Diskriminasi Deskripsi Hasil Penelitian

itu menunjukkan bahwa masyarakat setempat memperlakukan sebagian besar mahasiswa pendatang dengan adil. Tabel 37 Ringkasan kategorisasi item 26 Apakah Anda sebagai pendatang merasa tidak diterima oleh masyarakat setempat? Kategori jawaban Frekuensi Ya 1 1 Tidak, pendatang berusaha menyesuaikan 11 15 Tidak, masyarakat terbuka 59 80 Tidak, kurangnya interaksi 3 4 Jumlah 74 100 Diagram 36 Item 26 1 15 80 4 Ya Tidak, pendatang berusaha menyesuaikan Tidak, masyarakat menerima pendatang Tidak, kurangnya interaksi Dari tabel 37, nampak bahwa hanya ada 1 mahasiswa 1 yang merasa tidak diterima oleh masyarakat setempat. Di lain pihak, 11 mahasiswa 15 menyatakan diterima karena berusaha menyesuaikan, 59 mahasiswa 80 menjawab bahwa masyarakat memang terbuka terhadap pendatang sehingga mau menerima dan 3 mahasiswa 4 sisanya sangat sedikit melakukan interaksi dengan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pendatang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Tabel 38 Ringkasan kategorisasi item 31 Apakah anda sebagai pendatang tidak dilibatkan dalam kegiatan masyarakat? Kategori jawaban Frekuensi Tidak 13 18 Ya, tidak ada kegiatantidak melibatkan pendatang 26 35 Ya, kurangnya sosialisasi 18 24 Ya, pendatang tidak mau terlibat 17 23 Jumlah 74 100 Diagram 37 Item 31 18 35 24 23 Tidak Ya, tak ada kegiatantak melibatkan pendatang Ya, kurangnya sosialisasi Ya, pendatang tidak mau terlibat Tabel 38 menunjukkan, 13 mahasiswa 18 menyatakan sering mengikuti kegiatan yang diadakan masyarakat setempat. Di lain pihak 26 mahasiswa 35 menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada karena tidak dilibatkan. Selain itu, 18 mahasiswa 24 merasa tidak pernah terlibat dalam kegiatan karena ketidaktahuan akan informasi kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan 17 mahasiswa 23 menyatakan tidak mau terlibat dalam kegiatan yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak mahasiswa pendatang yang merasa bahwa masyarakat setempat pernah mengadakan kegiatan yang melibatkan mereka. Tabel 39 Ringkasan kategorisasi item 37 Apakah pendatang mendapat perlakuan kasar dari masyarakat setempat? Kategori jawaban Frekuensi Tidak 74 100 Jumlah 74 100 Diagram 38 Item 37 100 Tidak Dari tabel 39, nampak bahwa semua mahasiswa pendatang yang menjadi subyek menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari masyarakat setempat. Tabel 40 Ringkasan kategorisasi item 39 Apakah anda dipersulit oleh masyarakat setempat dalam bersosialisasi? Kategori jawaban Frekuensi Tidak 70 95 Ya 4 5 Jumlah 74 100 Diagram 39 Item 39 95 5 Tidak Ya Tabel 40 menyajikan, bahwa 70 mahasiswa 95 merasa tidak dipersulit dalam melakukan sosialisasi oleh masyarakat setempat, sedangkan 4 mahasiswa 5 sisanya menyatakan dipersulit oleh masyarakat setempat dalam bersosialisasi. Hal itu menandakan bahwa sebagian besar mahasiswa pendatang tidak dipersulit oleh masyarakat setempat dalam bersosialisasi. Tabel 41 Ringkasan kategorisasi item 40 Apakah Anda mendapat kesulitan ketika menghadapi aparat desa? Kategori jawaban Frekuensi Tidak 73 99 Ya 1 1 Jumlah 74 100 Diagram 40 Item 40 99 1 Tidak Ya Dari tabel 41, nampak bahwa 73 mahasiswa 99 merasa tidak mendapatkan kesulitan ketika berhadapan dengan aparat desa, sedangkan hanya 1 mahasiswa 1 yang merasa mendapatkan kesulitan saat menghadapi aparat desa. Hal itu berarti hampir semua mahasiswa pendatang tidak mendapatkan kesulitan ketika harus berurusan dengan aparat desa setempat.

