Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

C. Kerangka Berpikir

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi memberi tanggungjawab kepada semua pihak sekolah untuk bertanggungjawab juga mengupayakan bantuan dalam berbagai hal dalam kegiatan sekolah dan hubungannya dengan masyarakat, dengan tujuan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi peserta didik. SDMI harus mampu mengakomodasi semua peserta didik tanpa membedakan dari sudut pandang apapun. Pihak sekolah diharapkan mampu merancang model, fasilitas, kurikulum, tenaga pendidik, administrami, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sekolah dengan baik agar menjadikan sekolah yang ramah anak, terbuka, dan tidak mendiskriminasi. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kustawan 2013: 60 berpendapat, kepala SDMI harus memahami atau menguasai filosofi dan konsep pendidikan inklusi yang diyakininya dan harus berani menjamin dan bertanggungjawab tugas mulianya atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang dapat mengakomodasi semua anak ketika dalam pelaksanaannya ada tantangan atau permasalahan. Penelitian ini mengembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu terkait prinsip-prinsip yang diteliti. Pada penelitian terdahulu ada 3 hingga 5 prinsip yang diteliti, penelitian ini menambahkan jumlah prinsip yang diteliti menjadi 8 prinsip. Sehingga peneliti menambahkan jumlah prinsip yang diteliti dengan tujuan mengembangkan ruang lingkup penelitian dan mengetahui perbedaan penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah yang diteliti. Penelitian terdahulu menjadi pendukung pada penelitian ini terkait prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Peneliti terdorong untuk mengembangkan penelitian tersebut dengan menambahkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi pada penelitian ini untuk mengetahui kondisi penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman. Peneliti mengambil judul penelitian “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di W ilayah Kabupaten Sleman” dengan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survei cross-sectional yang menggunakan instrumen berupa kuesioner terbuka untuk mengumpulkan data. Tes ini berbentuk uraian esai yang memberi kebebasan kepada subjek yang diteliti dalam memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis. Peneliti akan memberikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada guru kelas 1 hingga guru kelas 6 di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner yang diperoleh dari berbagai sekolah dasar inklusi dikumpulkan, kemudian data tersebut akan diolah sehingga dapat disimpulkan jumlah persentase sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman yang sesuai dnegan prinsip sekolah inklusi dan mendeskripsikan penerapan setiap prinsip sekolah inklusi yang diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.

D. Hipotesis Penelitian