Kriteria Alat Peraga Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

56

c. Kriteria Alat Peraga

Tidak semua benda dapat dikatakan sebagai alat peraga. Menurut Russefendi dalam Sundayana,2014:18-19 berpendapat bahwa benda harus memenuhi beberapa syarat tertentu untuk disebut sebagai alat peraga terutama alat peraga bahasa Indonesia. Berikut merupakan berbagai kriteria dari alat peraga bahasa Indonesia, yaitu: 1. Tahan lama dan tidak melukai siswa ketika digunakan 2. Bentuk dan warnanya menarik 3.Sederhana dan mudah dikelola 4.Dapat menyajikan konsep menulis dan membaca dalam bentuk tulisan huruf yang nyata. 5. Sesuai dengan konsep menulis dan membaca 6. Peragaan dapat digunakan sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa. 7. Menjadikan siswa dapat belajar aktif dan mandiri dengan menggunakan alat peraga.

d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Alat peraga Montessori mempunyai empat ciri khusus Montessori, 2002:171-175. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. Ciri alat peraga Montessori yang pertama adalah menarik.Alat peraga Montessori dirancang sedemikian rupa supaya menarik bagi siswa supaya dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar khususnya dalam penelitian ini untuk membaca dan menulis. 57 Alat peraga dibuat menarik dari segi,warna, bentuk dan sebagainya. Jikadilihat warnanya, alat peraga yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak pada saat anak menyentuh, meraba alat peraga menggunakan indera perabanya, serta mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh alat peraga menggunakan indera pendengar dan indera peraba kulit. Melalui alat peraga tersebut, anak pun dapat menemukan hubungan satu hal dengan yang lain yang ada di dalam alat peraga Montessori,2014:174. Ciri alat peraga Montessori yang kedua adalah bergradasi. Alat peraga Montessori mempunyai gradasi rangsangan warna, bentuk,dan tekstur dari alat peraga tersebut. Peneliti melihat adanya gradasi tekstur pada alat Sandpaper Letters yang telah dirancang, karena teksturnya tidak terlalu halus, sehingga mampu merangsang motorik halus anak ketika diraba secara berulang. Alat peraga Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat merangsang panca indera tetapi tetap menarik perhatian siswa, karena adanya perpaduan warna. Warna gradasi juga disesuaikan dengan penggunaan alat Montessori dan disesuaikan dengan perkembangan usia anak maupun materi yang dapat diperoleh dari alat peraga yang sama Montessori,2002:174. Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna. Misalnya pada alat montessori terdapat warna merah untuk huruf vokal dan warna biru untuk huruf konsonan. Gradasi warna juga terdapat pada alat peraga bahasa Indonesia yaitu untuk menulis.Ciri alat peraga Montessori yang ketiga adalah auto-correction.Alat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 peraga Montessori mempunyai pengendali kesalahan pada papan huruf sandpaper letters Montessori. Ciri alat peraga Montessori yang keempat adalah auto-education.Alat peraga Montessori ini dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak serta pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa adanya campur tangan dari orang dewasa.Lingkungan belajar dirancang sedemikian rupa supaya tidak ada orang dewasa yang mengintervensi hal-hal yang dilakukan anak.Hal tersebut dikarenakan setiap alat peraga sudah memiliki pengendali kesalahan apabila siswa tidak menjawab dengan tepat dan benar. Montessori,2002:172-173. Penggunaan alat peraga yang sesuai dengan konteks dapat membantu siswa selama proses belajar. Selama kegiatan belajar, siswa dapat berperan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.ciri-ciri alat peraga dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri yaitu bergradasi,menarik,auto-correction,auto- education dan kontekstual bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga Sandpaper letters mudah diperoleh di lingkungan sekitar.Oleh sebab itu, alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan bahan- bahan yang relevan dengan kegiatan menulis, yaitu Sandpaper letter. Untuk semakin