Kesimpulan Pendekatan balanced scorecard sebagai alat penilaian kinerja perusahaan jasa : studi kasus pada PO. Bimo Kadisono, Berbah, Sleman, Yogyakarta telp [0274] 7470643, 7497075.

112

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba untuk mengambil kesimpulan serta memberikan beberapa saran dan menuliskan beberapa keterbatasan dalam penulisan ini.

A. Kesimpulan

Adapun hasil penelitian pada masing-masing perspektif adalah sebagai berikut: 1. Perspektif Keuangan Kinerja PO. BIMO ditinjau dari perspektif keuangan memberikan hasil yang baik. Berdasarkan hasil analisis rasio Net Profit Margin dari tahun 2004-2006 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 Net Profit Margin mengalami kenaikan sebesar 0,46 dibandingkan dengan tahun 2004 dan pada tahun 2006 Net Profit Margin mengalami penurunan sebesar 1,36 dibandingkan dengan tahun 2005. Dengan menggunakan analisis Return On Investment dari tahun 2004-2006 mengalami kenaikan secara terus-menerus, yaitu dari tahun 2004-2005 sebesar 3,24 dan dari tahun 2005-2006 sebesar 3,72. Sehingga dengan peningkatan tersebut, rasio Return On Investment PO. BIMO dapat dikatakan baik meskipun pada tahun 2006 mengalami penurunan laba. Sedangkan untuk analisis Return On Equity juga mengalami fluktuasi dari tahun 2004-2006. Pada tahun 2004-2005 Return On Equity mengalami kenaikan sebesar 0,62 dan pada tahun 2005-2006 Return On Equity mengalami penurunan sebesar 1,24. Meskipun dalam hal ini ROI mengalami peningkatan dan dua analisis rasio lainnya yaitu NPM dan ROI mengalami fluktuasi karena diketahui bahwa tahun 2005 lebih tinggi dari tahun 2004 dan tahun 2006 lebih rendah dari tahun 2005, tetapi pencapaian ketiga rasio keuangan tersebut masih bisa mencapai di atas target minimal yang ditetapkan oleh perusahaan setiap tahun. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa perspektif keuangan PO. BIMO terkategorikan baik. 2. Perspektif Pelanggan Kinerja PO. BIMO ditinjau dari perspektif pelanggan menunjukkan hasil yang baik karena PO. BIMO mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan kuesioner yang menghasilkan kesimpulan bahwa pelanggan puas terhadap pelayanan jasa yang diberikan oleh PO. BIMO. Begitu juga untuk pangsa pasar, retensi, dan akuisisi dapat dicapai oleh PO. BIMO karena adanya penambahan jumlah pelanggan setiap tahun. Meskipun hal tersebut telah dicapai namun belum mampu untuk membawa profitabilias yang stabil bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari laba perusahaan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Kinerja PO. BIMO berdasarkan perspektif proses bisnis internal adalah baik. Hal ini terbukti dari ketiga proses internal dalam perspektif proses bisnis internal yaitu proses inovasi, proses operasi dan layanan purna jual yang mampu diberikan oleh PO. BIMO melalui proses bisnis yang dilakukan. Di sini PO. BIMO telah melakukan proses inovasi yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses inovasi yang telah dilakukan PO. BIMO adalah menambah armada bis sebanyak 5 unit pada tahun 2004 untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, merawat body bis agar tetap selalu tampil bagus dan uptodate , peralatan di dalam bis yang selalu lengkap, dan juga mengadakan seminar-seminar ke berbagai instansi untuk mengadakan kerjasama dan memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi. Untuk proses operasi PO. BIMO berusaha untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, menyediakan bis dengan kondisi sebaik mungkin dan selalu memenuhi order sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Selain itu pengemudi juga menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang teratur untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pelanggan. Sedangkan untuk layanan purna jual PO. BIMO berusaha untuk menerima keluhan pelanggan dengan menanggapi komplain yang disampaikan memberikan ganti rugi jika konsumen merasa tidak puas dengan layanan perusahaan serta memberikan suovenir kepada konsumen yang telah memakai jasa perusahaan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Kinerja PO. BIMO ditinjau dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari tiga kategori pengukuran utama yaitu kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, dan motivasi, pemberian dan pembatasan wewenang, terdapat dua pengukuran yang tidak dapat dipenuhi oleh PO. BIMO yaitu kemampuan karyawan dan motivasi, pemberian dan pembatasan wewenang. Dalam kategori kemampuan karyawan didapati bahwa PO. BIMO tidak mampu dalam memberikan kepuasan kepada karyawan, yakni karyawan masih kurang puas terhadap manajemen perusahaan. Untuk kemampuan sistem informasi sudah dapat dipenuhi oleh perusahaan ini tetapi untuk motivasi, pemberian dan pembatasan wewenang tidak dapat dipenuhi karena manajer kurang bisa memberi motivasi kepada karyawannya dan adanya kesenjangan hubungan antara atasan dan karyawan dalam perusahaan ini.

B. Keterbatasan