Ubuh HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

51 langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Mama, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 56 dan 57. Sedangkan teknik penulisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 58, 59, 60 dan 61. Berdasarkan kutipan 56 digambarkan bahwa Mama adalah sosok dari Ibu Jaleswari. Kutipan 57 menjelaskan bahwa mama Jaleswari sangat khawatir terhadap kondisi anaknya yang sedang hamil. Kutipan 58 dan 59 menjelaskan bahwa mama Jalewari tidak setuju dengan keputusan Jales yang berani mengambil tugas ke Kalimantan. Kutipan 60 menjeolaskan bahwa Mama Jales kewalahan terhadap sikap egois sang anak. Kutipan 61 Mama Jales selalu memberikan semangat kepada anaknya untuk tetap kuat dan sabar dalam menghadapi cobaan demi coba.

c. Ubuh

Ubuh merupakan wanita dayak yang masih muda dan mengalami keadaan yang sangat sulit. Karena ia adalah salah satu dari TKW yang dijual ke Malaysia tetapi kenyataannya di sana ia dijadikan budak nafsu para samseng dan tauke. Dan ia masih syok akibat keadaan tersebut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 62 “Saat ini Ubuh masih syok. Hanya Nawara yang bisa bicara dengannya.” Akmal, 2011 : 149 63 Nawara teringat ketika dia mengajak Ubuh untuk datang beribadat tadi pagi. “ayo ikut Ibu ke gereja,” katanya. Ubuh hanya menatapnya dengan pandangan mata kosong, pandangan mata yang membuat perasaan Nawara teriris-iris, memilukan sekali. Ia yakin, Ubuh baru saja melalui pengalaman berat, mungkin paling berat, 52 yang pernah terjadi seumur hidupnya yang masih belia. Akmal, 2011 : 170 64 Melihat kondisi Ubuh, Jales kembali berjingkat mundur ke dalam kamar, dan merapatkan pintu dengan hanya menyisakan sedikit celah terbuka. Dengan penasaran, dia memperhatikan Ubuh yang terlihat seperti patung karena tak melakukan apa-apa. Tiga menit berlalu, dan tetap tak ada perubahan posisi Ubuh sehingga Jales mulai mempertimbangkan apakah sebaiknya dia keluar kamar saja dan menyapa gadis malang itu. Akmal, 2011 : 172 Dalam keadaanya yang memilukan, Ubuh mendapatkan luka di punggungnya akibat ulah para samseng dan tauke negeri seberang. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 65 Ubuh hanya menggeleng perlahan. Tapi, gerakan itu sudah cukup membuat kain yang menyelimuti punggungnya merosot sedikit sehingga setengah punggungnya terlihat. Jales kaget melihat sebuah luka parut yang menunjukkan bekas goresan terlihat di punggung gadis itu. Akmal, 2011 : 248 Dengan keadaanya yang masih memilukan akhirnya Ubuh memberanikan diri untuk menceritakan pengalamannya yang buruk yang diperolehnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 66 Malam itu Ubuh menumpahkan semua penderitaan dan gejolak isi hatinya kepada Jales berjam-jam, sampai dini hari mulai merekah di atas langit Ponti Tembawang. Akmal, 2011 : 249 Kemalangannya dimulai dari pengejarannya di hutan Ponti Tembawang oleh para samseng dari negeri seberang. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut. 67 Seorang perempuan dengan wajah berlumuran tetesan keringat berlari ketakutan sambil sesekali melihat ke belakang. Napasnya terengah-engah seperti lokomotif kereta yang sedang menempuh 53 perjalanan mendaki. Beberapa bagian tangan perempuan itu tergores dahan dan ranting pohon yang membuat aliran samar darah meruap di permukaan kulitnya yang berkilau karena keringat. Akmal, 2011 : 21 68 “Urggghh” desisnya ketika sebatang dahan yang agak besar menyodok iganya. Air matanyameleleh menahan sakit. Di belakangnya, derap langkah orang-orang yang mengejar terdengar semakin dekat, berdeham-deham, membuat perempuan yang kelelahan itu semakin memaksakan tenaganya yang tinggal sedikit. Langkahnya terhuyung, berkali-kali dia terpeleset dan mencoba menyeimbangkan diri. Akmal, 2011 : 21 69 Tangisnya berpadu dengan kuik babi yang terperangkap jebakan jaring kayu. Namun, perempuan muda sudah tak mendengar jerit hewan malang itu karena sedang tenggelam dalam ketakutannya sendiri jika sampai tertangkap oleh samseng orang-orang bayaran tauke tempatnya bekerja. Akmal, 2011 : 21 70 Terdengar gelombang tawa dari para pengejar di belakangnya. “Lari nak mane kau, Ubuh” seru samseng yang berada di depan. “Bayar dulu utang-utangmu pada tauke kalau nak pulang ke kampungmu yang busuk.” Akmal, 2011 : 22 Dalam pengejaran tersebut, Ubuh tetap berjuang untuk mendapatkan kembali harga dirinya dengan melawan para samseng tersebut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut. 71 “Tidak, aku tak boleh kalah,” desisnya