pemanfaatan media
pembelajaran adaptif Pembelajaran Adaptif sebagai
sarana dalam pembelajaran 82, 83
8 Penilaian dan evaluasi
pembelajaran Menentukan KKM
84, 85, 86, 87 Menjelaskan
karakteristik evaluasi
88, 89, 90, 91, 92
Menunjukkan kegunaan
kegiatan evaluasi 93, 94, 95, 96,
97, 98, 99, 100 Berdasarkan tabel 3.2 terkait kisi-kisi instrumen, teori yang digunakan
untuk penyusunan berlandaskan teori dari Kustawan, Friend, Ilahi, Tiarni, dan Triani yang lebih lengkapnya terdapat pada kajian teori BAB II penelitian ini
halaman 23-29. Teori dari Kustawan digunakan untuk menentukan prinsip- prinsip sekolah inklusi yang digunakan peneliti sebagai acuan penelitian.
Teori-teori dari beberapa tokoh yang lain digunakan untuk mengembangkan prinsip-prinsip sekolah inklusi menjadi beberapa indikator yang kemudian
dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan dengan jumlah 100 aitem untuk menguak kondisi penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah
Kabupaten Sleman.
F. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian harus melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi dua hal yaitu validitas isi dan validitas konstruk.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata
validity
yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Azwar, 2008: 5-6. a.
Validitas Isi Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat
professional judgment
Azwar, 2008: 45. Validitas isi pada penelitian ini menggunakan pendapat dari tim ahli
judgement experts
. Dalam hal ini instrumen yang akan dilakukan validasi adalah instrumen kuesioner
dengan bentuk pertanyaan terbuka, setelah instrumen dikonstruksi tentang prinsip-prinsip yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan tim ahli. Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya berhubungan
dengan penelitian ini. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah dikonsultasikan kemudian dilihat apakah
instrumen tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan apakah instrumen dirombak total.
Peneliti memberikan rentang skor atas komentar para ahli menjadi data interval saat melakukan validasi. Skala penilaian terhadap lembar
kuesioner dengan
bentuk pertanyaan
terbuka mengenai
penyelenggaraan sekolah dasar inklusi meliputi: sangat baik 4, baik 3, cukup 2, tidak baik 1. Untuk menyusun tabel klasifikasi, dicari
skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor Tertinggi ideal = 4 sangat baik Skor Terendah
= 1 sangat tidak baik Jumlah kelas
= 4 sangat tidak baik sampai sangat baik Jarak interval
= 4-13 = 1 Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menggunakan
tabel konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert. Skala Likert berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang
responden terhadap pernyataan itu Prasetyo dan Jannah, 2005: 110. Lembar penilaian dalam penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-
indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan
revisi terhadap instrumen diatur dalam tabel berikut. Tabel 3.3 Skala Likert
Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
5 Sangat Baik
4 Baik
2 Tidak Baik
1 Sangat Tidak Baik
Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa jika soal mendapat nilai 4 atau kurang dari 4 serta mendapat saran untuk diperbaiki, maka
soal tersebut perlu direvisi. Jika soal mendapat nilai 4 dan kurang dari 4 dan mendapat komentar baik maka mungkin ada soal yang perlu
direvisi dari sisi bahasanya ejaan EYD. Jika soal yang divalidasi mendapat nilai lebih dari 4 tetapi mendapat saran untuk diperbaiki,
maka soal perlu direvisi. Jika soal lebih dari 4 dan mendapat komentar baik, maka soal tidak perlu direvisi.
Validator yang digunakan oleh peneliti untuk memvalidasi instrumen kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka adalah dua
orang dosen dari Universitas Sanata Dharma yang menjadi dosen pengampu di Program Studi Bimbingan dan Konseling. Validator
pertama adalah validator ahli A. Validator ahli A memberi nilai 5 pada setiap aspek penilaian validasi instrumen kuesioner dengan bentuk
pertanyaan terbuka yang tertulis pada
blue print.
Validator ahli A telah memberikan nilai 5 untuk setiap aspeknya, namun beliau memberikan
komentar beberapa saran untuk memperbaiki instrumen kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka agar lebih baik lagi. Saran yang
diberikan adalah beberapa soal perlu direvisi karena ada beberapa kesalahan pengetikan kata dan kekonsistenan untuk menggunakan kata
inklusi atau inklusif. Validator kedua adalah validator ahli B. Validator ahli B memberi
nilai 4 pada setiap aspek penilaian validasi instrumen kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka yang tertulis pada
blue print
. Validator ahli B memberikan komentar pada setiap aspeknya, komentar yang
diberikan berupa saran agar instrument kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka ini bisa lebih mudah dipahami oleh responden dan
peneliti bisa mendapatkan jawaban dari responden lebih mendalam lagi. Saran yang diberikan berupa kalimat perlu disesuaikan dengan
kaidah EYD, contohnya ada beberapa kalimat pertanyaan yang belum memiliki susunan SPOK dengan jelas dan masih ada kalimat
pertanyaan yang tidak efektif dalam penggunaan kata. Revisi lain dari validator ahli B adalah beberapa soal harus lebih dipertajam agar
jawaban yang diharapkan dari responden dapat tercapai, sehingga beliau memberikan saran untuk menambahkan beberapa pertanyaan
untuk memperdalam jawaban yang diperoleh dari responden. Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator ahli A
dan validator ahli B, skor yang didapatkan adalah 5 sangat baik dan 4 baik, revisi dari hasil validasi bisa menjadi pertimbangan dan
masukan bagi peneliti untuk memperbaiki agar saat menggunakan instrumen kuesioner tersebut bisa layak digunakan. Peneliti kemudian
melakukan revisi sesuai saran dan komentar dari para ahli yang akhirnya dari 96 item pertanyaan menjadi 100 item pertanyaan yang
siap digunakan dan dianggap valid untuk disebarkan di sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.
b. Validitas Konstrak
Validitas konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkapkan suatu
trait
atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya Allem Yen dalam Azwar, 1990: 48. Penelitian
ini menggunakan instrumen kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka. Peneliti akan mendapatkan jawaban yang bervariasi dari hasil
penelitian yang dilakukan. Jawaban yang bervariasi dari respon
kemudian dikelompokkan atau dikagetorikan yang memiliki jawaban atau kata kunci yang sama dan dihitung jumlah yang menjawabnya.
Hasil jawaban yang diperoleh akan direkap menggunakan
microsoft excel
yang kemudian disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang telah peneliti pilih untuk dipetakan menjadi beberapa pertanyaan
berdasarkan indikator-indikator yang telah peneliti kembangkan, kemudian dilakukan uji validitas konstruk berdasarkan prinsip dan
indikatornya. Prinsip pertama adalah penerimaan peserta didik baru yang
kemudian dikembangkan menjadi beberapa indikator seperti menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, mengukur sumber daya
pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah, mempersiapkan sarana dan prasarana, dan merencanakan sumber daya
biaya dengan tujuan agar peneliti mendapatkan informasi tentang kesiapan dari sekolah dasar inklusi dalam penerimaan peserta didik
baru. Prinsip
kedua adalah
identifikasi, peneliti
kemudian mengembangkan
prinsip identifikasi
menjadi indikator
mengidentifikasi tipe
anak berkebutuhan
khusus. Peneliti
menggunakan indikator ini untuk mengetahui bagaimana cara guru mengidentifikasi anak yang mengalami hambatan, juga mencari tahu
bagaimana pelaksanaan identifikasinya, penanganannya, dan juga cara guru menyikapi pelaksanaan identifikasinya. Peneliti ingin mencari
informasi secara jelas bagaimana identifikasi yang dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah dasar inklusi. Hingga akhirnya peneliti mendapat
informasi yang jelas terkait prinsip identifikasi yang menjadi salah satu prinsip dalam penyelenggaraan sekolah inklusi.
Prinsip ketiga yang digunakan oleh peneliti adalah adaptasi kurikulum kurikulum fleksibel yang kemudian dikembangkan
menjadi indikator menyusun kurikulum. Dari indikator ini peneliti ingin mengetahui kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut,
adakah tim tersendiri yang menyusun kurikulum, dan juga apakah untuk siswa berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan khusus
menggunakan kurikulum yang sama atau tidak. Informasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana kurikulum yang
dilaksanakan di sekolah dasar inklusi bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan khusus.
Prinsip keempat adalah merancang bahan ajar. Peneliti mengembangkan prinsip ini menjadi indikator menyusun perencanaan
pembelajaran bagi siswa dan menentukan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Indikator ini digunakan peneliti
untuk mencari informasi mengenai perencanaan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus apakah berbeda dengan siswa yang tidak
berkebutuhan khusus ataukah sama. Selain itu, peneliti juga ingin mencari informasi tentang bahan ajar yang digunakan untuk memenuhi
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut untuk
mengetahui penyelenggaraan sekolah inklusi yang dilaksanakan sekolah dalam menyesuaikan perencanaan pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus. Prinsip kelima adalah penataan kelas yang ramah anak, peneliti
mengembangkan prinsip ini menjadi indikator mengelola kelas untuk mengoptimalkan
proses belajar
mengajar dan
mengarahkan pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang kelas. Indikator ini
digunakan peneliti untuk mengetahui penataan ruang kelas, penataan pencahayaan di dalam kelas, desain dinding kelas, lantai untuk
mobilitas siswa di sekolah, penyimpanan media pembelajaran, dan juga pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru.
Prinsip keenam yang digunakan peneliti adalah asesmen. Prinsip ini dikembangkan menjadi beberapa indikator, diantaranya adalah
upaya pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan pendidikan, melakukan
screening
, melakukan diagnosis, melakukan penempatan program, melakukan penempatan kurikulum, melakukan evaluasi
pengajaran, dan melakukan evaluasi program. Indikator ini digunakan peneliti untuk mencari informasi bagaimana pelaksanaan pengumpulan
informasi untuk memantau kemajuan pendidikan yang digunakan oleh guru terkait memantau kemajuan pada siswa berkebutuhan khusus dan
alat ukur apa yang digunakan oleh guru. Prinsip ketujuh yang digunakan peneliti adalah pengadaan dan
pemanfaatan media pembelajaran adaptif, yang peneliti kembangkan
menjadi indikator memahami pentingnya media pembelajaran adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran. Dari indikator ini peneliti ingin
mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami materi
juga efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran, dan juga pembuatan media yang digunakan. Sekolah inklusi terdapat berbagai macam tipe
siswa, dari berbagai macam tipe siswa ini, dalam menangkap materi juga memahami materi ada perbedaan daya tangkap yang dimiliki
siswa. Adanya media pembelajaran diharapkan dapat memudahkan penangkapan materi oleh siswa.
Prinsip kedelapan yang digunakan peneliti adalah penilaian dan evaluasi pembelajaran yang dikembangkan menjadi indikator
menentukan KKM,
menjelaskan karakteristik
evaluasi, dan
menunjukkan kegunaan kegiatan evaluasi. Dari indikator ini peneliti akan mencari informasi berkaitan dasarpatokan KKM yang digunakan
oleh guru, dan adakah perbedaan KKM antara siswa berkebutuhan khusus dan siswa tidak berkebutuhan khusus, mengingat siswa
memiliki daya tangkap berbeda. Selain itu, peneliti juga akan mencari informasi yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi terkait dengan
manfaat evaluasi yang dilakukan, tindakan selanjutnya setelah melakukan kegiatan evaluasi, hingga peran serta orang tua dalam
kegiatan evaluasi.
Dari kedelapan prinsip tersebut peneliti menjadikannya sebagai acuan untuk membuat daftar pertanyaan yang digunakan untuk
mencari informasi bagaimana penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman dan apakah telah sesuai dengan prinsip-
prinsip juga indikator-indikator yang dijadikan patokanacuan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah mengacu pada kedelapan
prinsip tersebut telah dilakukan
expert judgment
validasi dengan tim ahli yang mendapatkan hasil bahwa daftar pertanyaan tersebut sudah
baik. Dari hasil validasi dengan tim ahli tersebut maka daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah mengacu pada prinsip dan indikator
dinyatakan sudah baik valid untuk memenuhi validitas konstruk.
2. Uji Reliabilitas Instrumen