Model-model Gerakan Politik Sistematika Penulisan

dengan mengadakan reformasi dan perubahan pemikiran Islam, tetapi dengan perubahan-perubahan total yang bernafas liberal dan sekuler dengan berkiblat pada Barat. Sementara Ali Abdurraziq, menolak bahwa Nabi Muhammad pernah berusaha melaksanakan misi politik, dan dia menegaskan bahwa misi Nabi Muhammad hanya sebatas spiritual. Menurutnya, sebagai bukti bahwa nabi pernah mendirikan misi negara Islam adalah kenyataan bahwa nabi tidak menentukan pemerintahan permanen setelah meninggal. Khalifah pertama Abu Bakar dilantik dengan tugas di mana pada dasarnya merupakan kekuatan politik dan kerajaan atas dasar kekuatan negaranya Arab yang dibangun atas dasar dakwah Islam. Tidak disangsikan bahwa negara itu membantu penyebaran Islam. Baginya, agama tidak menentukan bentuk pemerintahan tertentu, dan dalam Islam tidak ada larangan bagi umat untuk meninggalkan sistem politik lama dan membangun sistem politik baru atas dasar konsepsi terbaru dan spirit kemanusiaan dan pengalaman bangsa-bangsa di dunia. 29 Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa gerakan dan strategi politik adalah suatu gerakan merupakan kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan fundamentil sifatnya dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Orientasi ini merupakan ikatan yang kuat di antara anggota-anggotanya dan dapat menumbuhkan suatu identitas kelompok group identity yang kuat. Organisasinya kurang ketat dibanding dengan partai politik. Berbeda dengan partai politik, gerakan sering tidak mengadukan nasib dalam pemilihan umum. 29 Nashir Fahmi, Menegakkan Syari‟at Islam ala Partai Keadilan Sejahtera PKS, Solo: Era Intermedia, 2006, hlm. 98

