yang menyatakan bahwa pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa layanan sekolah seharusnya diperuntukkan untuk semua siswa tanpa
menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan inklusi adalah sebuah paradigma
pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dimana semua anak mendapatkan
kesempatan yang
sama untuk
bersekolah tanpa
menghiraukan perbedaan yang ada.
2. Sekolah Dasar Inklusi
Stainback dan Stainback dalam Ilahi, 2013: 83 mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang
sama. Pernyataan tersebut didukung oleh perjanjian
Salamanca Statement
dan
Framework for Action
dalam Kustawan, 2013: 17 bahwa sekolah regular dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi
sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas
anak dan meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan. Menurut Rosilawati 2013: 18, sekolah inklusi merupakan
tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. Bafadal
2006: 03 menyatakan bahwa sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan selama enam tahun
yang menampung semua siswa di kelas yang sama dengan mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
setiap anak dan bermitra dengan masyarakat untuk memerangi sikap diskriminatif.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Mulyono dalam Ilahi, 2013: 137 menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong
cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan berbakat. Sunanto dalam Ilahi, 2013: 137 mendukung pernyataan
tersebut dengan menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan berarti hendak menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa,
melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda.
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan
segala hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing individu Ilahi, 2013: 138.
Sunan Rizzo dalam Subini, 2014: 13 memaparkan, anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam
beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah sebagai anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan segala hambatan
belajar dan kebutuhan masing-masing individu karena dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga
anak potensial dan berbakat. b.
Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Tiarni 2013: 24, dalam panduan penganganan ABK bagi
pendaming orang tua, keluarga, dan masyarakat, jenis-jenis ABK ada 12 macam, antara lain:
1 Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh total atau sebagian
lowvision
. 2
Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasa dan bicara. 3
Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensi yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan sertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.
4 Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak
akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk, dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5 Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang.
6 Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif GPPH
atau
attention deficit and hyperactivity disorder
ADHD adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentang atensi atau perhatian, hiperativitas, dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi.
7 Anak dengan gangguan spektrum autisma atau
autism spectrum disorders
ASD adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi
dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repititif dan stereotipi.
8 Anak dengan gangguan gada adalah anak yang memiliki dua atau
lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu pelajar yang khusus.
9 Anak lambat belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang dan
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.
10 Anak dengan kesulitan belajar khusus atau
specific learning disabilities
adalah anak
yang mengalami
hambatan atau
penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja dan berhitung. 11
Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa
wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, dan lingkungan, baik reseptif
maupun ekspresif. 12
Anak dengan potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor inteligensi yang tinggi
gifted
, atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus
talented
seperti musik seni, olah raga, dan kepemimpinan.
Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang Pendidik Inklusi Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa,
bahwa peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, atau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah:
1 Tunanetra hambatan indra penglihatan tunanetra adalah individu
yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total blind dan
low vision
. 2
Tunarungu hambatan pendengaran adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
a Gangguan pendengaran sangat ringan 27-40dB
b Gangguan pendengaran ringan 41-55dB
c Gangguan pendengaran sedang 56-70dB
d Gangguan pendengaran berat 71-90dB
e Gangguan pendengaran ekstrimtuli di atas 91dB
3 Tunawicara hambatan bicara adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
4 Tunagrahita hambatan intelektual adalah individu yang memiliki
itelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam
masa perkembangan. 5
Tunadaksa kelainan motorik dan mobilitas adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-
muskular dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy
, amputasi, polio, dan lumpuh. 6
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Public Law
dalam Hidayat, 2013:13 mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah
gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu
kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar :
a Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor
kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan b
Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru
c Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal
d Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus
e Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut pada
masalah-masalah sekolah. Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan dan Kauffman dalam
Hidayat, 2013: 32-33 berdasarkan dimensi tingkah laku: a
Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku memperlihatkan ciri-ciri : suka berkelahi, memukul, menyerang, tidak mau bekerja
sama, cemburu dan mudah terpengaruh.
b Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri
khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang percaya diri. c
Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun, kaku, pasif, dan pembosan.
d Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai
kelompotan jahat, mencuru bersama kelompoknya, dan bolos sekolah.
7 Kesulitan belajar
learning disability
adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman
atau atau penggunaan bahasa, lisan maupun tertulis, yang termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurnauntuk
mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar
diantaranya
dyscalculia, dysgraphia, dyslexia,
dan
dyspraxia
. 8
Lambat belajar
slow learner
adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu
atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak keterbelakang mental.
Anak lambat belajar atau
slow learner
adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada
umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90. Wiley
dalam Triani, 2013:3 menyebutkan karakteristik anak yang mengalami
slow learner
: a
Inteligensi Dari segi inteligensi anak-nak lambat belajar atau
slow learner
berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC
b Bahasa
Anak-anak lambat belajar atau
slow learner
mengalami masalah dalam berkomunikasi.
c Emosi
Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau
slow learner
memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan sensitif.
d Sosial
Anak-anak lambat belajar atau
slow learner
dalam bersosialisasi biasanya kurang baik. Mereka sering memeilih jadi pemain pasif
atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri. e
Moral Anak-anak lambat belajar atau
slow learner
tahu aturan yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa peraturan tersebut
dibuat. Triani. 2013: 10-12 f
Autis
autism child
adalah keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.
Menurut Tiarni 2013: 26-28, anak berkebutuhan khusus yang biasa masuk di sekolah inklusi antara lain anak yang:
1 Berkesulitan belajar
Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan
karena gangguan persepsi,
brain injury
, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia perkembangan.
2 Lamban belajar
Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak lamban belajar. Mereka
memiliki IQ di bawah lancar. Ingatannya sangat pendek sekali. 3
ADHD
Attention Deficits and hiperactivity disorder
, adalah gangguan yang berupa kekurangannya perhatian dan hiperaktivitas aktivitas yang
berlebihan.
4 Spectrum Autisma
Spectrum Autisma
atau autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus adalah tunanetra, tunarungu,
tunawicara, tunagrahita, GPPH, kesulitan belajar khusus,
Slow learner
,
spectrum autis
,
gifted
, tunalaras, tunadaksa.
4. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Inklusi