37
Menurut Nurgiyantoro 2007:165, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Pada novel Batas antara Keinginan dan kenyataan karya Akmal Nasery Basral ini terdapat beberapa tokoh yaitu Jaleswari, Arifin, Adeus, Nawara,
Borneo Panglima Adayak, Ubuh, Page, dan Otiq. Tokoh utama dalam novel ini adalah Jaleswari, karena dia sering muncul dalam setiap peristiwa. Sedangkan
tokoh lain berperan sebagai tokoh tambahan yang kemuculannya hanya saat tertentu.
a. Jaleswari
Jaleswari digambarkan sebagai perempuan muda cantik yang
sedang dalam masa kehamilan muda, tetapi dalam kehamilannya tersebut Jaleswari telah ditinggal untuk selama-lamanya oleh Aldo suaminya. Hal
ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.
1 “Perempuan, Lakak,” seringai di Wajah Pangau mengembang.
“Cantik.” “Cantik?”
“Cantik sekali, seperti bintang film siapa itu?” Akmal, 2011 : 144 2
Kehamilan ini benar-benar menjengkelkan. Pikirnya sambil memejamkan mata dan memusatkan perhatiannya agar ususnya
tidak melakukan gerakan anti-peristaltik yang membuat makanan di lambung kembali naik menuju lehernya. Akmal, 2011 : 2
3 “Kenapa sih kau ini?” desis Jales sedikit jengkel sambil
memperkeras tekanannya
pada perut,
seakan-akan ingin
mengatakan agar sang janin lebih tenang dan tak membuat masalah. “Kalau semua ibu hamil merasakan seperti ini, apa yang
akan membuat mereka ....” Akmal, 2011 : 36
38
Jaleswari merasa terpukul dengan kematian suaminya, karena setahu Jales
suaminya, Aldo tidak mempunyai riwayat penyakit yang membahayakan hidupnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori
melalui kutipan berikut. 4
Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan selama beberapa hari sebelum Aldo mendadak meninggal setelah bermain futsal. Jales
tak ingin percaya itu sungguh-sungguh terjadi. Suaminya tak punya riwayat penyakit jantung atau penyakit lain yang berbahaya.
Akmal, 2011 : 4
5 Mungkin Jales akan lebih bisa menerima kematian suami yang baru
menikahinya empat bulan itu jika mobil Aldo ditabrak mobil tronton besar dan Aldo tergencet di dalamnya. Atau Aldo sudah
berbulan-bulan terbaring lunglai sakit dengan berbagai selang obat- obatan tersambung tubuhnya tanpa harapan. Ah Akmal, 2011 : 4
Sosok Jaleswari juga digambarkan sebagai wanita yang sangat tegas
dalam melakukan tindakan dan tidak ingin berbasa-basi dalam menyampaikan sesuatu. Hal ini dibuktikan saat sang sopir yang menjemputnya merasa takut
terhadap ketegasan Jales mengambil tindakan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.
6 “Baik, Bu,” ujar Victor agak getar mendengar ketegasan Jales.
Lelaki itu membuka jendela depan dan memberikan isyarat kepada masyarakat agar memebrikan jalan. Namun, baru setengah jam
kemudian mobil Victor berhasil keluar dari kerumunan yang hampir tak mau bergerak satu sentimeter pun. Akmal, 2011 : 8
– 9
7 “Nyenyak,” jawab Jales pendek sekadar menghindari percakapan
basa-basi yang tak disukainya itu. Akmal, 2011 : 72
Dengan statusnya yang sudah tidak memiliki suami, Jales merasa kehamilannya
begitu menyusahkan
sehingga dia
sangat membenci
kehamilannya tersebut, bahkan jaleswari ingin mengaborsi buah hatinya bersama
39
Aldo suaminya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.
8 Dia tak yakin benar-benar ingin memelihara janin di dalam
rahimnya itu, apalagi untuk melahirkannya kelak. Sebab, apa artinya memiliki seorang anak, tanpa memiliki seorang suami?
Kalau saja dia bisa memutar kembali jarum waktu dan memohon kepada Tuhan, Jales yakn seyakin-yakinnyadia akan meminta agar
tidak kehilangan Aldo ketimbang mendapatkan seorang bayi sekarang ini. Akmal, 2011 : 35
9 “Kenapa sih kau ini?” Desis Jales sedikit jengkel sambil
memperkeras tekanannya
pada perut,
seakan-akan ingin
mengatakan agar sang janin lebih tenang dan tak membuat masalah. “Kalau semua ibu hamil merasakan seperti ini, apa yang
membuat mereka ....” Akmal, 2011 : 36
Sebagai seorang perempuan yang serba berkecukupan, tentu Jaleswari
sangat selektif dalam memilih makanan, dan dia sangat menyukai kebersihan.
Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.
10 Jales menuju jendela dan menutupnya. Perutnya kinin mulai terasa
lapar. Dia ragu menu di sini akan cocok dengan seleranya yang sangat selektif dalam hal makanan. Namun, kalaupun sulit diterima
lidahnya, tak mungkin dia akan menahan lapar semalaman. Apalagi dian akan beberapa hari lagi di sini. Jales menepuk-nepuk perutnya.
“Yang penting kau jangan seperti naga yang sebulan tidak diberi makan ya,” katanya. Akmal, 2011 : 57
11 Jales tak langsung mengambil sendok, melainkan mengamati dulu
mangkuk berisi sop tulang di depannya. Aroma kuahnya yang mengepul tidak seharum sop konro kesukaannya, meskipun tulang
sapi dengan cuilan daging yang menempel di beberapa bagian itu terlihat sama seperti sop konro. Jales langsung merasa kurang
berminat. Akmal, 2011 : 60
12 “Iiiih,” desis Jales yang jijik melihat telapak tangannya kini9
bersimbah darah nyamuk. Dengan hati-hati dia mengeluarkan sachet tisu basah dari dalam saku celana jeans dan membersihkan
kedua telapak tangannya dengan cermagt sampai tak tersisa lagi bekas darah serangga itu. Akmal, 2011 : 218
40
Jaleswari adalah seorang wanita karir, dapat dibuktikan dengan
kesanggupannya dalam menerima tugas dari kantornya untuk menyelidiki penyebeb tidak berjalannya program CSR dari perusahaanya. Jaleswari juga
mempunyai sifat yang mandiri tidak pernah mengandalkan orang lain bila dia masih bisa melakukan pekerjaanya sendiri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 13
Sebab ketika dia memeutuskan untuk menerima program CSR Corporate ocial Responsibility yang digagas kantornya berupa
pembangunan sebuah Sekolah Dasar di wilayah ini, hampir seluruh kawannya menganggap dia gila karena kondisinya yang baru hamil
muda. Bahkan ibunya pun terkesan tak ingin Jales menerima tugas itu. Akmal, 2011 : 67
14 “Tapi kan sejak kecil Mama dan Papa selalu mengajarkan Jales
agar mandiri dan tidak takut seberat apa pun tantangan di luar?” Akmal, 2011 : 69
15 Jaales melihat perempuan yang terlalu mengandalkan orang lain
ketika sedang berjalan tak ada bedanya dengan nenek-nenek yang memang harus dibantu. Tetapi melihat kondisi tanah yang becek
dan licin saat ini, Jales tak keberatan harus menelan dulu prinsipnya sementara waktu: biar sajalah bila ada orang yang
melihat dan menilainya sebagai nenek-nenek. Akmal, 2011 : 122
Selain mempunyai sifat yang tegas, berpendirian teguh, mandiri, Jales juga berjiwa nasionalisme yang tinggi, terbukti saat berada di Tanah Borneo
tersebut dia merasa jengkel karena banyak minuman-minuman mineral yang dijual bukan produk Indonesia melainkan produk Malaysia. Hal ini ditunjukkan
pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 16
Jales memperhatikan makanan kecil dan air minum mineral yang disusun di tengah meja makan. Tak ada merek yang dikenalnya di
Jakarta. Jales mengambil satu botol air mineral, dan membaca kemasannyta. Memang produk Malaysia. Hal itu sempat
membuatnya jengkel sesaat. Akmal, 2011 : 79
41
Dengan keadaan Jaleswari yang saat itu sedang hamil muda dan masih dalam kondisi keterpurukannya yang baru saja ditinggalkan oleh suaminya
membuat Jales menjadi pribadi yang sedikit keras kepala dan ketus dalam
menanggapi perkataan orang lain. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.
