Problem-problem Penyesuaian Sosial Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial
Individu harus dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompoknya agar dapat diterima dalam masyarakat tersebut. Bila perilaku
seorang individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, maka individu tersebut akan dianggap sebagai orang luar atau tidak diakui sebagai anggota
kelompok tersebut. Para pendatang tentu memiliki pola perilakukebiasaan sendiri yang
berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di Yogkakarta, karena mereka memiliki kebudayaan yang berbeda pula. Apa yang berlaku di suatu daerah belum tentu
juga berlaku di daerah lain. Agar dapat diterima oleh masyarakat setempat, tentu para pendatang harus mampu mengubah perilakukebiasaannya dan berusaha
untuk menyesuaikan dengan kebiasaan yang ada. Tetapi proses penyesuaian tersebut dapat menimbulkan kesulitan, perilaku yang sudah melekat pada diri
individu sekian lama tentu akan sulit untuk diubah. Oleh karena itu, perbedaan perilakukebiasaan juga dapat menjadi penghalang dalam proses penyesuaian
sosial yang dihadapi oleh para mahasiswa pendatang.
c. Prasangka sosial Prasangka dapat diartikan sebagai sikap yang tidak baik dan dapat
dianggap sebagai suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara yang menentang atau menjauhi dan bukan
menyokong atau mendekati orang lain, terutama sebagai anggota kelompok Newcomb, 1978.
Prasangka adalah sebuah sikap biasanya negatif terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok
tersebut. Seseorang yang memiliki prasangka terhadap kelompok sosial tertentu cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama biasanya secara
negatif semata karena mereka anggota kelompok tersebut. Prasangka dapat melibatkan perasaan negatif atau emosi pada orang yang dikenai prasangka ketika
mereka hadir atau hanya dengan memikirkan anggota kelompok yang tidak mereka sukai. Prasangka juga dapat menyebabkan munculnya kecenderungan
untuk bertingkah laku secara negatif terhadap mereka yang menjadi obyek prasangka Baron Byrne, 2003.
Ahmadi 1991 mengatakan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain
atau kelompok lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka, diantaranya adalah:
1. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan akan menimbulkan perasaan superior. Perbedaan di sini dapat meliputi:
a. Perbedaan phisikbiologis, ras. b. Perbedaan lingkungangeografis.
c. Perbedaan kekayaan. d. Perbedaan status sosial.
e. Perbedaan kepercayaan. f. Perbedaan norma sosial.
2. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
3. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi penyebab timbulnya prasangka. Individumasyarakat biasanya hanya melihat seseorang dari apa yang
nampak dari luar untuk menilai seseorang tanpa mau mengenal pribadi orang tersebut. Banyak orang hanya melihat phisikras dari individu lain untuk memberi
penilaian. Bila penilaian itu positif maka untuk selanjutnya tidak akan terjadi masalah. Seorang individu dapat diperlakukan berbeda bila ia berasal dari
golongan tertentu. Misalnya bila masyarakat setempat memiliki pandangan bila orang Cina itu pelitorang Batak itu keras, meskipun mereka tidak mengenalnya
namun karena masyarakat sudah berpandangan seperti itu, maka bila mereka melihat orang CinaBatak akan menganggap orang itu pelit atau keras.
Di lain pihak, pengalaman juga dapat menjadi penyebab seseorang diperlakukan berbeda. Misalkan bila seseorang medapatkan pengalaman yang
tidak menyenangkan dengan orang dari sukuras lain. Maka bila ia bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku yang sama dengan orang tadi, secara
otomatis akan menganggap orang tersebut memiliki sifat yang sama dengan orang yang membuatnya mendapat pengalaman buruk. Ia tidak akan peduli lagi
bahwa kepribadian setiap orang tidaklah sama. Dalam prasangka setiap situasi dianggap berkaitan. Atas dasar keyakinan
ini, maka segala pengalaman yang diperoleh seseorang mengenai suatu suku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipandangditafsirkannya dari segi keyakinan tersebut. Akibatnya orang tidak mau tahu terhadap kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan prasangka itu.
Prasangka sosial biasanya terdiri atas sikap negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi.
Prasangka sosial yang pada mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap orang yang
termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Prasangka-prasangka yang timbul biasanya dapat menghambat proses
penyesuaian diri yang dilakukan seseorang Sears, 1985. Jadi prasangka sosial merupakan suatu sikap atau perasaan negatif yang
diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain, suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara
yang menentang atau menjauhi dan perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap orang yang termasuk golongan
yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Proses penyesuaian sosial dapat terhambat bila prasangka-prasangka tersebut muncul.
d. Diskriminasi Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara
berdasarkan perbedaan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan lain sebagainya KBBI, 1998:208.