memperlancar keterampilan siswa dalam menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru, siswa perlu diberi latihan secara terus- menerus. Bentuk pelatihan siswa dapat divariasikan antara pelatihan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 bersifat: 1 mandiri, 2 berpasangan, 3 berkelompok. Pada pelatihan mandiri, setiap siswa memeriksa hasil tulisannya sendiri.Jika masih ada tulisan yang salah, siswa harus segera memperbaikinya, sedangkan pada pelatihan berpasangan, siswa saling memeriksa hasil tulisan dengan teman sebangkunya.Adapun pada pelatihan kelompok, guru dapat membagi siswa menjadi beberapa kelompok.pada pelatihan berkelompok ini, setiap siswa saling bertukar hasil tulisannya untuk diperiksa dengan teman dalam satu kelompoknya. Menurut pandangan salah satu tokoh pendidikan yang terkenal yaitu Maria Montessori mengkalim bahwa anak-anak usia empat hingga lima tahun mengalami “ledakan spontan dalam kemampuan menulis” menarik perhatian para penentangnya dan sikap skeptik dari para pengkritik. Maria Montessori melihat menulis dan membaca berkembang dalam hubungan yang erat.Untuk mendorong kesiapan membaca dan menulis, Maria Montessori merancang huruf-huruf dari kertas karton yang dilapisi dengan amplas. Ketika siswa mulai meraba huruf- huruf ini, sang direktris akan membunyikan nama huruf tersebut. Sementara untuk kesiapan menulis,siswa disiapkan untuk menulis huruf dengan gerakan- gerakan meraba bentuk huruf, siswa menyimpan bentuk huruf ke dalam otak mereka dan kemudia mengenali bunyi dari huruf tersebut. Siswa mulai siap untuk belajar membaca ketika siswa telah mengerti bahwa bunyi dari huruf-huruf yang mereka raba, dan kemudian mereka tulis membentuk kata-kata. Ketika anak-anak telah mengenal huruf- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 huruf yang disampaikan oleh sang direktris, maka siswa bisa diajarkan lebih lanjut untuk menulis dan membaca. Maria Montessori terus menerus mengembangkan beberapa sekolah berdasarkan metode penelitiannya. Montessori mulai menjalankan perannya sebagai pendidik. Lingkungan sekolah diciptakan selayaknya lingkungan rumah anak. Montessori juga menyiapkan beberapa perabotan yang ukurannya disesuaikan dengan usia anak-anak. Selain itu, Montessori juga menyiapkan beberapa alat peraga yang bisa digunakan oleh anak-anak seperti balok silinder, tulisan dan kartu huruf.. Maria mengamati setiap aktivitas anak-anak dengan adanya alat peraga yang ada di sekolah.Salah satunya, Montessori mengamati anak yang sedang mencoba memasangkan balok silinder ke tempatnya. Walaupun anak tersebut berulang kali tidak berhasil untuk memasangkannya, tetapi anak tersebut tetap mencoba hingga berhasil. Hal lain yang dilakukan oleh Maria Montessori adalah mencoba menganggu dengan beberapa keramaian disekitarnya, namun anak tersebut tetap berkonsentrasi memasangkan balok silinder ke tempatnya. Pengalaman tersebut menarik minat Montessori bahwa konsentrasi akan membuahkan kepuasaan batin yang tidak ternilai ketika ia berhasil Magini, 2013:48-49. Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak menggunakan alat peraga dan observasinya mengembangkan ide-ide mengenai pendidikan membawa Montessori menjadi tokoh terkenal di kala itu. Selain itu, penelitian dan pengembangannya dalam dunia pendidikan membawanya 61 pada sebuah penghargaan.Montessori juga menjadi seorang dokter muda yang mendapatkan Nobel Perdamaian sebanyak tiga kali. Montessori terus mengembangkan metode pendidikannya ini dengan mengadakan beberapa seminar di kota-kota daerah Italia. Montessori pun melakukan pelatihan dan kursus yang mendemonstrasikan penggunaan alat peraga sehingga anak mengalami perubahan dalam sikap terhadap lingkungan masyarakat sekitar melalui pendekatannya Magini,2013:63. Beberapa hal terus Montessori kembangkan hingga pada bulan Mei 1952, ia mengadakan Kongres kesembilan di London yang merupakan kongres terakhir Montessori laksanakan. Maria Montessori meninggal di usia ke-82 pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwjik, Belanda Magini,2013:97.

14. Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori