119
2.2.4.4 Kemandirian Moral
Kemandirian berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penelitian,
dan pendirian sendiri dalam bertindak sesuai dengannya Suseno, 1987 : 147. Dalam hal ini dibuktikan dengan sikap mandiri Jaleswari dalam menghadapi
permaslahan di dusun Ponti Tembawang. Berikut kutipan yang mendukung
penyataan tersebut.
340 Sebab ketika dia memutuskan untuk menerima tugas mencari
penyebab tidak berjalannya program CSR Corporate Social Responsibility yang digagas kantornya berupa pembangunan
sebuah Sekolah Dasar di wilayah ini, hampir seluruh kawannya menganggap dia gila karena kondisinya yang baru hamil muda.
Bahkan, ibunya pun terkesan tak ingin Jales menerima tugas itu Akmal, 2011 : 67.
341 Jales dengan hati-hati bercampurtakut memasukkan kakinya ke
dalam sungai Akmal, 2011 : 212 342
“Bismillahirahmanirrahim,” ujar Jales saat kedua kakinya masuk ke dalam air yang mengalir lancar, memberikan kesegaran yang
berbeda dibandingkan dengan air dalam ember di kamar mandi dadakan di belakang rumah NawaraAkmal, 2011 : 212.
Kutipan 340 hingga kutipan 342 menggambarkan bahwa Jaleswari dengan kemandirian menepis semua ketakutan di dalam dirinya dan mulai
melakukan apa yang menurutnya tidak mungkin untuk dilakukan yaitu dengan pergi ke Kalimantan dengan keadaan hamil muda demi mendapatkan alasan
mengapa program pembangunan SD tidak berjalan dengan lancar dan menepis ketakutan dan kejijikannya untuk mandi di sungai.
120
4.2.4.5 Keberanian Moral
Keberanian adalah ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Keberanian menunjukkan dalam tekat untuk tetap mempertahankan sikap yang
telah diyakin Suseno, 1987 : 147. Keberanian moral ini ditunjukkan pengarang melalui sikap tokoh utama Jaleswari yang berani mengungkap kebenaran dari
ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat Ponti Tembawang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
343 “Ah, tak usah, Pak. Saya hanya mau bilang bahwa semalam Ubuh
sudah bicara dengan saya. Dia bilang, dia sudah ingat orang yang mengirim dia ke tauke
di Malaysia itu” Akmal, 2011 : 251. 344
“Dia banyak bercerita kehidupan di sana. Terutama kelakuanpara samseng
yang sering kurang ajar” Akmal, 2011 : 255. 345
“Ya, Ubuh cerita dia dan kawan-kawannya sering mengalami pelecehan seksual oleh para samseng itu. Bahkan ada juga yang
dilakukan para tauke terhadap para TKW yang berpara s manis”
Akmal, 2011 : 255. 346
“Kalau kau tahu masalahnya seperti itu, Adeu,” Jales menggnakan kesempatan percakapan ini sekaligus untuk menguji keseriusan
lelaki itu sebagai pendidik, “Apakah kau tega meninggalkan SD dan membuat anak-anak kampung itu terus dikerangkeng
kebodohan dari waktu ke waktu. Terus dianggap oleh bangsa lain di luar negeri? Bukankah sudah saatnya engkau lebih mendidik
anak-anak gadis itu dengan pengetahuan yang lebih tinggi lagi sehingga mereka bisa mencari pekerjaanyang lebih layak di negeri
sendiri, Adeus?” Akmal, 2011 : 256.
Kutipan 343 hingga kutipan 346 membuktikan bahwa Jaleswari memberanikan diri untuk mengungkapkan kebenaran yang sedang terjadi di
masyarakat Ponti Tembawang, karena hal tersebut juga merupakan akar masalah dari berhentinya program CSR.
121
4.2.4.6 Kerendahan Hati