Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Sosial
a. Perbedaan Bahasa Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
menyimpan informasi. Bahasa juga merupakan sarana utama dalam pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, tanpa bahasa, budaya
sebagaimana yang kita kenal tidak akan ada. Bahasa yang satu dapat sangat berbeda dengan bahasa yang lain, dan perbedaan-perbedaan ini terkait dengan
beberapa perbedaan-perbedaan penting dalam kebiasaan dan perilaku pada budaya yang menaungi bahasa tersebut Matsumoto, 2004.
Para pendatang yang ingin menyesuaikan diri biasanya akan mengalami kesulitan karena adanya perbedaan bahasa. Mereka akan sulit memahami
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat apabila tidak memahami bahasa yang berlaku, karena sarana utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. Matsumoto
2004 juga mengatakan, pemahaman kita mengenai bahasa dan hubungannya dengan perilaku dan budaya menjadi hal yang penting. Dalam era globalisasi
seperti sekarang ini, pengetahuan mengenai lebih dari satu bahasa menjadi alat yang vital dalam memahami dan berkomunikasi dengan orang dari budaya lain.
Samovar Porter 1982 mengungkapkan, lewat komunikasi kita menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapatkan
keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi kita. Proses komunikasi menjadi faktor yang cukup penting dalam
penyesuaian sosial. Sebagaimana masyarakat setempat memperoleh pola kebudayaan melalui komunikasi dari generasi sebelumnya, para pendatang juga
menemukan pola kebudayaan masyarakat setempat melalui komunikasi. Tetapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam banyak kasus, bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi sangat berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut sering merintangi timbulnya saling
pengertian antara para pendatang dengan masyarakat setempat. Melalui pengalaman berkomunikasi yang terus-menerus, para pendatang
akan memperoleh kecakapan berkomunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungan barunya. Kecakapan pendatang dalam berkomunikasi akan berfungsi
sebagai seperangkat alat penyesuaian sosial. Kecakapan berkomunikasi pendatang nantinya akan mempermudah semua aspek penyesuaian dalam
masyarakat setempat Samovar Porter, 1982 . Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa sebagai
sarana utama dalam berkomunikasi. Para pendatang perlu berkomunikasi dengan masyarakat setempat agar dapat memahami pola-pola kebudayaan yang berlaku
sehingga dapat menyesuaikan diri dalam proses penyesuaian sosial. Tetapi bahasa yang digunakan dalam satu daerah dapat sangat berbeda dengan daerah
yang lainnya.
b. Perbedaan perilakukebiasaan Dayakisni Yuniardi 2004 mendefinisikan budaya sebagai seperangkat
nilai, sikap, keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang. Budaya ada dalam diri individu, salah satu bentuk dari budaya adalah
perilakukebiasaan pada individu tersebut. Setiap budaya memiliki pola perilaku dan kebiasaan yang berlaku dalam kelompoknya Matsumoto, 2004.
Individu harus dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompoknya agar dapat diterima dalam masyarakat tersebut. Bila perilaku
seorang individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, maka individu tersebut akan dianggap sebagai orang luar atau tidak diakui sebagai anggota
kelompok tersebut. Para pendatang tentu memiliki pola perilakukebiasaan sendiri yang
berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di Yogkakarta, karena mereka memiliki kebudayaan yang berbeda pula. Apa yang berlaku di suatu daerah belum tentu
juga berlaku di daerah lain. Agar dapat diterima oleh masyarakat setempat, tentu para pendatang harus mampu mengubah perilakukebiasaannya dan berusaha
untuk menyesuaikan dengan kebiasaan yang ada. Tetapi proses penyesuaian tersebut dapat menimbulkan kesulitan, perilaku yang sudah melekat pada diri
individu sekian lama tentu akan sulit untuk diubah. Oleh karena itu, perbedaan perilakukebiasaan juga dapat menjadi penghalang dalam proses penyesuaian
sosial yang dihadapi oleh para mahasiswa pendatang.
c. Prasangka sosial Prasangka dapat diartikan sebagai sikap yang tidak baik dan dapat
dianggap sebagai suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara yang menentang atau menjauhi dan bukan
menyokong atau mendekati orang lain, terutama sebagai anggota kelompok Newcomb, 1978.