62
Teknik pelukisan tokoh yang digunakan dalam novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral adalah teknik langsung
atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokohPAnglima Adayak, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui
kutipan 90,91, 92, 93, 94, 95, dan 96. Sedangkan teknik penulisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 96, 97, 98, 99,
100, 101, 102, 103, 104, 105, dan 106. Berdasarkan kutipan 90 menjelaskan bahwa Panglima Adayak
mempunyai tubuh yang tegap dan gagah serta mempunyai kumis yang tebal. Kutipan 91 menjelaskan bahwa Panglima Adayak mempunyai istri bernama
Nawara. Kutipan 92 dan 93 menjelaskan bahwa Panglima Adayak mempunyai karismatis. Kutipan 94 hingga 96 Panglima merupakan kakek dari Borneo.
97 hingga 99 Panglima Adayak peduli dengan keadaan yang sedang menimpa masyarakat dusun Ponti Tembawang. Kutipan 100 dan 101 menggambarkan
bahwa Panglima Adayak peduli terhadap Jaleswari. Kutipan 102 masih mempercayai adanya roh nenek moyang dan mengadakan ritual untuk meminta
perlindungan. Kutipan 103 hingga 106 Panglima Adayak sebagi pelindung bagi masyarakat yang benar dan melawan yang bersalah.
f. Nawara
Tokoh Nawara yang dimaksud di sini adalah istri dari Panglima Adayak. Tokoh Nawara digambarkan sebagai tokoh yang telah berpisah dari suaminya
karena anaknya yang telah meninggal. Dan kini perannya selain sebagai nenek
63
juga menjadi seorang ibu bagi Borneo. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.
107 Nawara menghela napas panjang, seolah sedang melepaskan beban
yang bertahun- bertahun tak pernah hilang dari dadanya. “Iya,
sampai kau berubah setelah anak kita meninggal.” Akmal, 2011 : 55
108 Dari arah gereja, Nawara yang sudah mendekati warung terlihat
oleh Pagau. Lelaki itu langsung menjerit seperti anak kecil. “Nawara, kau ajari dulu anakmu itu sopan-santun,” katanya sambil
menunjuk ke arah Borneo. Akmal, 2011 : 176 109
“Begitulah,” ujar Adeus. Tiba-tiba dia berhenti dan menatap Jales. “Ibu Jales tahu bahwa Borneo itu cucu Nawara.” Akmal, 2011 :
184
Nawara digambarkan sebagai tokoh yang sangat baik, karena selain mau merawat Ubuh yang sedang sakit juga menampung Jales. Dan hal tersebut
membuatnya disanjung oleh pendeta, bahwa Nawara adalah orang yang sangat baik dan mulia. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori melalui kutipan berikut. 110
“Terpujilah sikapmu, Nawara.” Akmal, 2011 : 174 111
“Halleluya. Baik sekali sikapmu Nawara.” Akmal, 2011 : 174 112
“Ibu Nawara memang luar biasa,” sahut Jales. “Sudah sibuk mengurus Ubuh, sekarang mendapat kerepotan lagi karena saya
ikut menginap.” Akmal, 2011 : 211
Selama Jaleswari berada di dusun Ponti Tembawang, Nawara menganggap Jales sudah seperti anaknya sendiri. Hal tersebut digambarkan dengan teknik tidak
langsung atau dramatik melalui kutipan berikut. 113
“Anakku, Jales,” Nawara yang tak sanggup menanggung kesedihannya langsung berdiri memeluknya. “Peristiwa ini bukan
salahmu, kenapa harus pergi sekar ang?” Akmal, 2011 : 284
64
114 Tangis Nawara bobol sehingga untuk beberapa lama keduannya
hanya saling berpelukan. Nawara berusaha mengendalikan emosinya, dan menyeka air mata di wajahnya. “Tak ada yang bisa
mencegahy langkah kakimu, Nak,”. Isak Nawara. “Kemana pun kau akan pergi, kamu selalu di hatiku.” Akmal, 2011 : 284
Saat Ubuh ditemukan dan dibawa ke dusun Ponti Tembawang oleh Panglima Adayak, Nawara dengan tangan terbuka mau menerima Ubuh dan
berjanji akan merawatnya hingga sembuh. Hal ini digambarkan dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut ini.
115 Adayak masuk ke rumah Nawara dan membaringkan gadis itu
dengan hati-hati. Nawara yang sudah menyiapkan air hangatsegera menyeka seluruh tubuh Ubuh secara hati-
hati. “Kasihan sekali,” katanya saat membersihkan kaki gadis itu yang menyisakan darah
kering berwarna merah kecokelatan. Nawara lalu melihat Adayak. “Ini bukan pekerjaan para samseng biadab itu, kan?” Akmal, 2011
: 45 116
“Baik, Panglima. Akan saya usahakan sebisa saya untuk menyemb
uhkannya.” Akmal, 2011 : 46 Teknik pelukisan tokoh yang digunakan dalam novel Batas antara
Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral adalah teknik langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh
Nawara, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 107, 108, 109, 110, 111, 112, dan 113. Sedangkan teknik penulisan tidak
langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 114, 115, dan 116. Berdasarkan kutipan 107 hingga 109 dijelaskan bahwa Nawara
merupakan mantan istri dari Panglima Adayak dan merupakan nenek dari Borneo. Kutipan 110 hingga 112 menjelaskan bahwa Nawara sangat baik karena mau
merawat Ubuh yang sedang depresi berat. 113 dan 114 menjelaskan bahwa Nawara menganggap Jaleswari sebagai anaknya sendiri. Kutipan 115 dan 116
65
menggambarkan bahwa Nawara dengan sedia membantu Ubuh hingga Ubuh sembuh dari depresinya.
g. Borneo