17 Sok tahu Lalu buat apa sih sok akrab bilang “selamat datang”
segala? Memangnya dia guide wisata? Akmal, 2011 : 6 18
Arrrrrghh Apakah kosakata bahasa Indonesia sudah sedemikian miskinnya sehingga untuk menggambarkan sebuah kerusakan tak
bisa lagi dengan kata-kata tapi harus disaksikan langsung? Menyebalkan Akmal, 2011 : 7
19 “Ya apa yang spesifik? Yang khusus?” lanjut Jales dengan mood
yang mulai tak terkendali lagi. Rasa mual di perutnya pun terasa lagi, apalagi dengan rasa lapar yang semakin berkobar-
kobar. “Pak Victor yang seharusnya tahu apa yang spesifik itu.” Akmal, 2011 :
59 20
“Iyalah Ma,” Jales memeluk ibunya. “Jales mungkin belum siap dengan kehamilan ini, terutama akibat kematian Aldo yang begitu
cepat. Tapi Jales ke Kalimantan bukan mau bunuh diri.” Akmal, 2011 : 69
21 “Tapi aku lebih butuh Aldo dibandingkan dengan bayi ini, Ma.”
Akmal, 2011 : 70 22
Di mana lagi? Apakah harus menyeberang ke Tebedu? Guru kok pertanyaanya begitu? Akmal, 2011 : 125
Sikap Jaleswari yang nasionalisme juga ditunjukkan oleh pengarang
melalui teknik tidak langsung atau dramatik, berikut kutipan yang membuktikan pernyataan tersebut.
23 Kalau aku terus terang, bagaimana jika nasi goreng itu dibuat
berdasarkan resep Malaysia? Sebab tak pernah sekali pun aku makan nasi goreng dengan kuah rempah-rempah seperti sekarang.
Akmal, 2011 : 80
24 Dunia di kepala Jales langsung terjungkir terbalik. Di tempat
sebecek ini? Dengan babi-babi yang tubuh mereka berlepotan lumpur, dan rumah mereka sudah sepudar ingatan pemimpin
bangsa tentang masyarakat-masyarakat terpencil, dari dalamnya
42
berendar informasi global dari politik sampai hiburan. Akmal, 2011 : 124
25 Anak-anak itu bertatapan satu sama lain. Jales melanjutkan
mengajar. “Kita coba lagu-lagu nasional ya. Siapa yang tahu Indonesia Pusaka?
” Akmal, 2011 : 188 26
Mereka terus berjalan sampai ke patok yang dimaksudkan. Jales mengambil gambar patok itu beberapa kalidengan kameranya.
“Sederhana sekali,” katanya. “Saya pikir patok raksasa semacam tugu atau monumen besar.” Akmal, 2011 : 202
27 Jaleswari tersenyum karena teringat pengalamanya kemarin. “Saya
juga mengalami itu. Anak-an ak SD itu tak tahu lagu nasional.”
Akmal, 2011 : 210 28
“Begini, Anak-anak,” Jales memperkeras suaranya. “Sekarang ini ibu akan mengajarkan kalian lagu dari daerah lain.” Akmal, 2011 :
231 29
“Ya itulah sebabnya mengapa saya butuh bantuan Arifin untuk ikut mengajarkan lagu-
lagu itu nanti dengan sikap sempurna.” Akmal, 2011 : 234
Dalam misinya untuk program CSR dari perusahaanya, Jales memberikan pengetahuan kepada para orang tua di dusun Ponti Tembawang untuk mau
menyekolahkan anaknya agar anak-anak di dusun tersebut pintar. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan berikut. 30
“Anak-anak perlu sekolah, kalau harus berladang juga nanti sekolahnya jadi tertinggal,” ujar Jales. Akmal, 2011 : 192
31 “Saya mengerti itu. Tidak ada yang salah dari berladang,” ujar
Jales. “Kita berladang, kemudian kita jual ke negeri seberang, dapat uang, kita bisa hidup. Tetapi bagaimana kalau negeri seberang itu
tiba-tiba tidak mau lagi membeli hasil ladang kita? Bagaimana kalau seandainya saudara kita di sana memutuskan untuk tidak
berladang dengan kita?” Akmal, 2011 : 192 32
Tidak ada yang menjawab. Jales menatap mereka satu per satu. “Artinya kita tidak boleh bergantung terus pada Malaysia. Jalan
mereka boleh lebih bagus. Tanah mereka boleh lebih bersih. Tetapi di sini sebenernya kita lebih kaya, lebih indah. Kita bisabersama-
sama mencari jalan untuk bisa hidup di negerikita sendiri,” tutur Jales dengan semangat meletup-letup. Akmal, 2011 : 192
43
33 “Anak-anak harus didoeong supaya mereka nanti pintar dan
menemukan cara tempat ini bisa hidup tanpa mesti ke seberang. Indonesia adalah surga yang sebenarnya. Dengan belajar, anak-
anak menjadi dokter, tentara, bahkan bisa seperti Adeus yang menjadi guru,” Jaleswari menunjuk Adeus, yang cuping hidungnya
mengembang karena bangga. Akmal, 2011 : 192 – 193
Kepedulian Jaleswari terhadap pendidikan tidak hanya berbicara dengan
para orang tua di dusun tersebut, tetapi dia juga memberikan semangat kepada Adeus satu-satunya guru yang ada di dusun ponti Tembawang untuk lebih serius
dalam memberikan ilmu dan mengajak anak-anak lain untuk mengenyam pendidikan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau
dramatik melalui kutipan berikut. 34
“Kalau kau sudah tahu masalahnya separah itu, Adeus,” Jales menggunakan kesempatan percakapan ini sekaligus untuk menguji
keseriusan lelaki itu sebagai pendidik, “Apakah kau tega meninggalkan SD dan membuat anak-anak kampung ini terus
dikerangkeng kebodohan dari waktu ke waktu. Terus dianggap oleh bangsa lain di luar negeri? Bukankah sudah saatnya kau lebih
mendidik anak-anak gadis itu dengan pengetahuan yang lebih tinggi lagi sehingga mereka bisa mencari pekerjaan yang lebih
layak di negeri sendiri, Adeus?” Akmal, 2011 : 256 35
“Anak-anak di sini harus berkembang sesuai dengan dunia sekarang. Kau yang bisa melakukan hal itu Adeus. Tetapi mereka
juga harus mengakar pada keluhuran nilai masyarakatDayak yang indah ini,” lanjut Jales. “Aku percaya kau bisa melakukannya demi
masa depan Borneo dan kawan-kawannya, karena merekalah yang akan menjadi pewaris keagungan Dayak.” Akmal, 2011 : 287
36 “Adeus, kamu punya ilmu yang bisa diajarkan untuk mencerdaskan
anak-anak ini. Mengapa harus berhenti? Apakah kau tidak kasihan melihat kondisi mereka seperti tadi?” tanya Jales sambil mengusap
keringat yang mulai bercucuran dari keningnya. “Anak-anak ini, Borneo dan kawan-
kawannya itu butuh ilmumu yang ....” Akmal, 2011 : 189
Jaleswari sangat cerdas dalam membangun situasi pendidikan di dusun
Ponti Tembawang, Jales mengubah metode pembelajaran kelas menjadi
44
pembelajaran di luar ruangan dengan cara berburu, menghafal lagu nasional kepada murid-murid di dusun tersebut. dengan metodenya tersebut, Jaleswari
berhasil menarik perhatian anak-anak yang tidak pernah sekolah. . Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan berikut. 37
Keesokan harinya Jaleswari dan Panglima Adayak kembali menemani Borneo dan segelintir kawan-kawannya di tanah lapang
depan sekolah. Panglima Adayak sedang dalam posisi memanah. Dia merentangkan busur dan membidik sebuah pohon di ujung
lapangan. Akmal, 2011 : 228
38 Dua “pelajaran” di hari itu ternyata menjadi megnet luar biasa bagi
anak-anak Ponti Tembawang. Keesokan harinya saat datang ke lapangan, Jales tak percaya pada apa yang dilihatnya: sekitar 30-an
anak sudah hadir. Dari yang lebih besar dibandingkan Borneo sampai bocah yang hidungnya masih dipenuhi ingus. Akmal, 2011
: 229
39 “Bukan, lagu-lagu Nasional dari daerah lain, supaya anak-anak ini
tahu bahwa mereka punya banyak teman di negeri ini.” Akmal,
2011 : 229 Dalam misinya tersebut Jales diminta oleh Panglima Adayak untuk
mampu memahami dan mempelajari masyarakat dan alam di Ponti Tembawang supaya Jales dapat mengerti apa yang terjadi di dusun tersebut dan menjalankan
misinya di bidang pendidikan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.
