1
BAB 1 PENDAHULUAN
Uraian  dalam  bab  ini  terdiri  dari  latar  belakang  penelitian,  rumusan masalah,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian,  spesifikasi  produk  dan  definisi
operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di  dalam  dunia  pendidikan,  IPA  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran pokok  yang  tercantum  dalam  kurikulum  pendidikan  di  Indonesia,  termasuk  pada
jenjang sekolah dasar Susanto, 2013: 165.
IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan  Alam”  yang  merupakan  terjemahan  dari  kata-kata  Bahasa  Inggris
yaitu “Natural Science” atau lebih sering disebut “Science”. Science merupakan
Ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Iskandar, 2001:  2.    Menurut  Trianto  2010:  136  IPA  mempelajari  alam  semesta,  benda-
benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.
Ruang  lingkup  IPA  yang  diajarkan  pada  jenjang  SD  meliputi  1  makhluk hidup  dan  proses  kehidupan,  yaitu  manusia,  hewan,  tumbuhan,  dan  interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan, 2 bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi:  cair,  padat  dan  gas,  3  energi  dan  perubahannya  meliputi:  gaya,  bunyi,
panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4 bumi dan alam semesta meliputi:  tanah,  bumi,  tata  surya,  dan  benda-benda  langit  lainnya  BNSP,  2006:
162.  Salah  satu  Kompetensi  dasar  KD  yang  harus  dikuasai  adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 mendiskripsikan  daur  hidup  beberapa  makhluk  hidup  Kemendikbud,  2013:  97-
98. Materi tersebut diberikan kepada siswa kelas IV semester 1. Trianto  2010:  143  mengemukakan  bahwa  pembelajaran  IPA  hendaknya
disampaikan  dengan  melibatkan  siswa  secara  aktif  selama  proses  pembelajaran. Guru hanya memberi tangga yang dapat membantu siswa untuk mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki sendiri  tangga  tersebut.  Selain  itu,  pembelajaran  IPA  di  kelas  sebaiknya  tidak
hanya sekedar membaca atau menghafal konsep yang diberikan guru berdasarkan dari  buku  teks  pembelajaran  namun  sebaiknya  guru  memberikan  kesempatan
kepada  siswa  untuk  melatih  keterampilan-keterampilan  proses  IPA  pada  siswa sehingga dengan sendirinya siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep, teori dan
sikap ilmiah. Berdasarkan  penjelasan  di  atas,  mata  pelajaran  IPA  dapat  diterima  siswa
apabila  siswa  diberi  kesempatan  untuk  mengalami  pengalaman  belajar  secara langsung  sehingga  siswa  dapat  terlibat  dalam  proses  belajar  yang  aktif.  Namun
dalam implementasinya di sekolah, banyak guru yang masih mengalami kesulitan dalam  melaksanakan  proses  pembelajaran  sehingga  mempengaruhi  siswa  dalam
mengembangkan kemampuan
berpikir. Para
guru belum
sepenuhnya melaksanakan  pembelajaran  yang  aktif  dan  kreatif  dalam  melibatkan  siswa
Susanto,  2013:  165-166.  Hal  yang  serupa  juga  peneliti  temui  di  SD  Pangudi Luhur  Yogyakarta.  Berdasarkan  hasil  observasi  pembelajaran    IPA  yang
dilakukan  peneliti  pada  tanggal  3  Agustus  2016,  guru  menggunakan  metode ceramah  dan  tanya  jawab  selama  proses  pembelajaran  berlangsung.  Guru  hanya
