Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
2. Konsep Dasar Utama Berpikir Tingkat Tinggi Berikut ini merupakan konsep dasar dari berpikir tingkat tinggi
seperti yang telah dikemukakan oleh King et al 1998, 11-18 adalah sebagai berikut:
a. Tingkatan dari pikiran tidak dapat dihubungkan dengan tingkatan pembelajaran; mereka melibatkan ketergantungan, beberapa
komponen dan tingkatan. Kedua, iya atau tidak, berpikir dapat dipelajari tanpa mengetahui pemahaman dari mata pelajaran
seperti hanya poin penting dari teori tersebut. Dalam kehidupan nyata, para siswa akan belajar dari pengalaman yang diperoleh di
komunitas dan sekolah, kesimpulan teori-teori, dan konsep serta kosa kata apa yang mereka pelajari di tahun awal, itu akan
membantu mereka belajar tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman baru di tahun yang akan datang. Ketiga,
berpikir tingkat tinggi meliputi jenis proses berpikir yang diterapkan ke dalam keadaan yang kompleks dan mempunyai
banyak faktor.
b. Tingkatan berpikir tergantung pada konteks, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya menawarkan berbagai faktor untuk
proses berpikir yang menantang. Keberhasilan dari berpikir tingkat tinggi tergantung pada kemampuan masing-masing orang
untuk menerapkan, mengorganisasi, dan membubuhi pengetahuan dalam konteks berpikir dalam situasi.
c. Sifat dasar dari berpikir disebut “metakognitif”. Metakognitif meliputi kesadaran akan proses berpikir, pengamatan sendiri, dan
penerapan akan keingintahuan heuristik dan langkah-langkah berpikir. Salah satu kesuksesan metakognitif bergantung, dalam
bagian, dalam kepercayaan pada kemampuan untuk mendapatkan keahlian sebagai yang dipercayai oleh orang lain mengenai
kemampuannya, seperti seorang guru Crowl et al, 1997.
d. Kadang pengetahuan prosedural adalah ketidakpahaman akan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Walaupun begitu, mungkin
prosedur pengetahuan adalah prasyarat untuk berpikir tingkat tinggi, pada kenyataannya pengetahuan prosedural adalah sebuah
syarat pengetahuan, aturan pengetahuan dan penerapan Crowl et al., 1997. Kemampuan untuk menceritakan sebuah aturan atau
berbagai prosedur adalah belajar informasi; kemampuan untuk menerapkan sebuah aturan dan prosedur kedalam sebuah keadaan
kebiasaan disebut penerapan. Tak ada dari kemampuan- kemampuan ini yang termasuk berpikir tingkat tinggi. Namun,
penerapan dari pengetahuan prosedural yang meliputi analisis dan perpaduan dua atau lebih konsep adalah yang akan dijadikan
berpikir tingkat tinggi.. sebagai contoh: Membuat proyeksi dan jaringan peta, menulis dengan jelas dan melaporkan kasus secara
singkat, menghitung ongkos pengeluaran yang sudah pasti untuk sebuah proyek, pendesainan, membuat kesimpulan tentang
pengaruh akan perbaikan sosial dalam program sosial yang universal, dan menetapkan hubungan yang penuh arti dengan
teman sekerja. Huot, 1995.
e. Pemahaman, sebuah bagian terendah dari kemampuan berpikir tingkat tinggi, merupakan hal yang perlu untuk melengkapi
perkembangan berpikir tingkat tinggi. Faktanya, beberapa penelitian dan strategi pengajaran fokus pada kemampuan dan
jika kemampuan itu lebih maka berpikir tingkat tinggi akan dominan. walaupun, pemahaman adalah prasyarat yang penting,
namun pemahaman bukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pemahaman mengingatkan akan proses yang oleh setiap orang
dibangun dari informasi dalam bentuk skema baru melalui kegiatan yang spesifik, meliputi Crowl et al, 1997:
1 Membangkitkan dan menjawab pertanyaan yang memerlukan
pemikiran tingkat tinggi tentang ide-ide lama dan baru. 2 Menghadapi konflik ide-ide dan informasi, masalah, atau
dilema. 3 Menyelidiki dan membuat penemuan.
4 Melaksanakan penyelidikan yang sistematik. 5 Meringkas, menceritakan, dan mendiskusikan ide-ide baru
serta hubungan mereka. 6 Berhubungan dengan pemahaman baru dan konsep-konsep
yang lain. 7 Menerapkan
ide-ide baru
dan informasi
kedalam penyelesaian masalah.
8 Mencerminkan dan mengungkapkan tentang proses kognitif yang terbawa dalam pemahaman.
f. Meskipun ada beberapa sumber yang tidak dengan tegas
memasukkan kreativitas sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi, kreativitas tidak dapat ditinggalkan dari proses. Tindakan
akan solusi terhadap masalah memerlukan proses yang kreatif dan melebihi pelajaran sebelumnya mengenai konsep dan aturan
Crowl et al., 1997. Tempat dimana jaringan dari kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah seperti yang telah disebutkan oleh
Pasteur dalam penelitiaanya bahawa melakukan hal baik adalah pikiran ikhlas karena hanya pikiran yang terlatih yang dapat
membuat koneksi antara kejadian yang tidak berhubungan, mengetahui arti dalam sebuah kejadian yang tidak disengaja
namun berharga dalam Crowl et al., 1997.
g. Wawasan adalah solusi mendadak yang tidak diduga-duga terhadap suatu masalah Schooler, Fallshore, Fiore, 1995.
