Pengujian Hipotesis ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dengan berpikir sendiri. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah 2011:13 yang
menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan saintifik peserta didik dituntut untuk lebih kritis dalam berpikir tingkat tinggi agar mampu
menganalisis suatu persoalan sehingga dapat menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan persoalan tersebut.
Rendahnya hubungan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir
tingkat tinggi sejalan dengan pendapat Ibu Sati Antini, guru SMK YPKK 2 Sleman, yang menyatakan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik sudah mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, namun hanya untuk beberapa anak berkisar 20 saja,
sedangkan 80 siswa masih kesulitan dalam berpikir tingkat tinggi. Menurut pendapat guru dari SMK Sanjaya Pakem, Ibu Triswinarti,
terdapat beberapa faktor tertentu yang menghambat berkembangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam penerapan
pembelajaran saintifik, antara lain: 1 buku pegangan siswa di perpustakaan kurang sehingga siswa kurang siap dalam bahan
pelajaran yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran saintifik siswa
dituntuk untuk dapat berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru dengan cara mencari
informasi dari sumber-sumber belajar yang relevan. Namun tidak tersedianya sumber belajar yang memadai membuat siswa malas
dalam mencari informasi dan hanya menunggu penjelassan dari guru. Akhirnya, siswa cenderung tidak mau berpikir lebih jauh dan hanya
menunggu penjelasan dari guru saja; 2 siswa terbiasa dengan diberi metode ceramah oleh guru, sehingga sebagian besar siswa menunggu
penjelasan dari guru dan tidak mau berusaha untuk mencari tahu terlebih dahulu mengenai bahan yang akan dipelajari selama
pembelajaran berlangsung; 3 kurangnya daya juang siswa untuk mengetahui informasi materi dari berbagai sumber belajar.
2. Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan
karakter siswa Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa ada hubungan
persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dalam pembelajaran akuntansi
keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi Spearman rho = 0.468 dan sig. 2-tailed = 0.000 α = 0,05. Arah
hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan
karakter siswa adalah positif dengan kategori cukup.
Hal penelitian ini sejalan dengan pandangan Suyadi 2013:18 yang menyatakan bahwa konteks pendidikan karakter merupakan
transfer of knowledge dan transfer of values, yakni internalisasi nilai- nilai karakter dalam diri peserta didik selama proses pembelajaran.
Peserta didik merupakan subyek belajar yang memegang peranan penting
atas ilmu
pengetahuan yang
harus dikuasainya.
Konsekuensinya, peserta didik tidak lagi selalu bertanya kepada guru setiap menemui persoalan, melainkan harus belajar keras dari berbagai
sumber dan strategi dalam menguasai standar kompetensi dalam pembelajaran.
Nilai koefisien korelasi persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan
pengembangan karakter menunjukkan derajat hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori cukup. Hal ini sejalan dengan
tujuan pembelajaran saintifik yaitu untuk mengembangkan karakter siswa Hosnan, 2014:36. Dalam pembelajaran saintifik guru tidak
hanya merancang tujuan pembelajaran pada aspek pengetahuan, tetapi juga aspek efektif dan aspek psikomotorik. Hal ini sejalan dengan
pendapat salah satu guru SMK Sanjaya Pakem Ibu Triswinarti beliau mengungkapkan bahwa implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran akuntansi sudah dapat mengembangkan karakter siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan karakter siswa yang
diharapkan oleh sekolah sudah meningkat, antara lain; karakter rasa
ingin tahu siswa, karakter kepribadian dan akhlak mulia siswa menjadi lebih baik. Namun demikian pelaksanaan penilaian aspek afektif
adalah hal baru. Karenanya, guru juga umumnya merasa kesulitan dalam mengimplementasikan merangsang dan melaksanakan dan
melakukan penilaiannya.
77