40 Jales mulai turun ke arah bagian sungain yang lebih dalam setinggi
lutut. Perasaan enggan bercampur jijik yang awalnya bersatu di kepala Jales ketika melihat arus sungai, pelan-pelan terkikis
bersama aliran Sungai Sekayam. “Benar juga apa yang dikatakan panglima Adayak,” gumam Jales. Akmal, 2011 : 213
41 Rembang petang kembali membayang di cakrawala Ponti
Tembawang. Jaleswari yang sudah bisa merasakan nikmatnya mandi di aliran sungai sudah sampai di dermaga. Kali ini dia
membawa tas dan kameranya, memutuskan untuk memotret
45
kegiatan di sore yang kembali ramai dengan gelak anak-anak dan orang dewasa itu. Akmal, 2011 : 239
Meskipun Jaleswari mempunyai sifat yang tegas, tetapi di sisi lain dia juga
mempunyai sifat peduli terhadap orang lain, terbukti saat Ubuh tertimpa masalah
yang membuatnya depresi berat, Jaleswari memberikan semangat dan bersedia mendengarkan cerita Ubuh. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak
langsung atau dramatik melalui kutipan berikut. 42
“Tidak apa-apa, Ubuh, ceritakan saja semuanya. Anggap saya ini kakakmu,” kata Jales sambil mengelus rambut Ubuh. Sekilas
terlihat sinar kekagetan di mata Ubuh ketika rambutnya disentuh, namun kemudian Ubuh merebahkan kepalanya ke pelukan Jales
dan kesedihan yang semakin menyayat karena tak diungkapkan secara langsung. Akmal, 2011 : 248
43 “Tidak usah buru-buru ceritanya,” sahut Jales sambil kembali
menggengg am tangan Ubuh untuk memberi kekuatan. “Saya akan
selalu di sini mendengarkanmu. Kapan saja kamu siap.” Akmal, 2011 : 249
44 “Aku harus pergi sebentar, Ubuh. Kamu cepat sehat ya.
Berusahalah lebih keras untuk sembuh. Pasti bisa. Tidak ada di dunia ini yang diperoleh dengan mudah. Kamu sudah belajar dari
hal yang luar biasasampai di luar batas kemampuanmu sendiri. Aku salut dan kagum padamu, karena kamu telah mampu melampaui
batas diri.” Akmal, 2011 : 286 Di samping misinya untuk mencari tahu berhentinya program CSR dari
perusahaanya, Jaleswari juga berani mengambil tindakan untuk menyelamatkan
Ubuh dari masalah yang telah menimpanya. Jaleswari memberanikan diri untuk
menceritakan kepada Adeus apa yang telah dialami Ubuh hingga mengalami depresi berat. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau
dramatik melalui kutipan berikut. 45
“Ah tak usah, Pak. Saya hanya mau bilang bahwa semalam Ubuh sudah bisa bicara dengan saya. Dia bilang, dia sudah ingat orang
46
yang mengirimkan dia ke tauke di Mal aysia itu.” Akmal, 2011 :
251 46
Perjalanan pulang menuju rumah Nawara membuat Jales harus ekstra keras menyuntikkan tambahan keberanian karena harus
melewati warung Otiq. Dia berharap saat itu sang pemilik warung tak ada di tempat, bahkan kalau perlu warung itu sedang tutup.
Akmal, 2011 : 257
47 Dari dalam rumah, Jales menghambur keluar dengan tubuh yang
masih belepotan darah. “Mana Ubuh?” katanya panik, sambil menatap Adeus yang berusaha menenangkannya. Akmal, 2011 :
266
48 “Ayo kita cari,” kata Jales tak mempedulikan lagi teriakan Nawara
yang mencoba menghentikannya. Di belakangnya Adeus ikut berlari. Akmal, 2011 : 266
Dengan kehadiran Jaleswari di dusun Ponti Tembawang menghidupkan kembali dusun tersebut, terbukti dengan bersatunya Nawara dan Adayak yang
sudah lama berpisah rumah. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.
49 “Jangan berpikir begitu, Jales. Yang membencimu hanya Otiq dan
kawan-kawannya karena mereka punya maksud- maksud buruk,”
ujar Adaya k. “Kehadiranmu di sini justru membuat dusun ini
kembali hidup, Jales. Kamu telah mengajarkan kembali apa yang selama ini apa yang kami lupakan, belajar sambil bermain
keindahan alam.” Akmal, 2011 : 281 50
“Kau tahu, Nawara. Ini kehendak alam, untuk mempersatukan kita bersama kembali dari saling diam selama ini. Kehadiran Jaleswari
justru menjadikan kita bersama kembali,” Panglima Adayak merangkulkan tangannya yang kokoh ke bahu Nawara.