menggunakan panduan buku cetak sebagai  pedoman dalam mengajar. Selain itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 guru  juga  tidak  menggunakan  media  pembelajaran  selama  proses  mengajar,
sehingga  banyak  siswa  yang  tidak  memahami  materi  yang  diberikan.  Hal  ini terbukti  ketika  siswa  ditunjuk  oleh  guru  untuk  menjawab  pertanyaan  dan  siswa
tersebut  tidak  dapat  menjawab  pertanyaan.  Selama  proses  mengajar,  guru  lebih sering  mencatat  di  papan  tulis,  sehingga  banyak  siswa  yang  cenderung  pasif
selama  proses  pembelajaran.  Bahkan  beberapa  siswa  terlihat  sibuk  dengan kegiatan  yang  mereka  lakukan  sendiri  seperti  bermain  dengan  alat  tulis  atau
berbicara  dengan  teman  mereka.  Banyak  potensi  yang  ditemukan  oleh  peneliti selama melakukan observasi untuk membantu siswa dalam belajar, sebagai contoh
ada  beberapa  pohon  yang  ditebang  di  sekitar  sekolah.  Kayu  hasil  tebangan tersebut dapat digunakan untuk membuat media yang sebenarnya dapat membantu
mempermudah  siswa  dalam  belajar.  Potensi  yang  ada  tidak  digunakan  dengan maksimal  sehingga  menimbulkan  permasalahan.  Permasalahan  tersebut  yaitu
kurangnya  pemahaman  siswa  dalam  memahami  pembelajaran.  Hal  ini  juga diperkuat  dengan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  kepada  siswa  kelas  IV  di  SD
Pangudi Luhur Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV, siswa mengatakan bahwa dalam materi pembelajaran IPA terdapat banyak hafalan
sehingga  siswa  mengalami  kesulitan  dalam  belajar  IPA  khususnya  pada  materi yang  berhubungan  dengan  daur  hidup  hewan.  Kebanyakan  siswa  merasa
mengalami  kebingungan  dengan  materi  daur  hidup  hewan  karena  mereka  tidak dapat  melihat  proses  daur  hidup  secara  langsung.  Oleh  sebab  itu,  siswa
membutuhkan  suatu  metode  yang  dapat  membantu  mempermudah  dalam memahami  materi  dan  membuat  siswa  aktif  dan  tertarik  selama  proses
pembelajaran,  misalnya  dengan  menggunakan  media  pembelajaran  dalam  proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 belajar.  Berdasarkan  hasil  data  analisis  kebutuhan  yang  telah  diberikan  kepada
guru  dan  siswa  kelas  IV  hasil  menunjukkan  bahwa  media  pembelajaran  dapat membantu  siswa  dalam  memahami  materi  pembelajaran  yang  diberikan  dan
membantu siswa dalam menemukan jawaban tanpa bantuan dari orang lain. Selain itu,  siswa  menyetujui  bahwa  media  pembelajaran  dapat  membantunya  dalam
belajar  karena  dapat  membantu  memperjelas  isi  materi  dalam  pembelajaran.  Hal tersebut sesuai dengan kegunaan media pembelajaran menurut Sanaky 2013: 41
dimana  media  pembelajaran  dapat  membantu  siswa  dalam  memahami  materi pembelajaran,  serta  membantu  mengatasi  ruang,  waktu,  dan  daya  indera.  Media
pembelajaran  juga  dapat  menghidupkan  suasana  pembelajaran  sehingga  proses pembelajaran  tidak  berjalan  satu  arah.  Berdasarkan  hasil  tersebut,  dapat
disimpulkan  bahwa  media  pembelajaran  sangat  dibutuhkan  siswa  untuk membantu siswa dalam memahami isi dalam materi pembelajaran.
