Arifin HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

55 langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Ubuh, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 62 hingga 66. Sedangkan teknik penulisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, dan 75. Berdasarkan kutipan 62 hingga 64 digambarkan bahwa Ubuh masih syok terhadap keadaan yang menimpanya. Kutipan 65 menggambarkan bahwa Ubuh mengalami sebuah luka di bagian lengan atasnya akibat ulah para samseng dan tauke negeri Malaysia. Kutipan 67 hingga 70 menggambarkan pengejaran Ubuh di dalam hutan Ponti Tembawang oleh para samseng. Kutipan 71 hingga 72 menggambarkan bahwa Ubuh tidak putus asa begitu saja, dia dengan sekuat tenaga melawan samseng tersebut. Kutipan 75 sampai 77 menggambarkan bahwa Ubuh berlari ketakutan akibat Jaleswari yang diteror menggunakan bangkai musang.

d. Arifin

Tokoh tambahan yang ke tiga adalah Arifin. Arifin adalah seorang TNI yang bertugas di daerah perbatasan Kalimantan. Dia sering sekali mengunjungi dusun-dusun terpencil di kawasan Indonesia. Arifinlah yang pertama kali menyelamatkan Ubuh dari kejaran samseng-samseng negeri seberang tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan teknik langsung atau ekspositoris, melalui kutipan berikut. 78 Di depan para samsengitu berdiri Arifin dengan wajah tegas, dikelilingi beberapa anggota TNI dengan sikap tak kalah siaga. Akmal, 2011 : 27 79 “Kalian sudah memasuki wilayah Indonesia . selamat datang,” kata Arifin dingin tanpa bermaksud melucu. Tubuh jangkungnya 56 menjulang. “Di sini yang berlaku adalah hukum Indonesia,” katanya pelan namun terdengar seperti puting beliung di telinga para samseng. Sebab segila-gila samseng, mereka tahu urusan menyeberangi border tanpa izin bisa menjadi perkara serius yang berakhir di penjara. Akmal, 2011 : 27 80 Arifin maju mendekati tubuh Ubuh yang tergeletak. “Kalau begitu jelaskan kepada saya dan bapak- bapak tentara di belakang ini,” lanjut Arifin masih dengan suara perlahan, “Mengapa jika kalian mengajaknya bicara lemah lembut, puan ini sampai pingsan tak sadarkan diri?” tanya Arifin sambil menekankan kata puan yang merupakan sebutan penghormatan untuk perempuan di Malaysia sebagai padanan tuan untuk lelaki. Akmal, 2011 : 28 Dengan pekerjaanya sebagai TNI di kawasan perbatasan dan melihat kondisi Ubuh yang malang tersebut Arifin sangat peduli terhadap Ubuh, dia membantu Ubuh dan meminta Panglima Adayak untuk menyembuhkan Ubuh dari kemalangan tersebut. hal ini dapat dibuktikan dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut ini. 81 Arifin maju mendekati Ubuh yang masih tergeletak tak sadar. Dia memegang pergelangan tangan perempuan itu selama beberapa saat. Wajah Arifin terlihat datar, tak menunjukkan rasa cemas atau pun senang. Namun beberapa saat kemudian Arifin memindahkan tangannya ke leher Ubuh, mencoba mencari detak urat lehernya. Akmal, 2011 : 28 82 “Bisakah Panglima membawa perempuan malang ini ke desa, paling tidak agar dia siuman dulu?” ujar Arifin. Akmal, 2011 : 30 Sebagai seorang TNI Arifin juga mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi terbukti saat dia sangat peduli dengan pendidikan para anak-anak di dusun Ponti Tembawang serta keprihatinannya terhadap masyarakat yang tidak bisa measang bendera merah putih. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut ini. 83 “Kadang-kadang aku berpikir kasian juga Adeus dengan jumlah murid yang sedikit itu. Padahal dia juga harus hidup.” Akmal, 2011 : 209 57 84 “Selain itu, cara pandang warga tentangpentingnya arti pendidikan juga masih harus diperkuat. Jangankan bagi anak-anak, kamu mungkin tak percaya kalau saya ceritakan bahwa pada saat awal kedatangan saya ke desa-desa border ini, mereka tak tahu bagaimana cara memasang bendera Merah Putih, dan kapan saja waktu pemasangan itu.” Akmal, 2011 : 210 Dengan adanya Jaleswari di desa Ponti Tembawang membuat Arifin menyukai wanita tersebut, terbukti bahwa Arifin mengajak Jaleswari makan berdua saja di tepi sungai. Hal ini digambarkan melalui teknik tak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut ini. 85 Setengah jam kemudian Arifin dan Jaleswari sudah berada di sebuah hampir pasir sungai yang berbeda dengan dermaga Ponti Tembawang. “Pantai” ini tak terlalu besar, tapi cukup leluasa untuk membakar ikan sungai Sekayam dengan cekatan. Akmal, 2011 : 234 86 “Sengaja,” Arifin mengembangkan senyumnya. Lalu suaranya dibuat lirih terdengar jahil. “Supaya Adeus jealous ....” Akmal, 2011 : 293 87 “Intel juga manusia. Punya rasa, punya hati ...” Arifin menyenandungkan irama lagu Rocker Juga Manusiayang dipopulerkan band cadas Seurieus. Akmal, 2011 : 295 88 “Tentu, Jaleswari.” Wajah Arifin terlihat sangat senang. Kali ini waktuku sepenuhnya untukmu. 89 “Baiklah. Aku akan segera robohkan batas-batas itu bagimu.” Akmal, 2011 : 303 Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral adalah teknik langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Arifin, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 76, 78, dan 79. Sedangkan teknik penulisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 80, 81, 82, 83, dan 84, 85, 86, 87, 88, 89. 58 Berdasarkan kutipan 76 sampai 79 menggambarkan bahwa, tokoh Arifin adalah seorang TNI yang bertugas di perbatasan Kalimantan. Kutipan 80, 81, dan 82 menjelaskan bahwa Arifin peduli terhadap keadaan di border termasuk masalah yang menimpa Ubuh. Kutipan 83 dan 84 menggambarkan bahwa Arifin merupakan tokoh yang berjiwa nasionalisme tinggi. Kutipan 85 hingga 89 menggambarkan bahwa, Arifin menyukai Jaleswari.

e. Panglima Adayak

Dokumen yang terkait

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

0 31 9

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

1 28 19

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

8 53 61

NILAI MORAL DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

23 124 79

Analisis Tokoh Pada Novel “Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan” Karya Akmal Nasery Basral (Kajian Psikoanalisis Sastra).

6 24 23

ASPEK RELIGIUSITAS NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

1 5 13

PENDAHULUAN Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

0 2 7

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 12

PENDAHULUAN Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

1 5 28

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAHKARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 14