“Bagaimana kalau kita kubur semua kenangan masa lalu? Lihat Borneo yang masih membutuhkan kita berdua untuk tetap tumbuh
menjadi anak Dayak yang kita banggakan. Dia butuh keahlianku sebagai Panglima, tapi juga kelembutan dan hati yang peduli pada
sesama yang bisa didapatkan darimu.” Akmal, 2011 : 291 Selama di dusun Ponti Tembawang Jales sudah merasakan hal yang tidak
terduga, karena dia menyukai tentara yang bertugas di perbatasan bernama
Arifin. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.
47
51 Dalam perjalanan menuju dermaga, Arifin dan Jaleswari bergulat
dengan pikiran masing-masing. Keduanya kini tak bisa lagi mengelak dari perasaan yang sudah merasa lebih nyaman dengan
kehadiran masing-masing. Akmal, 2011 : 292
52 Gelo” Jaleswari terkikik-kikik. “kupikir hatimu dari batu yang
dingin dan bermulut seperti patok di perbatasan. Ternyata bisa juga jatuh cinta ya?” Akmal, 2011 : 295
53 Arifin melambaikan tangan. Mesin perahu dinyalakan, dan sampan
itu pun bersatu dengan arah arus Sungai Sekayam yang menuju hilir. Jales melambaikan tangannya dengan rasa lega. Sebagian
besar penyebabnya adalah karena Arifin ternyata sudah tahu bahwa ia kini sedang mengandung. Bukan perempuan lajang yang bisa
bebas melanjutkan hubungan tanpa adanya komitmen. Kondisi itu membuat Jales senyum-senyum sendiri sambil menikmati sinar
mentari pagi yang terasa lebih cerah di sungai. Akmal, 2011 : 296
54 “... kalau Jales memikirkan lelaki lain yang bukan Aldo?” Akmal,
2011 : 301 55
“Hoho ... tentu saja. Aku ingin anak ini menendang-nendang perutku, untuk menyatakan rasa senangnya bisa kembali di sini.
Dan sudah pasti ... dia senang sekali denganmu.” Akmal, 2011 : 303
Teknik pelukisan tokoh utama yang digunakan dalam novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral adalah teknik langsung
atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Jaleswari teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16. Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 17, dan 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54, dan 55. Berdasarkan kutipan 1 sampai 3 pengarang menggambarkan sosok
jaleswari adalah perempuan cantik yang sedang hamil, dan baru ditinggal untuk selama-lamanya oleh Aldo selamanya. Kutipan 4 dan 5 menggambarkan
48
bahwa Aldo, suaminya mendadak meninggal tanpa adanya riwayat sakit yang parah. Kutipan 6 dan 7 menjelaskan bahwa Jales adalah wanita yang sangat
tegas dalam hal apa pun. Kutipan 8 dan 9 menjelaskan bahwa, Jales sangat tidak menyukai kehamilannya tersebut, beberapa kali dia berbicara akan
menggugurkan kandungannya. Kutipan 10 sampai 12 menjelaskan Jaleswari peduli terhadap kebersihan dirinya sendiri dan sangat selektif dalam memilih
makanan. Kutipan 13 sampai 15 menggambarkan Jales perempuan mandiri dan tidak terlalu senang mengandalkan orang lain. Kutipan 16 menggambarkan
Jaleswari sangat berjiwa nasionalisme. Kutipan 17 sampai 22 menggambarkan bahwa Jaleswari menjadi
pribadi yang sedikit keras kepala semenjak kematian Aldo suaminya. Kutipan 23 sampai 29 menjelaskan Jales berjiwa nasionalisme digambarkan melalui teknik
dramatik. Kutipan 30 sampai 33 jales peduli terhadap pendidikan hingga memberi gambaran kepada para orangtua di dusun Ponti Tembawang. Kutipan
34 sampai 36 menggambarkan Jales memberi semangat kapada Adeus untuk tetap memberi ilmu kepada anak-anak di Ponti Tembawang.
Kutipan 37 sampai 39 Jaleswari berhasil mengubah pembelajaran dengan belajar dan bermain di alam terbuka. Kutipan 40 dan 41 Jales berhasil
menyatu dengan alam untuk memahami cara hidup masyarakat dusun ponti Tembawang. Kutipan 42 sampai 44 Jaleswari merasa peduli terhadap kondisi
Ubuh yang mengalami depresi berat. Kutipan 45 sampai 48 Jales dengan berani memecahkan masalah Ubuh. Kutipan 49 dan 50 menggambarkan
Jaleswari yang memberikan warna kembali di dusun Ponti tembawang. Kutipan
49
51 hingga 55 menggambarkan bahwa Jaleswari menyukai tentara petugas perbatasan bernama Arifin.
b. Mama