1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini mengakibatkan persaingan antar dunia usaha semakin ketat. Perkembangan teknologi bahkan
membawa pengaruh besar terhadap sifat persaingan. Persaingan produk atau jasa yang mengandalkan harga murah dengan kualitas rendah atau harga tinggi
dengan kualitas tinggi sudah tidak relevan lagi. Persaingan antar perusahaan semakin tampak pada penyediaan produkjasa dengan harga murah, kualitas
tinggi dan pelayanan yang memuaskan. Pendeknya, produkjasa yang dihasilkan perusahaan akan cenderung dipilih oleh customer jika suatu produk
memiliki keunggulan-keunggulan tersebut. Ketatnya persaingan antar dunia usaha menuntut perusahaan harus
dapat menentukan strategi yang tepat untuk menciptakan keunggulan. Perusahaan karenanya harus memiliki kemampuan untuk menganalisis
kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman, dan selanjutnya merumuskan strategi dengan menetapkan langkah-langkah strategiknya. Untuk mengukur
keefektifan dan keefisienan pelaksanaan strategi tersebut, maka diperlukan suatu alat penilaian kinerja untuk mengetahui seberapa baik performa
perusahaan. Istilah kinerja performance seringkali hanya dikaitkan dengan kondisi keuangan
suatu perusahaan. Hal ini disebabkan aspek keuangan lebih
mudah diukur dibandingkan aspek lainnya. Karenanya, aspek lain seperti peningkatan kepercayaan customer terhadap layanan jasa perusahaan,
peningkatan kompetensi dan komitmen karyawan, kedekatan hubungan kemitraan dengan pelanggan, dan peningkatan cost effectiveness proses bisnis
cenderung diabaikan oleh manajemen karena sulit pengukurannya. Mengingat keseluruhan aspek bisnis penting, maka diperlukan suatu
alat penilaian kinerja yang lebih komprehensif. Perusahaan seharusnya mengukur kinerja dari dua perspektif baik yang bersifat keuangan maupun non
keuangan. Alat ukur yang mencakup kedua aspek tersebut selanjutnya dikenal dengan Balanced Scorecard BSC. Balanced Scorecard merupakan salah satu
alternatif penilaian kinerja. Pendekatan Balanced Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton Januari-Februari 1992 dalam sebuah
artikel yang berjudul “Balanced Scorecard-Measures That Drive Performance” yang menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif
di masa depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Pada model penilaian BSC, organisasi dapat menjabarkan visi dan misi dalam empat perspektif, yaitu:
1. Perspektif keuangan bagaimana penampilan di mata pemegang saham? 2. Perspektif pelanggan bagaimana pandangan para pelanggan terhadap
perusahaan? 3. Perspektif proses bisnis internal proses bisnis apa yang harus
ditingkatkan diperbaiki perusahaan?
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan apakah perusahaan dapat melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan?
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategi untuk menciptakan nilai ekonomis suatu entitas dengan mengintegrasikan berbagai
ukuran kinerja secara seimbang antara aspek keuangan dan non keuangan. Dengan BSC, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu
ukuran keuangan saja, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pengukuran yang ditujukan untuk menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang
dan masa datang dan bagaimana usaha tersebut meningkatkan kemampuan internalnya melalui investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang
dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Perusahaan Otobis Bimo adalah salah satu bentuk perusahaan jasa
yang bergerak di bidang jasa transportasi dan khusus melayani angkutan pariwisata. Perusahaan ini selain harus mampu meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap kualitas dan harga dari jasa yang ditawarkan juga harus mampu bersaing dengan perusahaan sejenis, serta layanan yang diberikan
dapat memuaskan banyak pelanggan yang merupakan visi perusahaan tersebut. Jika hal tersebut dapat terlaksana melalui strategi yang mengarah
pada pancapaian visi tersebut, maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam jangka panjang akan tercapai. Di samping itu perusahaan perlu
untuk melakukan penilaian atas strategi yang telah dijalankan. Penilaian kinerja PO. BIMO perlu dilakukan karena adanya
permasalahan penurunan laba yang dialami perusahaan pada tahun 2006 yang
disebabkan oleh kenaikan biaya operasional yang cukup besar tahun 2006 dan hal ini menggambarkan kinerja yang tidak baik. Sementara untuk mengetahui
kinerja perusahaan selama ini masih secara tradisional yaitu hanya berdasarkan kinerja finansial dengan menilai perkembangan laba setiap tahun,
dan tidak menilai faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya laba. Padahal pada persaingan bisnis saat ini, perusahaan tidak cukup hanya dengan
mengandalkan aspek keuangan saja karena data-data keuangan hanya bersifat historis dan berjangka pendek. Oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk
melakukan pengukuran kinerja pada aspek keuangan dan non keuangan yang tercakup dalam Balanced Scorecard untuk mengungkapkan berbagai faktor
yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial yang berjangka panjang dan nantinya akan memberi gambaran baik buruknya kinerja perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengukuran
kinerja perusahaan
yang berjudul
″PENDEKATAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN JASA
″. Penelitian ini merupakan
studi kasus pada PO. BIMO yang beralamat di Kadisono, Berbah, Sleman, Yogyakarta.
B. Batasan Masalah