D. Pembahasan

Data yang didapat dari jawaban-jawaban subyek atas kuesioner yang dibagikan menunjukkan bahwa: 1. Bahasa Faktor pertama yang mempengaruhi proses penyesuaian sosial adalah bahasa. Ada beberapa item yang digunakan untuk mengetahui apakah perbedaan bahasa menjadi problem dalam proses penyesuaian sosial. Item tersebut mencakup bahasa apa yang digunakan masyarakat dan intensitas penggunaannya dalam berkomunikasi, hambatan dalam berkomunikasi, apakah bahasa menjadi penghalang dalam proses penyesuaian sosial, dan apa pengaruh penggunaan bahasa dalam proses tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Intensitas penggunaan bahasa Jawa memang lebih tinggi dari penggunaan bahasa Indonesia, namun lebih banyak masyarakat setempat yang menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan pendatang. Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyampaikan informasi Matsumoto, 2004. Samovar dan Porter 1982 mengungkapkan, lewat komunikasi kita masuk dalam kelompok sosial yang berhubungan dengan kita. Permasalahan tidak akan muncul apabila pendatang mampu memahami bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat, bila dilihat dari hasil penelitian, tercatat 46 mahasiswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendatang yang mampu memahami bahasa Jawa. Sedangkan 38 lainnya mengalami kesulitan, karena mereka hanya sedikit mampu atau bahkan tidak mampu memahami bahasa yang digunakan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa lebih banyak mahasiswa pendatang yang tidak mengalami kesulian dalam memahami bahasa Jawa bila dibandingkan dengan yang tidak mampu. Kecakapan berkomunikasi pendatang nantinya akan mempermudah semua aspek penyesuaian dalam masyarakat setempat Samovar Porter, 1982. Nampaknya cukup banyak mahasiswa yang menyadari hal tersebut, hasil survei menunjukkan sebanyak 54 mahasiswa yang mau berusaha untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Proses penyesuaian sosial dapat tercipta dengan baik karena adanya kerjasama dari kedua belah pihak. Dengan kata lain, masyarakat juga harus berperan serta dalam proses tersebut, dan hal itu memang dilakukan oleh masyarakat setempat yang ditandai dengan penerimaan masyarakat akan perbedaan bahasa para pendatang. Masyarakat tidak menganggap pendatang sebagai sesuatu yang negatif karena bahasa mereka gunakan. Berdasarkan hasil survei maka dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak muncul sebagai problem dalam proses penyesuaian sosial. Hal tersebut dapat dilihat dari lebih tingginya prosentase mahasiswa pendatang 46 yang mampu memahami bahasa Jawa bila dibandingkan dengan mahasiswa pendatang yang mengalami hambatan 38. 2. Perilakukebiasaan Faktor kedua yang mempengaruhi proses penyesuaian sosial adalah perbedaan perilakukebiasaan. Dayakisni Yuniardi 2004 mendefinisikan budaya sebagai seperangkat nilai, sikap, keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang. Budaya ada dalam diri individu, salah satu bentuk dari budaya adalah perilakukebiasaan pada individu tersebut. Munculnya ketidakcocokan perilaku atau kebiasaan tentu dapat menghambat proses penyesuaian sosial. Agar dapat mengetahui sejauh mana perbedaan tersebut menghambat penyesuaian sosial, maka ada beberapa pertanyaan yang diberikan pada subyek. Diantaranya adalah untuk mengetahui apakah perbedaan cita rasa masakan, gaya berbicara, cara berpakaian, jam malam yang berlaku di masyarakat setempat tidak sesuai dengan para pendatang dan apakah hal-hal tersebut menjadi permasalahan dalam proses penyesuaian. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 31 mahasiswa pendatang yang merasa cocok dengan cita rasa makananmasakan yang ada di Yogyakarta. Sedangkan 27 mahasiswa tidak menyukai cita rasa masakan yang ada di Yogyakarta. Tetapi 39 lainnya meski merasa tidak terlalu cocok, mereka mau berusaha untuk menerimanya. Dalam hal gaya berpakaian, sebagian besar para mahasiswa pendatang merasa gaya berpakaian yang berlaku sopan, sehingga mereka menyukainya dan hal itu membuat mereka mau mengikuti gaya tersebut. Gaya berbicara yang berbeda antara pendatang dan masyarakat setempat juga dapat diatasi dengan baik, hal itu nampak pada prosentase yang hampir seimbang antara kemauan pendatang untuk menyesuaikan dengan kemauan masyarakat untuk menerima gaya bicara pendatang yang berbeda. Masyarakat setempat cukup baik dalam menerima perbedaan perilakukebiasaan yang dibawa oleh pendatang. Pendatang diterima dengan terbuka oleh masyarakat meski memiliki kebiasaan yang berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari perlakuan masyarakat yang tidak mempersulit pendatang saat proses penyesuaian. Meskipun ada berapa perbedaan kebiasaan yang dapat diterima atau disesuaikan ada satu hal yang menurut para mahasiswa pendatang menjadi faktor penghambat dalam melakukan kegiatan. Pendatang merasa jam malam yang berlaku di masyarakat pk.21.00 WIB terlalu awal. Mereka mengungkapkan hal itu cukup merugikan, karena bagi mereka masih banyak kegiatan yang sedang atau masih perlu dilakukan pada waktu tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa hanya ada satu perbedaan perilakukebiasaan yang menghambat para mahasiswa pendatang dalam proses penyesuaian sosial. Perbedaan kebiasaan tersebut adalah berlakunya jam malam yang terlalu awal. 3. Prasangka Faktor ketiga adalah prasangka. Prasangka adalah sebuah sikap biasanya negatif terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Prasangka dapat melibatkan perasaan negatif atau emosi pada orang yang dikenai prasangka ketika mereka hadir atau hanya dengan memikirkan anggota kelompok yang tidak mereka sukai Baron Byrne, 2003. Salah satu ciri dari prasangka adalah mempercayai suatu pandangan yang belum tentu benar kebenarannya terhadap anggota suatu kelompok atau terhadap kelompok itu sendiri. Pandangan tersebut dapat tercermin dengan sikap negatif terhadap seseorang yang diprasangkai. Ada beberapa pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya prasangka dari masyarakat setempat pada para pendatang. Pertanyaan- pertanyaan tersebut meliputi: bagaimana pendatang diperlakukan oleh masyarakat sekitar, apakah dipandang negatif, dianggap sebagai pengaruh buruk, selalu dicurigai dalam banyak hal ataukah tidak disukai masyarakat sebagai pendatang. Berdasarkan hasil survei, 88 mahasiswa pendatang tidak mendapatkan perlakuan negatif dari masyarakat setempat, selain itu, masyarakat juga tidak menghinamengejek para pendatang. Masyarakat berusaha menerima pendatang meski berasal dari kelompok yang berbeda, bahkan 19 masyarakat merasa diuntungkan dengan adanya pendatang karena usaha yang mereka buka dipergunakan oleh para pendatang. Para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI