Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di

122 349 Selamat datang di Malaysia? Jales tak habis pikir. Bukankah daerah ini masih merupakan wilayah Republik Indonesia? Ataukah ini technical eror saja, mungkin karena operator seluler di negri jiran itu mempunyai daya pancar yang tinggi sehingga menutup wilayah Etikong Akmal, 200 : 11. 350 “Jadi perang pernyataan pun sudah tidak hanya lewat media massa, tapi lewat seluruh peluang yang disediakan dunia digital,” pikirnya sambil terus mencoba memahami perang pesan pendek yang baru saja terjadi Akmal, 2011 : 12. 351 Jales memperhatikan makanan kecil dan air minum mineral yang disusun di tengah meja makan. Tak ada merek yang dikenalnya di Jakarta. Jales mengambil satu botol air mineral, dan membaca kemasannya.memang produk Malaysia. Hal itu sempat membuatnya jengkel sesaat Akmal, 2011 : 79. Kutipan 349 dan 350 menggambarkan Jaleswari yang kritis terhadap hal yang terlihat di depan matanya. Hal itulah yang membuat wanita cantik ini terlihat pintar.

4.2.5 Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di

SMA Pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata Rahmanto, 2005 : 15. Oleh karena itu, sastra bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan. Rahmanto mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran sastra, yaitu : 1 segi bahasa, 2 segi kematangan jiwa, 3 segi latar belakang. 123 1. Bahasa Penggunaan bahasa dalam novel sangat penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Bahasa yang terlalu sulit akan menghambat pemahaman siswa terhadap novel tersebut, sebaliknya jika novel tersebut bahasanya mudah untuk dipahami maka siswa pun tidak akan kesulitan dalam membaca dan memahami isi novel. Novel Batas anatara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral menggunakan bahasa suku Dayak, bahasa Melayu, bahasa inggris, dan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, bahasa yang digunakan oleh pengarang masih bisa dipahami oleh siswa di tingkat SMA karena bahasanya sederhana dan lugas. Selain itu, pengarang juga menambahkan keterangan di bawah bahasa asing yang digunakan dalam novel inisehingga memudahkan peserta didik untuk memahami kalimat-kalimat tersebut. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut. 352 Terdengar gelombang tawa dari para pengejar di belakangnya. “Lari nak mane kau Ubuh” seru samseng yang berada di depan. “Bayar dulu utang-utangmu pada tauke kalau nak pulang ke kampungmu yang busuk” Akmal, 2011 : 22. 353 “Ayo minum, Gale” katanya sambil menuangkan tuak ke dalam gelas Gale yang baru saja kosong. “Sayang sekali tidak ada ma’alap senggayung yang bikin suasana jadi tambah ramai heeee ...,” lanjutnya menyebutkan musik dari bambu yang biasa dimainkan warga Akmal, 2011 : 37. 354 “Betul sekali Pak Jomi. Memang kelihatannya mahal karena ini adalah aruh ganal, apa itu artinya kalau orang Jawa bilang ... ah ya, kan-dori besar,” ujar Pagau Akmal, 2011 : 40. 355 “Nyanyi Kandan saja,” usul seorang anak “Apa itu Kandan?” Tanya Jales berbisik kepada Adeus. “Lagu pujian agar rakyat makmur,” jawab Adeus juga sambil berbisik Akmal, 2011 : 230. 124 Selain menggunakan bahasa suku Dayak dan melayu, pengarang juga menggunakan bahasa Inggris. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut. 356 “Betul, Bu. Usaha money charger dengan uang kertas bernilai kecil yang sering sudah kumal” Akmal, 2011 : 82. 357 “Jadi, darimana Dalikun mendapatkan uang sebanyak itu?” Rasa penasaran Jales tak berkurang. “Obat bius? Human traffiking? Pembalakan liar?” Akmal, 2011 : 83 358 “Selamat, Cantik. Great job” puji Kunun yang berbisik lirih di telinga Jales. “Upaya kita berhasil Banyak perusahaan meminta proposal kita. Mereka akan mengalokasikan dana CSR untuk kita kelola” Akmal, 2011 : 298. Kutipan 351 hingga kutipan 355 merupakan bukti bahwa pengarang menggunakan bahasa suku Dayak dan bahasa Melayu. Sedangkan kutipan 356 hingga 358 merupakan bukti bahwa pengarang juga menggunakan bahasa Inggris dalam novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan. 2. Kematangan Jiwa Kematangan jiwa peserta didik juga harus diperhatikan dalam mempelajari karya sastra. Rahmanto 2005 : 30 berpendapat bahwa pada tahap usia 16 tahun merupakan tahap generalisasi, dimana pada tahap ini siswa sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep- konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Jaleswari memiliki sikap kemtangan jiwa. Pengarang menggambarkannya melalui sikap Jaleswari yang mau menerima tugas berat dari kantornya untuk menyelesaikan misi pembangunan SD di Kalimantan Barat walaupun dia masih dalam keadaan 125 berduka dan hamil muda. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa. 359 “iyalah, Ma,” Jales memeluk ibunya. “Jales mungkin belum siap dengan kehamilan ini, terutama akibat kematian Aldo yang begitu cepat. Tapi Jales ke Kalimantan bukan mau bunuh diri” Akmal, 2011 : 69. 360 Sebab ketika dia memutuskan untuk menerima tugas mencari penyebab tidak berjalannya program CSR Corporate Social Responsibility yang digagas kantornya berupa pembangunan sebuah Sekolah Dasar di wilayah ini, hampir seluruh kawannya menganggap dia gila karena kondisinya yang baru hamil muda. Bahkan, ibunya pun terkesan tak ingin Jales menerima tugas itu Akmal, 2011 : 67. Kutipan di bawah ini mengambarkan bahwa Jaleswari tidak egois untuk memikirkan dirinya sendiri. Dia mau memberikan jatah makan untuk orang yang lebih membutuhkan. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa. 361 “Saya masih kenyang, Bang Irfan,” kata Jales. “Tadi sempat sarapan di border .” Tanya saja sama Victor. Ini makanannya simpan saja buat Bang Irfan atau teo karena pasti lebih membutuhkan Akmal, 2011 : 99. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Jaleswari tetap memikirkan orang lain walaupun dirinya sedang dalam keadaan terancam. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa. 362 Dari dalam rumah, Jales menghambur keluar dengan tubuh yang masih belepotan darah. “Mana Ubuh?” katanya panik, sambil menatap Adeus yang terlihat berusaha menenangkannya Akmal, 2011 : 266. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa tokoh Adeus rela berkorban dan memiliki sikap kematangan jiwa. Pengarang menggambarkannya melalui 126 tindakannya yang berani bertarung untuk keselamatan orang lain, walaupun dirinya tidak bisa menggunakan mandau untuk bertarung. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa. 363 “Tidak bisa” seru Adeus yang melangkah maju dan berdiri dengan gagah menghadapi Otiq. “Siapa pun yang ingin mengusir Ibu Jaleswari dan Ubuh di antara kalian, kalau berani maju Hadapi aku dulu,” katanya sambil mengacungkan obor di tangan kanannya sejauh mungkin ke depan, seperti ingin meihat lebih jelas lawan- lawannya Akmal, 2011 : 273 364 Tiba-tiba Adeus muncul dann mengambil alih tugas adayak dengan tiga kali gosokan yang dilakukan secara keras, bunga api muncul memercik ke rumput kering dan segera melahapnya sehingga mata api membesar. Borneo dan kawan-kawannya bertepuk tangan dan bersorak gembira sambil menari-nari khas dayak. Panglima Adayak mengangguk-anggukkan kepalanya dengan ekspresi puas. Sedangkan Jales dengan sepontan memeluk Adeus sebagai tanda terimakasih yang membuat lelaki itu salah tingkah Akmal, 2011 : 28 Kutipan 359 hingga 364 membuktikan bahwa novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan juga memiliki aspek kematangan jiwa. Dimana beberapa tokoh tidak mudah dalam mengambil sebuah keputusan deengan resiko yang akan didapatkan. 3. Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya juga penting dalam pembelajaran karya sastra. Peserta didik akan semakin terpancing minat untuk mempelajari sastra. Selain itu, peserta didik dapat menambah wawasan dengan mengetahui berbagai macam budaya-budaya di Indonesia. Berikut kutipan langsung yang menyatakan pernyataan tersebut. 127 Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa pengarang menggambarkan latar belakang budaya Dayak yang masih menggunakan cara tradisional untuk menyembuhkan sakit yang diderita oleh seseorang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. 365 “Ini aku bawakan obat untuk Ubuh. Rebuskan ramuan akar hutan ini, minumkan airnya, dan ajak dia bicara. Ceritakan dongeng indah yang kamu ingat tentang kehebatan masyarakat Dayak” Akmal, 2011 : 220. Masyarakat Dayak masih 366 Perempuan-perempuan lebih muda sedang menjemur kembali tenggelam dalam kesibukan mereka sembari melantunkan kayau – senandung tradisional yang dinyanyikan bersahut-sahutan dan berkisah tentang salah satu legenda dalam tradisi Dayak Akmal, 2011 : 17 – 18. Masyarakat suku Dayak, masih mempercayai adanya roh leluhur atau nenek moyang yang melindungi mereka. Hal ini digambarkan pengarang melalui kebiasaan Adayak yang merupakan tetua di dusun tersebut menaruh beberapa sesajen untuk dipersembahkan kepada roh leluhur. 367 Panglima Adayak menaruh beberapa sesajen di dekat kumpulan sabut kelapa yang dibakar di bawah sebuah pohon besar. Dengan khidmat Panglima Adayak melakukan ritual itu sehingga seperti tak menyadari Jaleswari dan Adeus melintas di dekatnya Akmal, 2011 : 197. Panen merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat suku Dayak, karena dengan adanya panen masyarakat dapat meryakannya bersama- 128 sama. Perayaan panen tersebut selalu dilakukan setiap tahunnya. Perayaan tersebut bernama gawai. 368 Tiga pekan kemudian masyarakat Ponti Tembawang menggelar gawai, upacara adat berkaitan dengan sukses panen. Panglima Adayak memimpin upacara, dengan beberapa hasil tanaman ladang di jajarkan dengan berbagai perlengkapan adat upacara. Beberapa pemuda memainkan alat musik sape, diiringi gong. Para remaja menari dengan gerakan meriah Akmal, 2011 : 302. Kutipan 365 hingga 368 merupakan bukti bahwa dalam novel Batas antara Keinginan dan kenyataan karya Akmal Nasery Basral, budaya yang dikenalkan adalah budaya masyarakat Dayak khususnya dusun Ponti Tembawang. Hal tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik untuk mengenal budaya dari daerah lain di Indonesia.

4.2.6 Silabus terlampir

Dokumen yang terkait

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

0 31 9

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

1 28 19

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

8 53 61

NILAI MORAL DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

23 124 79

Analisis Tokoh Pada Novel “Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan” Karya Akmal Nasery Basral (Kajian Psikoanalisis Sastra).

6 24 23

ASPEK RELIGIUSITAS NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

1 5 13

PENDAHULUAN Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

0 2 7

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 12

PENDAHULUAN Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

1 5 28

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAHKARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 14