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Siyasah Dusturiyah

1. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Secara harfiyah, siyasah yang berasal dari kata “ sasa-yasusu-siyaasah” dapat diartikan sebagai mengatur, mengendalikan, mengurus atau membuat keputusan. Oleh karena itu, berdasarkan pengertian harfiyah kata as-siyasah berarti pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, pengurusan, pengawasan, perekayasaan. 30 Secara tersirat, dalam pengertian as-siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu: 1 Tujuan, yang hendak dicapai melalui proses pengendalian, 2 Cara, pengendalian menuju tujuan tersebut. Oleh karena itu as-siyasah dapat diartikan pula memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahtan. 31 Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah, siyasah adalah suatu perbuatan yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kebinasaan, meskipun perbuatan tersebut tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW atau diwahyukan oleh Allah SWT. Pendapat lain diungkapkan oleh Abdul Wahhab Khallaf bahwa siyasah adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, fiqh siyasah merupakan salah satu aspek hukum Islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. 32 Sedangkan siyasah syar‟iyyah secara istilah bisa diartikan sebagai pengelolan masalah-masalah umum bagi pemerintahan Islam yang menjamin terciptanya kemaslahatan dan terhindarnya kemadharatan dari masyarakat Islam dengan tidak bertentangan dengan ketentuan syari‟at Islam dan prinsip- prinsip pada umumnya. Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Bahansi, 30 A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam RAmbu-rambu Syari‟ah, Bandung: Sunan Gunung Djati Press, 2003, hlm. 40 31 A. Djazuli, Fiqh Siyasah……………… hlm. 41 32 M. Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, hlm. 4 bahwa siyasah syar‟iyyah adalah batasan pengaturan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan tuntutan syara. Dari definisi-definisi di atas, dapat ditemukan bahwa hakikat dari siyasah syar‟iyyah adalah a Bahwa siyasah syar‟iyyah berhubungan dengan pengurusan dan pengaturan kehidupan manusia; b Bahwa pengurusan dan pengaturan ini dilakukan oleh pemegang kekuasaan ulil amri; c Bahwa tujuan pengaturan tersebut adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemadharatan; d Bahwa pengaturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan ruh atau semangat syari‟at Islam yang universal. 33 Berdasarkan hakikat tersebut disimpulkan bahwa sumber-sumber pokok siyasah syar‟iyyah adalah Al-Qur‟an dan sunnah, dan kedua sumber inilah yang menjadi acuan bagi pemegang pemerintahan untuk menciptakan peraturan perundang-undangan dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain dua sumber tadi, dikarenakan perkembangan masyarakat yang selalu dinamis, maka sumber atau acuan untuk menciptakan perundang-undangan juga berlaku pada manusia dan lingkungannya sendiri selama tidak bertentangan dengan syari‟at Islam siyasah syar‟iyyah. Dalam hal ini, untuk mengukur bahwa suatu kebijakan politik yang dikeluarkan oleh manusia atau tepetnya oleh pemegang kekuasaan haruslah sesuai dengan semangat syari‟at. Dengan kata lain, bagaimana sumber hukum yang berasal dari manusia dan lingkungannya itu menjadi bagian dari siyasah syar‟iyyah. Untuk mengukurnya, setidaknya perlu diperhatikan prosedur dan substansi dari kebijakan tersebut. Dari segi prosedur, pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut haruslah dilakukan dengan musyawarah, sebagaimana diperintah Allah dalam QS. Ali Imron 159. 33 M. Iqbal, Fiqh Siyasah………………….,hlm. 6 “Maka berkat rahmat Allh engkau Muhammad berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal”. QS. Ali Imron: 159 34 Sedangkan dari segi subtansinya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut, yaitu a Sesuai dan tidak bertentangan dengan syari‟at Islam; b Meletakkan persamaan kedudukan manusia di depan hukum dan pemerintahan al-musawah; c Tidak memberatkan masyarakat yang akan melaksanakannya „adam al-haraj; d Menciptakan rasa keadilan dalam masyarakat tahqiq al- „adalah; e Menciptakan kemaslahatan dan menolak kemadharatan jalb al-masalih wa daf al-mafasis. 35 Seperti apa yang telah dibahas sebelumnya, begitu pula dengan hakikat dan siyasah syar‟iyyah bahwa pengaturan dan pengurusan manusia untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudharatan dilakukan oleh pemegang kekuasaan ulil amri, sehingga dalam praktiknya, fiqh siyasah akan membicarakan tentang siapa sumber kekuasaan, siapa pelaksana kekuasaan, apa dasar dan bagaimana cara-cara melaksanakan kekuasaan yang telah diberikan kepadanya, dan kepada siapa pelaksana kekuasaan yang telah diberikan kepadanya, dan kepada siapa pelaksana kekuasaan mempertanggung kekuasaannya. 34 Departemen Agama RI. Al- Qur‟an dan Terjemahnya 35 M. Iqbal, Fiqih Syiyayah……………………. hlm. 9 Secara global hukum Islam dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia kepada Tuhannya ibadah dan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam masalah- masalah keduniaan secara umum muamalah. Hasbi ash-Shiddieqy membagi hukum Islam secara sistematis menjadi enam utama. Pertama, yang berkaitan dengan masalah ibadah kepada Allah seperti sholat, zakat dan haji; kedua, yang berkaitan dengan keluarga seperti nikah, thalaq dan rujuk; ketiga, yang berkaitan dengan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan sesama dalam bidang kebendaan seperti jual beli dan sewa menyewa; keempat, yang berkaitan dengan perang damai dan jihad syiar; kelima, yang berkaitan dengan hukum acara di peradilan murafa‟ah; keenam, yang berkaitan dengan akhlak adab. 36 Dalam buku fiqh siyasah karangan Muhammad Iqbal, enam kelompok ini sebenarnya masih bersifat global. Masih ada lagi beberapa bidang kehidupan manusia yang diatur oleh hukum Islam, yang diantaranya adalah Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah, Fiqh Jinayah, Fiqh Murafa‟ah atau hukum acara, Fiqh Munakahat, Fiqh Mawaris, Fiqh Siayasah. 37 Seperti penjelasan sebelumnya, dari sistematika ini dapat ditarik benang merah kedudukan fiqh siyasah dalam sistematika hukum Islam memegang peranan dan kedudukan penting dalam penerapan dan aktualisasi hukum Islam secara keseluruhan. Dalam fiqh siyasah-lah diatur bagaimana sebuah ketentuan hukum Islam bisa berlaku secara efektif dalam masyarakat Islam. Tanpa keberadaan Negara dan pemerintahan, ketentuan-ketentuan hukum Islam akan sulit terjamin keberlakuannya. Bila dilihat dari pengertian secara etimologis maupun terminologis, objek kajian fiqh siyasah meliputi aspek pengaturan hubungan antara warga Negara dengan warga Negara, hubungan antara warga negara dengan lembaga negara, dan hubungan antara lembaga negara dengan lembaga negara, baik hubungan yang bersifat intern suatu negara maupun hubungan yang bersifat 36 M. Iqbal, Fiqih Syiyayah……………………., hlm. 9 37 M. Iqbal, Fiqih Syiyayah……………………., hlm. 9-12