Kerumitan terlihat berkurang dalam menyelesaikan masalah dengan
menggunakan wawasan.
Solusi tanpa
wawasan memerlukan aturan, sedangkan solusi dengan wawasan
memerlukan penyelesaian masalah, starategi kognitif yang dijelaskan oleh Gagné, Briggs, and Wager 1988. Menurut
pemikiran yang lain, penyelesaian tanpa wawasan memerlukan pemahaman dan penerapan, sedangkan solusi dengan wawasan
memerlukan analisis, perpaduan, dan penilaian seperti yang disebutkan oleh Bloom 1956.
h. Pada masa lalu, kecerdasan telah dijelaskan secara lebih luas Crowl et al., 1997; Kauchak Eggen, 1998; Kirby
Kuykendall, 1991. kecerdasan sebagai berikut: 1 Tidak memiliki ide yang terbatas terhadap satu kemampuan
atau kapasitas yang luas untuk belajar, beradaptasi dan berpikir secara rasional.
2 Termasuk dalam kemampuan yang umum dan khusus untuk mencangkup pengetahuan, pemahaman, berpikir, dan
penyelesaian masalah secara umum.
3 Banyak ukuran dalam proses batin yang menyertakan
persamaan, dan perbedaan pemikiran.
4 Banyak tingkatan termasuk ilmu bahasa, logika matematika, mengenai ruang, kehidupan jasmani, hubungan antar
perorangan, dan hubungan akan kemampuan seseorang yang mempengaruhi pendekatan seseorang dalam menyelesaikan
masalah dan berpikir.
i. Masalah adalah situasi dimana seseorang ingin melakukan
sesuatu tetapi tidak tahu tindakan apa yang diperlukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan Crowl et al., 1997: 160.
Proses penyelesaian masalah memerlukan rangkaian dari keputusan yang berturut-turut, masing-masing berdasarkan pada
akibat yang diprediksi.
j. Berpikir kritis menurut peneliti dan para sarjana menggunakan
istilah berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi sebagai hal yang dapat disamakan artinya, sementara yang lain menyebutkan
bahwa berpikir kritis adalah salah satu bentuk dari berpikir tingkat tinggi. Beberapa orang menggunakan istilah berpikir kritis
dan penyelesaian masalah sebagai hal yang dapat disamakan artinya; namun yang lain berpikir kritis adalah salah satu bagian
dari penyelesaian masalah. Berpikir kritis sebagai salah satu bagian dari proses mengevaluasi fakta-fakta yang dikumpulkan
dalam penyelesaian masalah atau hasil yang tercipta dengan pikiran yang kreatif. Crowl et al, 1997; Lewis Smith, 1993.
3. Karakteristik berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi
Tony Thompson dalam jurnal “Mathematics Teacher’s Intepretation Higher-Order Thinking In Bloom’s Taxonomy” 2008
mengutip dari beberapa ahli mengenai perbedaan karakteristik berpikir rendah dan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut. Resnick
1987 menulis bahwa keahlian berpikir berlawanan dengan bentuk dari ketentuan yang tepat, tetapi berpikir tingkat rendah dan tingkat
tinggi tinggi dapat dikenali ketika masing-masing dari mereka terjadi. Berpikir tingkat rendah sering digolongkan dengan mengingat
informasi kembali atau menerapkan konsep atau pengetahuan ke dalam situasi dan konteks yang sudah biasa terjadi. Schmalz 1973
menuliskan bahwa berpikir tingkat rendah menghendaki seorang siswa untuk mengingat kembali fakta, menyelenggarakan operasi
sederhana, atau menyelesaikan masalah yang sudah biasa terjadi. Senk, Beckman, Thompson 1997 menggolongkan berpikir tingkat
rendah sebagai penyelesaian tugas dimana solusi menghendaki penerapan pengetahuan algoritma yang baik, sering tidak dengan
pembenaran, penjelesan, atau bukti yang diminta, dan dimana hanya ada satu jawaban yang mungkin. Secara umum, berpikir tingkat
rendah digolongkan sebagai penyelesaian masalah dalam keadaan dan pemahaman yang terkenal; atau penerapan algoritma yang sudah biasa
terjadi kepada siswa. Berlawanan dengan itu, Resnick 1987 menggolongkan berpikir
tingkat tinggi sebagai bukan algoritma. Hal yang sama, Stein and Lane
1996 mendeskripsikan bahwa berpikir tingkat tinggi sebagai sesuatu yang sulit, berpikir tanpa algoritma untuk menyelesaikan masalah
yang tidak di duga, berlatih dengan baik atau jalan lain yang disarankan seperti tugas, instruksi atau contoh. Senk, et al 1997
menggolongkan berpikir tingkat tinggi sebagai penyelesaian masalah dimana tidak ada algoritma yang dipikirkan, dimana hal yang tidak
diduga dan penjelasan di minta, dan dimana lebih dari satu solusi yang mungkin. Secara umum, berpikir tingkat tinggi meliputi penyelesaian
masalah dimana algoritma tidak dipikirkan atau menggunakan pengetahuan algoritma ketika berada pada keadaan yang tidak biasa
terjadi.