Profil Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta
dan Kajian Strategis : Nurmansjah Lubis, SE, Ak, MM
b. Dewan Syariah Wilayah DSW
Ketua : Abdurrahman Suhaemi, MA
Sekretaris : Ahmad Yani, BA
Ketua Lajnah Hisbah dan Disiplin Syar‟i
: Abdullah Qomarudin, Lc. Ketua Lajnah Arbitrase
: Mahbub, Lc. Ketua Lajnah Sumber Daya Insani
: Ahmad Adnan, Lc. Lajnah Kerjasama Keummatan
: Syu‟aib Zainal, Lc. c.
Dewan Pengurus Wilayah DPW Ketua Umum
: Selamat Nurdin, S.Sos, MM Wakil Ketua Umum
: Ahmad Zairofi, Lc Sekretaris Umum
: Tubagus Arif, S.Ag Bendahara Umum
: Drs. Nasrullah HN Sek. Biro Humas dan Media
: Ikhsan Fadilla, ST, MM Sek. Biro Perencanaan
: Arif Priambodo, S.Psi, MM Ka. Bid. Kaderisasi
: Tolhah Nuhin, Lc. Ka. Bid. Pembangunan Keummatan
: Hidayat Rohim Ka. Bid. Kebijakan Publik
: Rois Hadayana, SH Ka. Bid. Kepanduan dan Olah Raga
: Zainal Hasyim Ka. Bid. Generasi Muda dan Profesi : Fitra Arsil, SH, MH
Ka. Bid. Perempuan : Dra. Iceu Hernawati
Ka. Bid. Peng, Ekonomi dan Kewirausahaan
: Adi Susilo, MM. Ka. Bid. Kelembagaan Sosial
: Israyani, SP Kantor DPW PKS Jakarta berada di Jalan R. Soeprapto,
Kemayoran, Jakarta Pusat. Berbeda dengan kantor sebelumnya di jalan
Kramat Kwitang Raya yang masih mengontrak, kantor baru ini sudah menjadi milik sendiri. Hal ini merupakan cerminan pusat pemerintahan
yang harus lebih baik dari wilayah lain di Indonesia.
2. Data perolehan suara PKS 3 kali pemilu di DKI Jakarta
Dari hasil penghituangan suara untuk DPRD DKI yang memperebutkan 75 kursi, pada pemilu tahun 1999 Partai Keadilan
Sejahtera telah mendapatkan 24 persen dari total suara, dengan perolehan sebanyak 18 kursi. Menyusul di tempat kedua, Partai Demokrat yang
mendapatkan 16 kursi dengan persentase 21,33 persen suara. Di tempat ketiga, PDI Perjuangan mendapatkan 10 kursi dengan persentase 13,33
persen. Adapun Partai Golkar dan PPP, masing-masing memperoleh 7 kursi dengan persentase 9,33 persen. Sedangkan di urutan kelima, PAN
memproleh enam
kursi dengan
persentase suara
sebesar 8
persen. Selanjutnya, Partai Damai Sejahtera memperoleh 4 kursi dengan persentase 5,33 persen. Menyusul Partai Bintang Reformasi, yang
mendapatkan 3 kursi dengan 4 persen suara. Pada pemilu tahun 2004, PKS merupakan partai kedua terbanyak
setelah partai Demokrat dalam meraih kursi DPRD. Dari 94 kursi DPRD DKI, Demokrat meraih 32 kursi, PKS 18 kursi, PDIP 11 kursi, Golkar 7
kursi, PPP 7 kursi, Gerindra 6 kursi, PAN 4 kursi, PDS 4 kursi, Hanura 4 kursi, dan PKB 1 kursi. Sedangkan syarat partai bisa mengusung calon
dalam Pilkada DKI adalah memiliki minimal 15 kursi. Dengan demikian hanya partai Demokrat dan PKS yang bisa mengusung pasangan calon
tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Sedangkan pada pemilu tahun 2009 di DKI Jakarta, yang menjadi
barometer politik nasional, suara PKS menurun. Hal lini bisa dibandingkan dari hasil pemilu 2004, di mana PKS mendapatkan 18 kursi
24 persen dari 75 kursi DPRD DKI Jakarta. Sedangkan pada pemilu 2009, PKS mendapatkan 18 kursi dari 94 kursi DPRD. Artinya jumlah
perolehan kursi di DKI antara tahun 2004 dengan 2009, tidak berubah atau jumlah kursi PKS tetap.
Ini hanya menggambarkan para pemilih di Jakarta, yang kritis, sudah dapat membaca arah PKS, yang tidak seperti yang diharapkan
mereka, ketika awal berdiri. PKS perlahan-lahan mengalami transformasi
politik, dan menuju partai terbuka dengan visi Keindonesiaan, yang cenderung menjadi sekuler.
Perubahan itu, mulai terjadi ketika berlangsung Munas di Bali, yang akan menjadikan PKS menjadi sebuah partai yang terbuka. Tetapi,
waktu itu gagal, karena sebagian anggota majelis syuro, menolak gagasan partai terbuka. Langkah-langkah yang ingin diwujudkan menjadikan PKS
sebagai partai terbuka, hanya bagian dari kecenderungan para pemimpin elite PKS, yang sudah sangat terobsesi dengan kekuasaan.
3. Jumlah Anggota DPRD dari PKS dalam 3 kali pemilu
Sebaga sebuah partai politik yang berusaha meraih dukungan masyarakat pemilih dan memperjuangkan aspirasinya di parlemen, tentu
saja PKS dan di era sebelumnya melalui PK mengalami jatuh bangun dalam kancah perpolitikan nasional. Hal yang sama tentu juga terjadi di
Jakarta yang menjadi barometer politik nasional. Sejak Pemilu pertama yang diikuti yaitu tahun 1999, PKS yang masih bernama PK sudah
berhasil menempatkan wakilnya di DPRD DKI Jakarta dan membentuk fraksi sendiri dengan 4 orang anggota.
Jika dihitung dari pengalaman sebagai fraksi yang bekerja penuh dalam satu periode, berarti sudah tiga periode Fraksi PKS menjalankan
misi memperjuangkan aspirasi warga Jakarta selama 5 tahun yaitu periode 1999-2004, periode 2004-2009 dan periode 2009-2014. Selama tiga
periode itu pula banyak hal yang sudah diperjuangkan fraksi PKS bagi warga Jakarta dan pembangunan Jakarta yang lebih, tanpa atau dengan
posisi strategis yang dipegang anggota Fraksi PKS di DPRD DKI Jakarta. Masyarakat juga sudah merasakan keberadaan dan manfaat dari kiprah
Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta. Perjuangan gigih di DPRD DKI Jakarta yang didukung aksi-aksi
nyata para kadernya di masyarakat, menghantarkan PKS meraih dukungan publik dengan meraih suara terbanyak di Jakarta pada Pemilu 2004 dengan
18 kursi. Pemilu 2009 PKS Jakarta juga meraih 18 kursi meskipun dari persentase raihan suara mengalami penurunan. Pada Pemilu 2014, raihan
suara PKS di Jakarta meraih 11 kursi DPRD. Selengkapnya, berikut adalah perolehan suara Parpol di DKI Jakarta pada masing-masing Daerah
Pemilihan: Tabel 1
Jumlah Kursi di DPRD DKI Jakarta 2004-2009 No
Partai Politik Jumlah
Kursi Persentase
1 DEMOKRAT
32 34,04
2 PKS
18 19,15
3 PDIP
11 11,70
4 GOLKAR
7 7,45
5 PPP
7 7,45
6 GERINDRA
6 6,38
7 PAN
4 4,26
8 PDS
4 4,26
9 HANURA
4 4,26
10 PKB
1 1,06
TOTAL 94
Pada periode 2004-2009, sebagai partai pemenang Pemilu di Jakarta dan peraih kursi terbanyak di DPRD, PKS semakin memperkuat
peran dan posisinya dalam memperjuangkan kepentingan warga Jakarta dan mewujudkan Jakarta yang lebih baik. Perjuangan ini dilakukan
melalui para anggota di fraksi maupun di posisi-posisi strategis Komisi- Komisi dan alat kelengkapan dewan lainnya. Anggota FPKS yang menjadi
Walil ketua Komisi D menginisiasi pembentukan Kaukus Lingkungan yang melibatkan LSM dan akademisi di bidang lingkungan untuk
mendorong perbaikan lingkungan di Jakarta khususnya polusi udara. Fraksi PKS melalui kaukus ini berhasil mendorong lahirnya Perda No. 2
Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Perda ini kemudian terkenal denga Perda rokok karena berhasil memasukan
pengaturan tentang kawasan bebas asap rokok di ruang publik. Perda ini juga memaksa Pemda DKI melakukan upaya-upaya untuk mengurangi
polusi dari asap kendaraan bermotor diantaranya melalui Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
Pada pemilu 2009, PKS memperoleh suara sebanyak 8.206.955 suara atau 7,9 persen dan mendapat 57 kursi di DPR 10 persen.
