115
Berdasarkan kutipan 312 hingga kutipan 315 memberi bukti bahwa Jaleswari jujur terhadap apa yang ia rasakan saat itu. Jales berbicara menurut kata
hatinya dengan jelas mengungkapkan bahwa ia tidak mnyukai kehamilannya tersebut. sedangkan kutipan 316 hingga 319 mengungkapkan bahwa Adeus
jujur terhadap apa yang dilakukan selama membolos mengajar.
4.2.4.2 Nilai-nilai Otentik
Manusia otentik adalah manusia yhang menghayati, menunjukkan dirinya sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya Suseno, 1987 : 143. Dalam
novel Batas antara Keinginan dan kenyataan karya Akmal Nasery Basral ini nilai otentik dibuktikan dengan sikap asli dari tokoh utama yaitu Jaleswari yang
mempunyai sikap tegas dan tidak suka akan basa-basi. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
320 “Pernah tiga tahun lalu, urusan kantor,” jawab Jales dengan malas
Akmal, 2011 : 6 321
“Jalan” Jales tak mau dibantah lagi. “Atau saya turun di sini” Akmal, 2011 : 8.
322 “Sudah-sudah” Rasa kesal kini berkobar di ubun-ubun Jales.
“Buruan” Akmal, 2011 : 9. 323
“Nyenyak,” jawab Jales pendek sekadar menghindari percakapan basa-basi yang tak disukainya Akmal, 2011 : 72.
Selain mempunyai sikap yang tegas dan tidak suka basa-basi, Jaleswari juga mempiliki sikap yang lembut terhadap seseorang. Hal ini dibuktikan Jales
saat memberikan dukungan kepada Ubuh agar cepat sembuh. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
116
324 “Kenapa tidak makan?” mata Jales mengarah ke piring yang terisi
penuh. Ubuh kembali menggelengkan kepala Akmal, 2011 : 173. 325
“Tidak apa-apa, Ubuh, ceritakan saja semuanya. Anggap saja saya ini kakakmu,” kata Jales sambil mengelus rambut Ubuh. Sekilas
terlihat sinar kekagetan di mata Ubuh ketika rambutnya disentuh, namun kemudian Ubuh merebahkan kepalanya ke pelukanm Jales
dan kesedihan yang semakin menyayat karena tak diungkapkan langsung Akmal, 2011 : 248.
326 “Kalau ditahan terus akan tambah menjadi beban,” Jales kembali
mencoba melunakkan hati gadis itu. “Kamu bisa ngomong sama
saya .... Apa saja. Nggak usah takut” Akmal, 2011 : 249
Selain Jaleswari, Panglima Adayak juga memiliki sikap otetentik, hal ini dapat dibuktikan dengan sikap wibawanya yang ditunjukkan kepada Jaleswari dan
masyarakat setempat. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
327 “Pernahkah ibu dengar ada orang Dayak yang memenggal kepala
istri atau anaknya sendiri?” Panglima mengabaikan permintaan maaf Jales. “Atau memenggal kepala ayah ibunya sendiri?
Pernah?” Akmal, 2011 : 130. 328
“Dan dengan yang tidak ibu tahu itu, Ibu langsung mengganggap kami masyarakat Dayak sebagai orang yang tidak adil? Sebagai
orang yang seenang-wenang dalam mengambil kehidupan orang lain?” cecar Panglima Adayak Akmal, 2011 : 130.
329 “Kamu tidak akan pernah diterima oleh masyarakat di sini jika
kamu tidak lebih dulu belajar untuk mengerti dan memahami kehidupan kami,” jawab Panglima tanpa tedeng aling-aling
Akmal, 2011 : 199. 330
“Mandilah bersama mereka,” Panglima Adayak menunjukkan jarinya ke sebuah arah. “Di sungai Kamu tahu kenapa?” Akmal,
2011 : 199. 331
“Dan, kau, Bu Jales,” Panglima kembali menghunus sorot mata belatinya. “Kalau kau tak sanggup menyerap kekuatan dari sungai
yang menjadi sumber kehidupan kami selama ini, aku anjurkan sebaiknya pulang ke Jakarta saja. Secepatnya” katanya sambil
kembali membalikkan tubuhnya, menghadap sesajen Akmal, 2011 : 200.
117
Berdasarkan kutipan 320 hingga kutipan 323 membuktikan bahwa Jaleswari memiliki sikap otentik dalam dirinya. Kutipan 324 hingga 325
menyatakan bahwa Panglima Adayak juga memiliki sikap otentik dalam dirinya.
4.2.4.3 Kesediaan untuk Bertanggung Jawab