Menurut Piaget dalam Aunurrahman, 2012: 44-45, anak usia SD berada pada tahap operasional konkret 7
– 11 tahun. Pada tahap tersebut, anak usia SD sudah  mampu  berpikir  secara  logis  untuk  membantu  memecahkan  persoalan-
persoalan  yang  dihadapi,  anak  dapat  menganalisis  masalah  dari  berbagai  segi. Namun anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret
dan belum bersifat abtrak Suparno, 2011: 69-70. Di  dalam  dunia  pendidikan  Montessori,  media  pembelajaran  selalu
digunakan  selama  proses  belajar  karena  dapat  membantu  anak  selama  proses pembelajaran,  anak  akan  belajar  secara  mandiri  dan  dengan  sendirinya  anak
tersebut  akan  menemukan  jawaban  atas  persoalan  yang  ada  maupun  kesalahan yang dibuat oleh anak tersebut selama proses pembelajaran. Media pembelajaran
5 berdasarkan  pada  metode  Montessori  memiliki  ciri-ciri  yaitu:  1  menarik,  2
bergradasi,  3  auto-correction,  4  auto-education  Montessori,  2002:  170-174. Peneliti juga menambahkan unsur kontekstual sebagai ciri tambahan yang kelima
agar  media  pembelajaran  dapat  digunakan  sesuai  dengan  kondisi  lingkungan belajar siswa.
Beberapa  penelitian  mengenai  metode  Montessori  telah  dilakukan,  dan telah membuktikan bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat
membantu  siswa  dalam  memahami  materi  pembelajaran.  Penelitian  yang dilakukan    Murti  2015    mengenai  pengembangan  alat  peraga  pembelajaran
matematika  SD  materi  pembagian  bilangan  bulat  berbasis  metode  Montessori. Hasil  dari  penelitian  ini  menunjukkan  adanya  peningkatan  pada  uji  lapangan
terbatas,  dari  rerata  4,62  menjadi  rerata  8,9.  Penelitian  lainnya  dilakukan  oleh Pertiwi  2015  dengan  mengembangkan  alat  peraga  pembelajaran  matematika
materi  perkalian  berbasis  metode  Montessori.  Hasil  dari  penelitian  ini menunjukkan  adanya  peningkatan  pada  uji  lapangan  terbatas,  dari  rerata  3,95
menjadi  rerata  8,62.  Selain  itu,  Hardiyanti  2016  juga  mengembangkan  alat peraga IPS untuk materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori
untuk kelas IV. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest dengan selisih rerata nilai sebesar
37,2.  Berdasarkan  beberapa  penelitian  yang  telah  dilakukan  tersebut  dapat diperoleh hasil yaitu nilai sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga berbasis
metode Montessori mengalami peningkatan. Hal tersebut juga menunjukan bahwa alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam memahami
isi  materi  pembelajaran,  sehingga  peneliti  tertarik  untuk  menggunakan  media PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 pembelajaran  berbasis  metode  Montessori  untuk  membantu  siswa  memahami
materi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA, karena berdasarkan dari hasil  wawancara  yang  telah  dilakukan  peneliti  kepada  siswa  diketahui  bahwa,
pada  mata  pelajaran  IPA  siswa  sulit  memahami  isi  materi  karena  banyaknya materi  yang  bersifat  abstrak.  Selain  itu,  sebagian  besar  penelitian  yang  telah
dilakukan  dengan  menggunakan  metode  Montessori  ditujukan  pada  mata pelajaran Matematika, dan IPS sedangkan pada mata pelajaran IPA belum ada.
Berdasarkan paparan di atas, mengenai permasalahan yang dialami, siswa kelas  IV  pada  mata  pelajaran  IPA  materi  daur  hidup  hewan,  kebutuhan  media
pembelajaran  dalam  pembelajaran  dan  hasil  penelitian  mengenai  metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti terdorong untuk
melakukan  penelitian  dan  pengembangan  Research  and  Development.  Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran mata pelajaran IPA
materi  daur  hidup  hewan  pada  siswa  kelas  IV  SD  Pangudi  Luhur  2  Yogyakarta tahun  ajaran  20162017.  Media  pembelajaran  dikembangkan  berdasarkan  media
pembelajaran  berbasis  metode  Montessori  dengan  ciri-ciri  yaitu  menarik, bergradasi,  auto-correction,  auto-education  dan  kontekstual.  Penelitian  ini
dibatasi  pada  tahapan  menghasilkan  prototipe  atau  bentuk  dasar  dari  produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara ilmiah kepada ahli dan melalui uji
coba lapangan terbatas.
1.2 Rumusan Masalah