Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel Sugiyono, 2015: 118. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling
dengan teknik
simple random sampling
. Teknik pengambilan sampel ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 9 sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman dengan 47 guru sebagai responden.
Tabel 3.1 Daftar 9 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman sebagai sampel penelitian
No. Sekolah Dasar Inklusi
Kecamatan 1.
SD Negeri Ngijon 2 Moyudan
2. SD Negeri Semarangan 5
Godean 3.
SD Muhammadiyah Kasuran Seyegan
4. SD Negeri Plaosan 1
Mlati 5.
SD Negeri Sendangadi 2 Mlati
6. SD Negeri Bedelan
Mlati 7.
SD Negeri Gejayan Depok
8. SD Negeri Puren
Depok 9.
SD Negeri Mustokorejo Depok
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data Sugiyono, 2014: 62. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini digunakan untuk
mengumpulkan data, yang diharapkan dapat mengungkapkan kondisi
penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman. Menurut Sugiyono 2010: 199, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner adalah instrumen survei
untuk mendapatkan datanya Jogiyanto, 2008: 17. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan data. Kuesioner termasuk dalam teknik pengumpulan data non tes. Kuesioner
ini disebarkan kepada wali kelas 1 hingga wali kelas 6 di sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman. Kuesioner berisikan pertanyaan
terbuka terkait dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Jangka waktu pengisian kuesioner berdasarkan kesepakatan antara peneliti
dan pihak sekolah namun dengan batas waktu tertentu. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mendatangi sekolah-
sekolah yang dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan ijin penelitian dengan kepala sekolah. Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah,
peneliti membagikan angket kuesioner kepada guru kelas 1 hingga kelas 6, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan membuat kesepakatan
waktu pengumpulan bersama kepala sekolah. Langkah selanjutnya saat tiba waktu pengumpulan yang telah disepakati, peneliti kembali datang ke sekolah
tersebut untuk mengambil hasil kuesioner yang telah diisi, apabila ada responden yang belum menyelesaikannya, peneliti membuat kesepakatan
ulang dalam menentukan waktu pengumpulan.
E. Instrumen Penelitian