Prasangka sosial yang pada mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap
orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Tindakan diskriminatif diartikan sebagai perilaku
menerima atau menolak seseorang berdasarkan atau setidaknya dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya Sears, 1985. Diskriminasi merupakan tingkah
laku negatif yang ditujukan kepada anggota kelompok sosial yang menjadi obyek prasangka Baron Byrne, 2003. Gerungan 1986 mendefinisikan tindakan
diskriminatif sebagai tindakan yang bercorak menghambat, merugikan, bahkan dapat mengancam kehidupan pribadi orang hanya karena mereka termasuk dalam
golongan orang yang diprasangkai itu. Menurut Theodorson Theodorson 1979 diskriminasi adalah perlakuan
yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribit-atribut khas, seperti berdasarkan ras,
suku bangsa, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengemukakan diskriminasi mencakup perilaku apa saja,
yang berdasarkan perbedaan yang dibuat secara alamiah atau pengkategorian masyarakat, yang tidak berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu
yang dikenai perlakuan diskriminasi. Diskriminasi mengandung perlakuan yang tidak sama terhadap sekelompok orang.
Jadi diskriminasi merupakan tingkah laku negatif yang yang tidak seimbang yang ditujukan pada seseorang atau kelompok tertentu karena individu
atau kelompok tersebut merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki perbedaan suku, ras, agama maupun status sosial.
C. Problem-problem yang Muncul dalam Proses Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Pendatang yang Melanjutkan Studi di Yogyakarta
Kebudayaan merupakan sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Bila sekelompok orang itu terus
hidup bersama tanpa ada campur tangan dari kelompok lain, tentu masalah tidak akan muncul. Namun bila ada dua kebudayaan atau lebih yang berbeda, karena
setiap daerah memiliki kebudayaannya sendiri, tentu akan menimbulkan masalah. Apa yang dianggap benar oleh budaya yang satu belum tentu dianggap benar pula
oleh kebudayaan yang lain begitu pula yang terjadi di Yogyakarta sebagai kota pelajar.
Para pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa dan ingin melanjutkan studi di Yogyakarta harus dapat menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup.
Mereka akan membawa kebudayaan yang sudah melekat pada diri mereka ke Yogyakarta yang tentu saja sudah memiliki kebudayaannya sendiri.
Permasalahan tidak akan muncul apabila kebudayaan pendatang sama dengan kebudayaan yang berlaku di Yogyakarta. Para pendatang akan mudah
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tetapi dengan adanya perbedaan tersebut tentu mereka akan menghadapi kesulitan dalam proses
penyesuaian. Proses penyesuaian yang berhubungan dengan interaksi masyarakat setempat dengan segala perbedaan, kebiasaan, adat dan aturan-aturan yang
berlaku di dalam masyarakat tersebut dikenal dengan proses penyesuaiam sosial. Individu dapat hidup berdampingan bila proses penyesuaian sosial dapat
dilakukan. Tetapi banyak permasalahan yang akan timbul dalam proses penyesuaian sosial tersebut.
Perbedaan bahasa yang dimiliki oleh para pendatang dapat menjadi penghalang terjadinya penyesuaian sosial. Mereka perlu untuk memahami pola-
pola kebudayaan yang berlaku di masyarakat setempat, bahasa merupakan sarana utama untuk memahami hal tersebut. Tetapi bahasa yang digunakan para
pendatang belum tentu dapat dimengerti oleh masyarakat setempat, begitu pula sebaliknya. Perbedaan bahasa seperti itulah yang dapat menghambat proses
penyesuaian sosial. Perbedaan kebudayaan juga dapat menimbulkan perbedaan
perilakukebiasaan. Individu yang berasal dari budaya satu dapat berperilaku berbeda dengan individu dari kebudayaan lain, karena apa yang dianggap benar
di suatu daerah belum tentu dianggap benar pula di daerah lain. Permasalahan akan muncul ketika individu berpindah tempat dimana kebiasaan yang berlaku di
daerahnya tidak berlaku di daerah yang baru. Individu harus menyesuaiakan perilakunya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut agar dapat
diterima oleh masyarakatnya. Bila prasangka muncul sebelum proses penyesuaian terjadi, maka akan
tercipta jarak diantaranya. Bila ada jarak tentu kedua belah pihak tidak akan dapat saling memahami. Prasangka sosial merupakan suatu sikap atau perasaan negatif
yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain. Diskriminasi dapat pula muncul dalam menghadapi proses penyesuaian
sosial. Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan maupun hak dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat yang didasarkan pada perbedaan warna kulit, golongan, suku, agama, dan sebagainya. Perbedaan budaya dari masing-masing pihak dapat
menumbulkan perlakuan diskriminasi. Diskriminasi menyebabkan perbedaan perlakuan dan hal tersebut dapat menghambat proses penyesuaian, karena dalam
diskriminasi orang cenderung hanya mau berkomunikasi dengan anggota kelompoknya sendiri dan menganggap anggota kelompok lain tidak baik.
Banyaknya permasalahan yang mungkin muncul seperti adanya perbedaan bahasa, perbedaan perilakukebiasaan, munculnya prasangka, dan
diskriminasi tentu akan menghambat proses penyesuaian sosial. Permasalahan tersebut nampaknya dapat menjadi hal yang menarik untuk diteliti secara lebih
mendalam agar dapat diketahui apakah mahasiswa pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa dan melanjutkan studinya di Yogyakarta mengalami problem-
problem dalam proses penyesuaian sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI