayan, pedagang, organisasi wanita, pemuda, pelajar, militer dan lain-lain. Tetapi ada pula organisasi abstrak yang tidak resmi namun sangat menguasai keadaan sebagai elite power, disebut juga dengan group penekan (pressure group) seperti sekelompok kesukuan, fanatisme keagamaan dan sekelompok tertentu yang berdasarkan almamater.32

3. Komunikator Politik

Dalam politik praktis, antara kandidat dan juru kampanye sebenarnya tidak bisa dipisahkan sehingga publik akan menilainya secara keseluruhan tanpa melakukan pemisahan. Mengapa komunikator politik ini sangat menentukan? Kalau ada kandidat seorang yang baik dan jujur, tetapi juru kampanye nya orang yang dianggap masyarakat berprilaku buruk, apa pun pesan yang disampaikannya pasti akan ditolak oleh masyarakat. Di sinilah peran penting seorang komunikator politik.

31

Miriam Budiarjo,op, cit,h.405

32

Ibnu Kencana Syafei dan Azhari, ”Sistem Politik Indonesia”, Refika Aditama, Bandung, cet. Ke-3. h.80


(47)

36

Komunikator poltik adalah orang yang melakukan komunikasi dalam konteks politik kapanpun dan dimanapun pesan itu disampaikan. Ia menyampaikan pesan-pesan politik, baik kepada individu, kelompok maupun massa. Komunikator politik merupakan orang yang terlibat dalam proses politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.33

Dalam aktivitas politik, komunikator politik memiliki peranan yang sangat penting. Mereka adalah orang-orang yang dengan pesannya dapat membentuk opini publik. Dalam skala luas, komunikator politik akan dapat memengaruhi kehidupan sosial masyarakat sebab konstalasi politik juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka melontarkan gagasan-gagasannya. Komunikator politik biasanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas di bidangnya sehingga apa yang dikatakannya dapat menjadi referensi atau rujukan banyak orang.34

Dalam kapasitas apa pun, seorang komunikator politik harus dapat memahamkan kepada pihak yang ditujunya mengenai maksud dan target politiknya. Berikut klasikasifikasi komunikator politik utama dalam politik:

1. Politikus

Orang yang berscita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk atau pejabat karier dan tidak mengindahkan apakah ajabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif.

33

Liliweri Alo,Komunikasi Serba Ada Serba Makna,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Cet. ke-1 h.270

34


(48)

2. Profesional

Orang-orang yang mencari nafkah dengan mengandalkan keahliannya berkomunikasi. Komunikator professional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, ayitu munculnya media massa dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khsusus, stasiun radion dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.

3. Aktivis

Komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Dalam komunikasi politik, terdapat dua jenis aktivis: pertama, juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya ia tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah.

E. Konseptualisasi Ekspresi Simbolik

Orang tidak dilahirkan dengan kepercayaan, nilai dan penghargaan politik. Namun, mereka menyusunnya secara sinambung jika dihadapkan pada rangsangan politik. Salah satu tingkat dalam tahap penyusunan personal ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat dipelajari orang melalui komunikasi politik. Belajar politik berlangsung selama hidup manusia normal melalui


(49)

38

proses yang disebut sosialisasi dalam bentuk ekspresi politik secara simbolik tertentu.35

Dan Nimmo dalam bukunya mengutip pernyataan Mead, menurutnya isyarat tubuh, ujaran, kata dan jeda adalah tanda-tanda yang diinterprestasikan orang. Interpretasi membuat lambang menjadi tanda yang bermakna. Melalui komunikasi (dan proses negosiasi yang dimudahkan oleh komunikasi) orang menciptakan makna bersama, yang dipahami bersama dari lambang signifikan. Maka belajar bagi orang adalah menjumlahkan inernalisasi makna lambang yang dipahami bersama dan karena itu menanggapi atau sekurang-kurangnya seperti tanggapan yang mereka bayangkan merupakan tangapan bersama dengan orang lain dan menanggapi maksud orang lain sebagaimana yang disajikan dalam lambang signifikan, sifat ini memandang belajar sebagai kegiatan simbolik.36

1. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik di Indonesia

Komunikasi politik yang melibatkan lebih banyak partisipasi rakyat memang masih terbatas pada momentum-momentum pesta demokrasi, sejak sebelum hingga saat pelaksanaan pemilu usai. Untuk melihat simbol-simbol komunikasi politik contohnya pada era Orde Baru, Asep Saepul Muhtadi dalam bukunya menelaah tulisan Anderson (1978), Cartoons and Monuments: The Evolution of Political Communication under the New Order. Dia menyebutkan sekurang-kurangnya empat

35

Nimmo Dan, “Komunikasi Politik Khalayak dan Efek” (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001), h.86

36


(50)

symbol komunikasi politik yang banyak digunakan pemerintahan Orde Baru.37

1. Direct Speech, yang dalam realitasnya merupakan bentuk komunikasi politik paling banyak digunakan di masyarakat, seperti gossip, rumor, diskusi, argumentasi, interogasi dan intrik. Meskipun demikian, bentuk-bentuk komunikasi ini hampir lepas dari perhatian para pakar dan peneliti tentang komunikasi politik di Indonesia.

2. Symbolic Speech, yaitu symbol-simbol yang di ekspresikan kemudian dimaknai secara khusus sesuai dengan kepentingan sejarahnya.

Pemilihan warna bendera “merah-putih” misalnya, merupakan symbol yang mengandung pesan-pesan tertentu sesuai dengan makna sejarahnya.

3. Cartoons, yaitu bentuk komunikasi politik yang paling terbuka untuk diinterpretasikan. Kartun biasanya dibuat dengan latar belakang peristiwa tersendiri. Ia merupakan respon terhadap kenyataan-kenyataan yang sedang hangat terjadi.

4. Monuments, yaitu symbol komunikasi politik yang dibuat untuk menginformasikan sesuatu peristiwa yang pernah di lalui bangsa Indonesia.munimen banyak dibangun selama pemerintahan Orde Baru yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

37

Muhtadi Asep,“Komunikasi Politik Indonesia Dinamika Islam Politik Indonesia Pasca


(51)

40

2. Interaksi Simbolik Dalam Budaya Siber

Dalam buku Komunikasi Antar Budaya di Era Buda Siber, Rulli Nasrullah mengutip pernyataan yang dilontarkan Castells (2009:129) pada dasarnya Term mass self-communication dapat terwakili dari bagaimana teks itu diproduksi dan dikonsumsi sekaligus oleh entitas yang

bersangkutan. Seperti tombol “Like” dalam media sosial Facebook, di satu sisi ikon yang di klik tersebut secara denotasi menandakan makna “suka” terhadap status atau image yang dipublikasikan, namun di sisi lain makna “Like” itu bisa beragam dan hanya diketahui oleh pengklik tombol tersebut.38

Like” yang pada awalnya merupakan penanda bahwa entitas tertarik pada bahasan atau topic tertentu di Facebook, ternyata mengalami pergeseran makna. Fenomena tombol “Like” pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari budaya komunikasi yang terjadi di era digital saat ini. Makna sebuah ikon tidak bisa lagi diasumsikan akan dimaknai sama oleh entitas lain. Teknologi telah memberikan kebebasan bagi entitas untuk memproduksi sebuah teks dan sekaligus memaknai teks tadi dalam konteks sesuai dengan keinginan entitas tersebut.39

F. Konseptualisasi Media Sosial

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya

38

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012) h.104

39


(52)

timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung efektif.

Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi serta komunikasi sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu, sebagai contoh kini orang dapat dengan mudah memperoleh baerbagai macam informasi yang terjadi di belahan dunia tanpa harus datang ke tempat tersebut. Bahkan orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang tersambung ke internet.40

Sebagai contohnya, di era komunikasi global seperti sekarang ini banyak sekali bermunculan situs-situs social networking yang cukup menarik perhatian. Social networking adalah sebuah bentuk layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar balakang tertentu. Layanan social network biasanya berbasis web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain.41

40

Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial” (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.10

41

Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 150


(53)

42

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.42

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai modelcontentlainnya.43

1. Peran dan Fungsi Media Sosial

Dalam abad ke-21 ini media sosial atau media alternatif tersebut telah terbukti efektif dalam komunikasi sosial dan komunikasi politik. Peran strategis media sosial itu dalam komunikasi politik, telah di

42

Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial”(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.13

43


(54)

tunjukkan keberhasilan dan kemampuannya menggalang kekuatan dan dukungan terhadap gerakan prodemokrasi di berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan Mesir (2011). Pada akhir abad ke-20 yang lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan politik yang didorong juga oleh media sosial itu seperti Indonesia (1998), Filipina (2001) dan Malaysia (2008).44

Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :45

• Kesederhanaan

Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul.

• Membangun Hubungan

Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan.

• Jangkauan Global

Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu.

• Terukur

Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi.

44

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi

Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h. 170

45


(55)

44

2. Internet dan Pengaruhnya Terhadap Interaksi

Relasi antar individu saat ini tidak lagi fisik melainkan “interface”, telah diwakili oleh perangkat atau “terminal” teknologi komunikasi, sebagaimana perangkat teknologi yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam perkembangan cyber saat ini, kehadiran individu sebagai objek bisa diwakili sebagai objek bisa diwakili dengan animasi (avatar) sesuai kemauan kita; di internet siapa pun bisa menjadi siapa atau apa yang diinginkannya.46

Menurut Rulli Nasrullah mengutip pernyataan Holmes (2005:7) ide tentang “second media age” telah muncul pada pertengahan tahun 1990-an dimana internet semakin berkembang dan bersamaan dengan hal itu kebudayaan atau kultur siber yang juga ikut berkembang.47

Internet adalah system jaringan computer yang terhubung di seluruh dunia, dan dapat disebut sebgai kolaborasi teknis antara computer, telepon dan televisi. Arti penting dari penggunaaan internet sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, adalah kemampuan manusia menghemat waktu dan menundukkan ruang . ada penghematan energy dalam transportasi, karena komunikasi tidak lagi tergantung pada jarak, sehingga dapat”dipersatukan” dalam waktu yang singkat dan terjadilah globalisasi.48

46

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012) h.60

47

Ibid, h.61 48

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h. 173


(56)

Menurut Rulli Nasrullah mengutip pernyataan Holmes (2005, 15-17) memberikan ulasan yang cukup panjang bagaimana sebenarnya dalam tataran tertentu distingsi antara broadcast dan new media serta interaksi sosial dengan terfokus pada face-to-face menjadi sesuatu yang tidak memisahkan dua model tersebut. Karena pada dasarnya, ada pemahaman yang terlanjur terhadap pengertian face-to-face yang secara historis dimaknai sebagai dan dengan menggunakan istilah integrasi sosial (social integration) dibandingkan dengan istilah interaksi (interaction); istilah interaksi adalah istilah yang cenderung digunakan sebagai salah sau cirri darisocial media age.49

3. Peranan Politik Media Sosial

Melalui media sosial, kegiatan komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya hubungan bersifat pribadi. Jika media sosial digunakan untuk komunikasi politik,maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh media sosial tersebut sangat khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan yang disebut segai dunia maya (cyberspace).50

Upaya politikus, pejabat dan aktivis untuk menggunakan media massa dalam membangun komunikasi politik dengan khalayak massa secara terus menerus, harus memiliki sejumlah kemampuan.51

49

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana

Prenada Grup, 2012) h.63

50

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.171

51


(57)

46

a. Mampu meciptakan berita actual, baik dalam bentuk fakta atau pun opini.

b. Mampu dan cakap dalam menanggapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat karena itu harus rajin mengikuti berita dari media massa.

c. Mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan wartawan dan redaktur sebagai komunikator politik yang professional.

Selain itu hubungan politikus dengan media massa memang bersifat mutual-simbiosis (saling memerlukan), media memerlukan berita politik dan politikus dapat menjadi obyek berit (factual news) atau narasumber berita (talking news). Politikus baik sebagai manusia (human interest) maupun sebag pekerja politik dengan seluruh aktivitasnya (komentar dan prilakunya), memang mrupakan obyek berita yang menarik.52

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa media sosial atau media interaktif itu berbeda dengan media massa, meskipun sasaran yang

disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “massal”. Media massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry. Sebaliknya media interaktif itu lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individuasi dan demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi. Tampaknya media sosial atau media interaktif itu telah ditakdirkan menjadi wahana penegakan politik terbuka dan demokratis dengan

52

Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 153


(58)

dampak positif dan negatifnya. Justru itu rakyatnya dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses internet itu semakin bisa diterima sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin menjadi komponen penting dalam komunikasi politik53

G. Konseptualisasi Kampanye Politik 1. Definisi Kampanye

Sekarang, seiring berjalannya waktu, dan perkembangan tekonologi komunikasi yang juga begitu pesat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang munculnya media-media baru menjadikan terjadinya pergeseran dalam kampanye tersebut. Banyak yang menggunakan media baru dalam kampanye untuk menarik masa sebanyak-banyaknya dan untuk memilih dalam pemilu. Dalam waktu dekat ini, Indonesia akan merayakan salah satu pesta demokrasi terbasar untuk Pemilu 2014 yang baru untuk masa jabatan selanjutnya. Dari beberapa peserta pemilu telah mulai melakukan cara untuk menarik perhatian massa dan memlihi pada pemilu. Berbagai cara mulai dari cara-cara lama seperti penggunaan baliho, menyebarkan berbagai poster juga umbul-umbul. Muncul diberbagai acara televisi dengan berbagai pencitraan yang ada juga dilakukan oleh seluruh pasangan cagub cawagub. Beberapa tim sukses peserta pemilu pun juga memanfaatkan sosial media sebagai sarana untuk menarik perhatian massa. Hampir semua sosial media yang ada juga dimanfaatkan salah satunya adalah forum jejaring sosial dan media online.

53

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan


(59)

48

Antar Venus mengambil kutipan dari Roders dan Sttorey, kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan dalan dalam kurun waktu tertentu.54

Kampanye Politik tidak berbeda dengan kampanye public relation, seperti Ruslan menjelaskan, kampanye public relations bertujuan meningkatkan kesadaran dan pegetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi ata opini yan positif terhadap suatu kegiatan dai suatu lembaga atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proes komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.55

2. Karakteristik Kampanye

Kampanye mengunakan interaksi simbolis (symbolic interaction), artinya pengoperan simbol-simbol atau lambang komunikasi yang mempunyai makna tertentu dalam berkampanye. Lambang komunikasi itu sendiri bisa berbentuk bahasa, baik tulisan maupun lisan, tanda (sign), gambar-gambar, isyarat tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian sekaligus berpengaruh terhadap pesan yang

54

Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 7.

55

Risady Ruslan,Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations,edisi revisi (Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 202), cet.3 h. 101.


(60)

disampaikan dan pada akhirnya akan menimbulkan efek atau hasil sesuai dengan yang telah direncanakan oleh komunikator.56

Terdapat kegiatan-kegiatan kampanye antara lain:57

a) Adanya aktifitas proses komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu.

b) Untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpatisipatif. c) Ingin menciptakan atau dampak tertentu seperti yang direncanakan. d) Dilakukan dengan tema dan narasumber yangcapabledan jelas. e) Dilaksanakan dalam waktu tertentu dan telah ditetapkan.

f) Dan pelaksanaannya dilakukan secara teratur dan terorganisir untuk kemaslahatan kedua belah pihak atau sepihak.

3. Jenis-Jenis Kampanye

Ruslan mengutip Charles U Larson, yang telah membagi kampanye menjadi 3 jenis, yaitu:58

a) Product-oriented campaigns,yaitu kegiatan kampanye yang

berorientasi pada produk serta pemasaran yang baru bersifat kampanye komersial. Motivasinya adalah memperoleh keuntungan financial.

56

Ibid,h. 59

57

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.24

58

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.25


(1)

2. Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf e dan huruf f dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir sampai dengan dimulainya Masa Tenang.

3. Masa Tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.

Pasal 84

Selama Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (3), pelaksana, peserta, dan/atau petugas kampanye Pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan kepada Pemilih untuk:

a) Tidak menggunakan hak pilihnya;

b) Menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta Pemilu dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;

c) Memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu; dan/atau d) Memilih calon anggota DPD tertentu.

Pasal 85

a) Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan Kampanye Pemilu secara nasional diatur dengan peraturan KPU.

b) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan Kampanye Pemilu anggota DPR dan DPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 82 huruf f ditetapkan dengan keputusan KPU setelah KPU berkoordinasi dengan peserta Pemilu.

c) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan Kampanye Pemilu anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 82 huruf f ditetapkan dengan


(2)

keputusan KPU Provinsi setelah KPU Provinsi berkoordinasi dengan Peserta Pemilu.

d) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan Kampanye Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 82 huruf f ditetapkan dengan keputusan KPU Kabupaten/Kota setelah KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Peserta Pemilu.

Bagian Keempat Larangan dalam Kampanye

Pasal 86

1) Pelaksana, peserta, dan petugas Kampanye Pemilu dilarang:

a) Mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b) Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c) Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain;

d) Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat; e) Mengganggu ketertiban umum;

f) Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain;


(3)

h) Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;

i) Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan

j) Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

2) Pelaksana kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu dilarang mengikutsertakan: a) Ketua, Wakil Ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan

hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;

b) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;

c) Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia;

d) Direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah;

e) Pegawai negeri sipil;

f) Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; g) kepala desa; dan

h) perangkat desa.

3) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ikut serta sebagai pelaksana Kampanye Pemilu.


(4)

4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i, dan huruf j, dan ayat (2) merupakan tindak pidana Pemilu.

Pasal 87

1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota harus memenuhi ketentuan:

a) Tidak menggunakan fasilitas yang berkaitan dengan jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat negara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b) Menjalani cuti di luar tanggungan negara.

1. Cuti dan jadwal cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan memperhatikan keberlangsungan tugas penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai keikutsertaan pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan KPU.

Bagian Kelima

Sanksi atas Pelanggaran Larangan Kampanye Pasal 88

Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup atas adanya pelanggaran larangan Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dan ayat (2) oleh


(5)

pelaksana dan peserta Kampanye Pemilu, maka KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota menjatuhkan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini.

Pasal 89

Dalam hal terbukti pelaksana Kampanye Pemilu menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara langsung ataupun tidak langsung untuk:

a) Tidak menggunakan hak pilihnya;

b) Menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta Pemilu dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;

c) Memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu;

d) Memilih calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota tertentu; atau

e) Memilih calon anggota DPD tertentu, dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 90

Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 yang dikenai kepada pelaksana Kampanye Pemilu yang berstatus sebagai calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota digunakan sebagai dasar KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk mengambil tindakan berupa:

a) Pembatalan nama calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari daftar calon tetap; atau


(6)

b) Pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagai calon terpilih.

Namun Kampanye politik pada dasarnya merupakan sebuah proses penyampaian pesan-pesan politik yang salah satu fungsinya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Melalui kapanye jiga, para partai politik berusaha meyakinkan massa pemilih dengan mengangkat berbagai agenda kegiatan yang dinilainya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, karena itu setiap partai dan kandidat politik selalu berusaha menemukan cara-cara paling efektif dan kreatif untuk meyakinkan massa.2

2

Asep Saeful Muhtadi,Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru,(Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2008), h.145