Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
2. Botani
Menurut Sunaryono 2004, dalam Zulkarnain 2013:85. Sawi merupakan tanaman dikotil berbentuk perdu dengan sifat pertumbuhan dwi
musim. Di Indonesia, jenis sawi yang banyak dikenal adalah pe-tsai B. campestris grup Chinensis, disebut juga B. Pekinensis, choy sum atau chai sim
juga termasuk B. Campestris grup Chinensis, sawi putih atau sawi jabung B. Campestris grup Pekinensis. Pe-tsai atau bok choy termasuk dalam grup
Pekinensis dan memiliki bentuk kepala krop kompak memanjang yang mirip dengan selada. Daun duduk sesil agak berkerut, kasar, rapuh, dan berambut
halus dengan tulang daun utama berwarna cerah. Sementara itu, choy sum atau chai sim memiliki daun lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau, halus tidak
berambut dengan tangkai yang panjang, langsing, berwarna putih kehijauan, serta tidak membentuk krop. Rasanya renyah, segar, dan agak pahit. Choy sum atau
sawi bakso atau sawi cina merupakan jenis sawi yang paling banyak dimanfaatkan atau dijajakan dipasar-pasar dewasa ini. Selanjutnya sawi putih
memiliki daun agak halus dan juga tidak berbulu, berwarna hijau keputihan, bertangkai pendek dan bersayap melengkung ke bawah.
3. Morfologi
Dikarenakan kekerabatan yang sangat dekat, karakteristik morfologi tanaman sawi sangat mirip dengan kubiskol. Kedudukan daun yang berpola roset
membentuk batangnya menjadi beruas-ruas dan sangat pendek. Sistem perakarannya tergolong akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang
menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-50 cm. Bunganya tersusun dalam malai yang tumbuh memanjang dan bercabang-cabang. Setiap kuntum bunga
terdiri atas empat helai daun kelopak sepal, empat helai daun mahkota petal
berwarna kuning cerah, empat helai benang sari filamen, dan satu kepala putik yang berongga dua. Buah sawi berupa polong, panjang, dan di dalam setiap
polong terdapat 2-8 butir biji-biji kecil berbentuk bulat berdiameter 0,5-2,0 mm, berwarna cokelat atau cokelat kehitaman Zulkarnain, 2013: 85-86.
4. Syarat Tumbuh
Menurut Zulkarnain 2013: 86-88, untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi dan berkualitas, sawi hendaknya diusahakan di lingkungan yang bercocok
dengan syarat tumbuhnya. Oleh karena itu, faktor ekologi yang meliputi tanah dan iklim dimana sawi diusahakan perlu mendapatkan perhatian agar
pertumbuhan dan produksinya maksimal. a.
Tanah Pada umunya, sawi dapat diusahakan pada berbagai ketinggian tempat,
baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 5-1200 m dpl. Tanaman ini memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungan, baik suhu tinggi
maupun rendah. Akan tetapi, kebanyakan daerah penghasil sawi berada diketinggian 100-500 m dpl. Khusus pe-tsai, menghendaki suhu rendah untuk
membentuk krop sehingga cocok ditanam di daerah dengan ketinggian tempat 1.000 m dpl atau lebih. Apabila ditanam didaerah dataran rendah maka pe-tsai
akan membentuk krop yang kecil dan rapuh. b.
pH Sawi menghendaki tanah yang subur, gembur, berhumus, dan memiliki
drainase baik. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki tingkat keasaman pH antara 6-7. Pada tanah asam Ph 6 dianjurkan untuk melakukan
pengapuran, guna menurunkan keasaman atau menaikan pH tanah. Takaran baik kapur maupun pupuk organik yang diberikan sangat tergantung pada Ph awal.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengukur Ph tanah sebelum penanaman sawi dilaksanakan.
c. Iklim
Sawi menghendaki keadaan udara yang dingin dengan suhu 12-21ºC untuk pertumbuhan yang baik, dan pembentukan krop pada pe-tsai. Suhu diatas
24ºC, dapat menyebabkan tepi daun terbakar, sedangkan suhu 13ºC, yang terlalu lama dapat menyebabkan tanaman memasuki fase pertumbuhan reproduktif yang
terlalu dini. Pembungaan pada sawi bukan hanya sensitif terhadap suhu rendah, melainkan juga terhadap fotoperiodesitas 16 jam per hari selama sebulan, dapat
menyebabkan terbentuknya
bunga di
sejumlah kultivar.
Sebaliknya, fotoperiodesitas yang singkat disertai suhu tinggi, dapat menyebabkan tanaman
tetap tumbuh vegetatif. Di daerah tropis dan subtropis, sawi kebanyakan diusahakan di dataran tinggi, namun ada pula yang diusahakan di dataran rendah.
Penanaman pada musim kemarau perlu diiringi oleh penyiraman yang teratur agar tanaman tidak kekeringan. Sebaliknya, penanaman pada musim penghujan perlu
disertai oleh pengaturan drainase yang baik, agar air tidak menggenang di sekitar tanaman dan serangan ulat daun dapat diatasi. Meskipun demikian, waktu tanam
yang dianjurkan adalah akhir musim hujan. 5.
Budidaya Tanaman Sawi
Berikut ini merupakan teknik budidaya sawi secara konvensional menurut Haryanto, dkk 1995: 27-44.
a. Benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan percocok tanam sawi. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus,
sedangkan benih yang jelek akan menghasilkan tanaman yang tumbuhnya tidak