sambil kembali mencoba mengangkat badannya dengan mengandalkan kekuatan tangan saja, sedangkan kakinya masih tersimpuh di atas batu yang berkelindan dengan akar pepohonan. Akmal, 2011 : 23 72 “Cuih” Ubuh meludah sekuat tenaga ke arah lelaki yang hidungnya me lebar seperti orangutan itu. “Jaubata yang ada di hutan ini akan melindungiku.” Akmal, 2011 : 23 73 Samseng itu menjerit histeris tak menyelesaikan kalimatnya karena Ubuh dengan nekat dan mendadak menggeser ke bawah posisi tubuhnya, sehingga mulutnya sejajar dengan tangan durjana itu dan langsung menggigitnya sekuat tenaga. Ubuh mencengkeram kuat tangan itu dan merasakan jari-jari lelaki ituberada di dalam mulutnya, mengeluarkan cairan asin bercampur amis yang khas. Darah. Akmal, 2011 : 24 74 Tubuhnya yang jauh lebih besar dan berotot seharusnya membuat lelaki itu tak kesulitan mengeluarkan tangannya dari mulut Ubuh. Tetapi Ubuh yang juga sudah gelap mata untuk mempertahankan 54 kehormatan mengunci mulutnya dengan kekuatan yang mengagumkan sehingga jemari jahanam itu sma sekali tak bisa keluar. Semakin keras samsengitu menarik tangannya, semakin kuat pula Ubuh membenamkan gigi-geliginya ke dalam daging tangan itu. Ubuh merasakan mulutnya kini semakin dipenuhi darah. Akmal, 2011 : 25 Ubuh merasa ketakutan karena Jaleswari yang diteror dengan bangkai musang di kamarnya. Denagn adanya kejadian tersebut, Ubuh berlari ke tengah hutan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut. 75 Ubuh yang sudah tak memedulikan lagi kondisi tubuhnya semakin jauh memasuki lebat rimba. Kakinya berulang kali menumbuk akar kayu atau bebatuan tajam yang susah terlihat di kelam malam. “Awww ... uhhhh ...” Ubuh berulang kali merintih meski sudah berusaha menutup mulut agar tak tertangkap para pengejarnya. Akmal, 2011 : 266 – 267 76 Ubuh tersentak mendengar suara yang tak terlihat orangnya itu. Suara itu dikenalnya dengan baik Suara lelaki yang menyebabkannya mengalami penderitaan fisik dan mental. Akmal, 2011 : 269 Ketika dibawa lagi ke rumah Nawara yang ternyata di sana masih terdapat masyarakat Ponti Tembawang yang menginginkan Ubuh dan Jaleswari pergi dari dusun tersebut, Ubuh melihat sosok Otiq dan saat itulah Ubuh langsung memberitahu bahwa Otiq penyebab dirinya mengalami kemalangan tersebut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut. 77 “Itu orangnya Itu orangnya” tunjuk Ubuh histeris ketika melihat Otiq. “Orang jahat” lanjutnya sebelum tangisnya pecah. Jales memeluk Ubuh, mencoba men enangkannya. “Ayo kita masuk ke dalam,” katanya. Akmal, 2011 : 276 Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Batas antara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral adalah teknik 55 langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Ubuh, teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan 62 hingga 66. Sedangkan teknik penulisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, dan 75. Berdasarkan kutipan 62 hingga 64 digambarkan bahwa Ubuh masih syok terhadap keadaan yang menimpanya. Kutipan 65 menggambarkan bahwa Ubuh mengalami sebuah luka di bagian lengan atasnya akibat ulah para samseng dan tauke negeri Malaysia. Kutipan 67 hingga 70 menggambarkan pengejaran Ubuh di dalam hutan Ponti Tembawang oleh para samseng. Kutipan 71 hingga 72 menggambarkan bahwa Ubuh tidak putus asa begitu saja, dia dengan sekuat tenaga melawan samseng tersebut. Kutipan 75 sampai 77 menggambarkan bahwa Ubuh berlari ketakutan akibat Jaleswari yang diteror menggunakan bangkai musang.

d. Arifin

Dokumen yang terkait

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

0 31 9

ANALISIS PATOLOGI SOSIAL NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL

1 28 19

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

8 53 61

NILAI MORAL DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

23 124 79

Analisis Tokoh Pada Novel “Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan” Karya Akmal Nasery Basral (Kajian Psikoanalisis Sastra).

6 24 23

ASPEK RELIGIUSITAS NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

1 5 13

PENDAHULUAN Aspek Religiusitas Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Kajian Antropologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP.

0 2 7

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 12

PENDAHULUAN Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

1 5 28

DIMENSI SOSIALNOVEL SANG PENCERAHKARYA AKMAL NASERY BASRAL: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Dimensi Sosialnovel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 14