Sedangkan perolehan kursi di DPRD DKI Periode 2009-2014 sebagai berikut:
Table 2 Jumlah Kursi di DPRD DKI Jakarta 2009-2014
No Partai Politik
Jumlah Kursi Persentase
1 PDIP
28 26,42
2 GERINDRA
15 14,15
3 PKS
11 10,38
4 DEMOKRAT
10 9,43
5 HANURA
10 9,43
6 PPP
10 9,43
7 GOLKAR
9 8,49
8 PKB
6 5,66
9 Nasional Demokrat
5 4,72
10 PAN
2 1,89
TOTAL 106
100 Dengan suara tersebut menjadikan PKS Salah satu partai yang
dominan di DPRD DKI Jakarta 2009-2014. Dengan berbekal suara tersebut menjadi salah satu pertimbangan mengusung calon pada
Pemilukada DKI 2012 dengan mencalonkan Hidayat Nur Wahid menjadi Gubernur DKI. Kita berhasil mempertahankan suara kita saat
Pemilukada, kader-kader sudah maksimal bekerja, tapi namanya politik ya sangat dinamis, partai yang besar bisa menurun, kami ucapkan selamat
kepada PDI Perjuangan DKI Jakarta, ujar Ketua Komisi B DPRD DKI ini. PKS juga digempur isu korupsi dengan ditangkapnya mantan Presiden
PKS Luthfi Hasa Ishaaq. Peran PKS di DPRD DKI juga semu. Mereka
lebih condong diam melihat karut marutnya Jakarta akibat banjir dan macet.
4. Prolehan suara pilgub untuk PKS dua kali pilkada
Berdasarkan Pengumuman Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada tanggal 20 Juli 2012 Hasil pemilukada DKI Jakarta putaran pertama
dan hasil pemilukada DKI Jakarta putaran 2 diumumkan pada Sabtu, 29 September 2012. Berikut perolehan suara Pemilihan Cagub dan Cawagub
DKI Jakarta Putaran pertama dan putaran kedua.
No Calon Gubernur-Wakil
Gubernur Partai Politik
Putaran 1 Putaran 2
Pemilih Pemilih
3 Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama PDIP dan Gerindra
1.847.157 42,60
2.472.130 53,82
1 Fauzi Bowo dan Nachrowi
Ramli PD, PAN, Hanura, PKB,
PBB, PMB, dan PKNU 1.476.648
34,05 2.120.815
46,18 4
Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini
PKS 508.113
11,72 5
Faisal Batubara dan Biem Triani Benjamin
Independen 215.935
4,98
6 Alex Noerdin dan Nono
Sampono Golkar, PPP, PDS, PP,
PKPB, PKDI, Republika, PPIB, Partai Buruh,
PPNUI, PNI Marhaenisme
202.643 4,67
2 Hendardji Soepandji
dan Ahmad Riza Patria Independen
85.990 1,98
Jumlah suara sah 4.336.486
4.592.945 Jumlah suara tidak sah
93.047 Golput
2.555.207 36,60
2.349.657 Jumlah seluruh suara
4.429.533 Jumlah Total DPT
6.962.348 100
6.996.951 100
Dalam Pemilukada Gubenur dimenangkan oleh Joko Widodo- Basuki. Pasangan ini mengalahkan pasangan incumbent dengan perolehan
suara 53.82 sedangakan Fauzi-Nara mendapatkan 46.18 suara. Dalam
pemilukada ini bisa dilihat bahwa dukungan dari banyak partai bukan menjadi suatu jaminan akan memenangkan pilkada tetapi dalam pilkadaa
ini sosok sangat mempengaruhi pemilih DKI Jakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN