54 guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA, serta usaha yang dilakukan
guru untuk mengatasi kesulitan tersebut. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti
tidak terstruktur, akan tetapi selalu terpusat kepada satu poko persoalan tertentu yang terkait dengan variable yang akan diteliti Widoyoko, 2015:44. Adapun
garis besar rencana wawancara dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas IV
No Topik Pertanyaan
1. Ketersediaan media pembelajaran di kelas
2. Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran
3. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA
4. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
5. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut
3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas IV
Pengumpulan data melalui wawancara ketiga ditujukan kepada siswa kelas IV. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
penggunaan media pembelajaran, dan kesulitan belajar yang dialami dalam pembelajaran IPA Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur sehingga pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti tidak terstruktur, akan tetapi selalu terpusat kepada satu poko persoalan tertentu yang terkait dengan
variable yang akan diteliti Widoyoko, 2015: 44. Adapun garis besarrencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas IV
No Topik Pertanyaan
1. Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi
2. Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA
3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
55 Pedoman wawancara yang telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli
pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori, dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk
Sugiyono, 2015: 176. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar
penyusunan instrumen Widoyoko, 2009: 131. Oleh karena itu, pedoman observasi tersebut diuji dengan menggunakan uji validitasi konstruk. Melalui
validasi konstruk yang dilakukan oleh para ahli tersebut, dapat diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Rerata hasil skor validasi pedoman
observasi tersebut menunjukkan valid atau tidaknya instrumen. Hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 halaman 74.
Hasil validasi pedoman wawancara guru dapat dilihat pada tabel 4.6 halaman 76. Hasil validasi pedoman wawancara siswa dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman 78.
3.6.3 Kuesioner